Rev. 20 Jul
01
7
PESTISIDA DAN PENGGUNAANNYA
(Pesticides
and their use)
Oleh:
Pestisida
mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup
yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia
untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama,
sedangkan cide
berarti membunuh.
Dalam praktek,
pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain misalnya dicampur
minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung untuk mempermudah
dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang
dicampur sebagai pengencer (dalam formulasi dust),
atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang bersifat
sinergis untuk penambah daya racun, dsb.
Karena
pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian,
dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan
lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam
label dan peraturan-pearturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan
racun, khususnya pestisida.
Penggolongan pestisida
menurut jasad sasaran
Insektisida, racun serangga (insekta)
Fungisida, racun cendawan / jamur
Herbisida, racun gulma / tumbuhan pengganggu
Akarisida,
racun tungau dan caplak (Acarina)
Rodentisida,
racun binatang pengerat (tikus dsb.)
Nematisida, racun nematoda,
dst.
1. Sintetik
1.1. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri.
1.2. Organik :
1.2.1. Organo khlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.
1.2.2. Heterosiklik : Kepone, mirex dll.
1.2.3. Organofosfat : malathion, biothion dll.
1.2.4. Karbamat : Furadan, Sevin dll.
1.2.5. Dinitrofenol : Dinex dll.
1.2.6. Thiosianat : lethane dll.
1.2.7. Sulfonat, sulfida, sulfon.
1.2.8. Lain-lain : methylbromida dll.
2. Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.
Penamaan
pestisida (Nomenklatur)
Contoh :
I.
Carbophenothion
II.
Trithion (R)
III.
IV.
I. Nama
umum (generik)
II. Nama
dagang
III. Nama kimia
IV. Rumus (struktur) kimia
Cara masuk
insektisida ke dalam tubuh serangga :
Melalui
dinding badan, kulit (kutikel)
Melalui mulut
dan saluran makanan (racun perut)
Melalui jalan
napas (spirakel) misalnya dengan fumigan.
Jenis racun pestisida
Dari segi racunnya pestisida
dapat dibedakan atas:
Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual.
Formulasi insektisida yang
digunakan dalam pengawetan kayu dan pengendalian
1. Untuk Penyemprotan (sprays) dan pencelupan (dipping)
1.1. Emulsifiable / emulsible concentrates (EC)
1.2. Water miscible
liquids (S)
1.2a. Water soluble concentrates (WSC)
1.2b. Soluble concentrates (SC)
1.3. Wettable powder (WP)
1.4.
Flowable suspension (F)
1.5.
Water soluble powders (SP)
1.6.
Ultra
Low Volume Concentrates (ULV)
2.
Dalam
bentuk Dusts (D)
2.1.
Racun dust
yang tidak diencerkan, misalnya langsung dioleskan pada bagian tiang
yang akan ditanam (direct dust admixture)
2.2.
Racun dengan
pengencer aktif, misalnya belerang
2.3.
Racun dengan
pengencer inert, misalnya pyrophyllite
3.
Fumigan
misalnya kloropikrin untuk Cryptotermes
4.
Umpan (baits)
EC (emulsible
atau emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat
pestisida yang diberi emulsifier (bahan pengemulsi)
untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari
butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam air ini
merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang
menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh dalam
air pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara
penyemprotan bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi
air, dusting, dan butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling
umum, mencakup 75 % dari seluruh pemakaian insektisida, yang sebagian
besar berasal dari formulasi Emulsible Concentrates.
Bila partikel
air diencerkan dalam minyak (kebalikan dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert.
EC yang telah diencerkan dan diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan
atau endapan setelah 24 jam.
S (solution,
larutan dalam air) merupakan larutan garam dalam air atau campuran yang
jernih walaupun semula mengandung cairan lain misalnya alkohol yang
dapat bercampur dengan air.
Dusts (D) : Dusts,
debu, tepung atau bubuk – merupakan formulasi pestisida yang paling
sederhana dan yang paling mudah untuk digunakan. Contoh paling
sederhana dari dust yang tidak di “encerkan” adalah tepung belerang
yang digunakan untuk menekan hampi
semua populasi serangga. Rayap Cryptotermes dapat
dikendalikan populasinya dengan dusting.
Insektisida teknis, adalah insektisida yang tidak diformulasikan (technical grade); dianjurkan agar jangan sekali-sekali menggunakan secara langsung insektisida teknis yang belum diformulasikan karena :
Cara
kerja racun (lihat bagian akhir, Toksikologi)
1. Racun sel umum / protoplasma, misalnya logam-logam berat, arsenat dll.
2. Racun syaraf :