© 2001
Yushinta Fujaya
Posted 6 May 2001 [rudyct]
Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
Juni 2001
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
(Penanggung Jawab)
Prof Dr Ir Zahrial Coto
PERKEMBANGAN
IPTEK DIMULAI DARI IMAGINASI
Oleh
Yushinta Fujaya (P11600003/BRP)
E-mail: fyushinta@yahoo.com
Ilmu telah membawa
kita pada kreasi fundamental melalui jangkauan pandangan ke luar angkasa sejak
ditemukannya teleskop, atau melalui jangkauan ke dalam sel melalui scanning elektron mikroskop yang untuk pertama kalinya membuka pikiran manusia
mengenai rahasia sel hidup. Dengan ilmu,
kita dapat mengungkap misteri demi misteri yang melingkupi kehidupan dan dengan ilmu pula kita dapat
mengembangkan teknologi yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dipicu oleh keingintahuan manusia.
Manusia sebagai mahluk yang memiliki akal budi, rasa, karsa, dan daya
cipta, terus menerus berpikir, bertanya-tanya, dan berimajinasi. Bila imajinasi
yang berkembang dalam benak manusia dicoba diaktualkan maka seringkali hal ini
menjadi titik awal berkembangnya suatu teknologi.
Ada
dua contoh imajinasi yang berhasil mengembangkan IPTEK dipaparkan dalam tulisan
ini, yakni: 1) imajinasi Huxley yang diaktualkan dalam sebuah sajak berjudul FIFTH
PHILOSOPHER’S SONG, kini oleh pengikut-pengikutnya berhasil mengembangkan
teknologi reproduksi (TR) dan teknologi visualisasi (TV) , dan 2) berdasarkan
imajinasi Haldane yang ditulis dalam sebuah esay berjudul MASA DEPAN ILMU
PENGETAHUAN telah mengilhami ide kehamilan diluar tubuh manusia yang kini
dikenal sebagai ektogenesis.
Ilustrasi
reproduksi seksual ditulis oleh Aldous Huxley pada tahun 1920 dalambentuk sajak
berjudul “Fifth Philosopher’s Song”
FIFTH PHILOSOPHER’S SONG
A million million
spermatozoa
All of them alive;
Out of their
cataclysm but one poor Noah
Dare hope to survive.
And among that
billion minus one
Might have chanced
to be
Shakespeare,
another Newton, a new Donne-
But the One was me.
Shame to have
ousted your betters thus,
Taking ark while
the others remained outside!
Better for all of
us, forward Homunculus,
If you’d quietly died!
Imajinasi
yang diungkapkan pada sajak ini menggambarkan hubungan antara reproduksi dan pandangan
yang diekspresikan melalui mikroskop.
Spermatozoa yang berjumlah milyaran untuk satu kali ejakulasi hanya
dapat terlihat bila menggunakan alat bantu mikroskop. Dan diantara bermilyar-milyar spermatozoa
itu, hanya satu yang dapat menembus telur untuk selanjutnya berkembang menjadi
satu individu manusia, siapapun orangnya.
“Million million spermatozoa” menghadirkan imajinasi pada masalah
filosofis agen individual dari kolektivitas.
Spermatozoa memiliki eksistensi material. “And among that billion minus one”
menggambarkan bahwa ada satu spermatozoa keluar dari kelompoknya dan berharap
untuk survive.
Sebelumnya,
kehamilan direpresentasikan secara asimetri. Homunculus diyakini merupakan
produk dari agen paternal yakni dari mani, sedangkan pihak perempuan hanya
berperan sebagai pelindung pertumbuhan homunculus. Homunculus adalah bentuk hidup dari fetus
yang diyakini memiliki anggota tubuh lengkap seperti anak yang dilahirkan oleh
seorang wanita, tetapi ukurannya sangat kecil (Gambar 1).
Gambar 1. Embrio pada awal pembentukan digambarkan oleh
dokter Belanda Theodore Kerckring pada tahun 1671. Dari kiri ke kanan, sebuah telur berumur dua
minggu yang dibuka, dan kerangka embrio berumur tiga minggu serta enam
minggu. Kerckring adalah penganut teori
preformasionisme yang lazim dianut pada abad ke-17 dan 18. Teori tersebut menyatakan bahwa embrio
manusia telah terbentuk lengkap pada waktu pembuahan. (Sumber: Tanner,dkk. 1981)
Ini adalah imajinasi awal tentang
embriologi. Homunculus kembali
dihadirkan oleh Huxley dalam sajak FPS dan digambarkan memiliki potensi untuk
menjadi Shakespeare, Newton, atau Donne.
Imajinasi Huxley dalam sajak ini merupakan salah satu latar belakang
sejarah maternal. Peranan perempuan
dalam reproduksi mulai dipahami, tidak saja sebagai pelindung homunculus,
tetapi juga sebagai ibu. Dan sejak teknologi visualisasi modern
semakin banyak digunakan, mekanisme reproduksi yang sesungguhnya semakin
dipahami.
ECTOGENESIS DIILHAMI
CERITA FIKSI SAINS HALDANE
Ide
kehamilan di luar tubuh manusia yang kini dikenal sebagai ectogenesis pada
awalnya dicetuskan oleh Haldane, seorang mahasiswa S1 dari Cambridge University
melalui suatu esay berjudul “Masa Depan Ilmu Pengetahuan”. Dalam fiksi sains tersebut, Haldane menggambarkan
proses percobaan menuju kehamilan di luar tubuh (extrauterine gestation) pada
manusia. Cuplikan cerita tersebut
sebagai berikut:
… “It was in 1951 that Dupont and Schwarz produced the first
ectogenic child. As early as 1901 Heape
had transferred embryo rabbits from one female to another, in 1925 Haldane had
grown embryonic rats in serum for ten days, but had failed to carry the process
to its conclusion, and it was not till 1940 that Clark succeeded with the pig,
using Kehlmann’s solution as medium.
Dupont and Schwarz obtained a fresh ovary from a woman who was the
victim of an aeroplane accident, and kept it living in their medium for five
years. They obtained several eggs from
it and fertilized them successfully, but the problem of the nutrition and
support of the embryo was more
difficult, and was only solved in the fourth year. Now that the technique is fully developed, we
can take an ovary from a women, and keep
it growing in a suitable fluid for as long as twenty years, producing a fresh
ovum each month, of which 90 per cent can be fertilized, and the embryos grown
successfully for nine months, and then brought out into the air. …”
Cerita fiksi Haldane ini didasari oleh
kenyataan pada tahun 1880, Walter Heape, seorang ahli fisiologi, mentransfer
embrio kelinci dari satu hewan ke hewan lainnya dengan menggunakan needle. Disini didemonstrasikan bahwa implantasi dan
kehamilan dimungkinkan terjadi pada hewan lain.
Haldane memprediksi, diawali dari perkembangan embrionik tikus dan babi,
ke pertumbuhan ovari dalam medium kultur dan digunakan sebagai sumber telur;
lalu embrio manusia berkembang dalam kultur; akhirnya berhasil mengkultur
embrio manusia untuk waktu kehamilan sempurna.
Cerita
Haldane tentang perkembangan in vitro gestation (IVG) merujuk pada
cerita aktual perkembangan in vitro fertilisasion (IVF). Kini, teknologi tersebut sudah sangat
berkembang, bukan saja pada hewan-hewan model tetapi juga sangat luas digunakan bagi hewan-hewan
ternak besar dan bahkan pada manusia.
Teknologi ini telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi upaya
pengembangan dan peningkatan kualitas ternak,
peningkatan kualitas kesehatan dan pengobatan pada manusia, juga
memberikan solusi bagi masalah
infertilitas.
Angan-angan
IVG Haldane mendapat tanggapan dari Julian S.Murphy, seorang filsuf,
berpendapat bahwa untuk menyelesaikan IVG pada manusia maka perlu pemahaman
mendalam tentang rangkaian tahap-tahap yang dibutuhkan untuk kreasi suatu
peranakan. Beliau mengemukakan bahwa ectogenesis dapat diselesaikan jika ditemukan
rangkaian proses biokimia yang terbentuk dalam
tubuh manusia selama masa kehamilan, yakni meliputi pematangan telur,
fertilisasi, implantasi dan maintenance embrio, kontrol temperatur, waste
removal dan transpor darah, makanan, dan oksigen bagi embrio.
Akhirnya, pada
musim panas 1993, New York Times
melaporkan bahwa seorang doktor ilmu kebidanan dari Philadelphia telah
mempatenkan suatu uterus buatan yang akan memelihara fetus dalam lingkungan
cair sampai paru-parunya matang (Gambar 2).
Paten ini didaftarkan oleh Dr William Cooper pada February 1991. Times menggambarkan uterus buatan ini
sebagai mesin ectogenesis,
Gambar 2. Uterus buatan
yang dipatenkan Dr William Cooper pada February 1991 (Sumber: Squier, 1994)
sedangkan Sunday Mail menggambarkan
imajinasi ectogenesis sebagai bayi yang tumbuh dan berkembang dalam tabung
(Gambar 3). Dikemukakan bahwa
ectogenesis menghasilkan bayi di luar tubuh ibu, di dalam laboratorium. Sang ibu dapat tetap bekerja dan beraktivitas
sebagaimana biasa karena dia tidak perlu
hamil dan membawa bayi.
Gambar 3. Ilustrasi Imajinasi Ectogenesis (Sumber:
Squier,1994)
Terlepas dari
pertanyaan etis tidaknya teknologi ectogenesis, inilah kenyataan, bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi diawali dari imajinasi dan hipotesis-hipotesis. Memang, banyak kalangan mengakui bahwa ilmu
kadang berbenturan dengan nilai kemanusiaan.
Karena itu, kita selalu harus kembali bertanya pada diri sendiri sebelum mengembangkan IPTEK,
“bergunakah IPTEK ini bagi kesejahteraan umat manusia ?” dan kita harus
menjawabnya dengan jujur.
DAFTAR PUSTAKA:
Kelana,
A. dan I.A.Asmanto. 2000. Diselamatkan
Bayi Tabung. Dalam Rubrik
Kesehatan, Gatra 14 Oktober 2000.
Gordon,
I. 1994. Laboratory Production of Cattle Embryos Department of Animal Science
and Production. University College Dublin. Ireland. CAB International. pp 1-29.
Kompas. 3 Maret 2001. RSUP Dr
Sardjito Kembangkan Program Bayi Tabung Kembar Tiga.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0103/03/iptek/rsup10.htm dl:17.03.01,18.15 wib.
Squier,
S.M. 1994. Babies in Bottles; Twentieth-Century Visions
of Reproductive Technology. Rutgers
University
Tanner, J.M.,
G.R.Taylor, dan para editor pustaka Time-Life.
1981. Pertumbuhan. Tira Pustaka Jakarta.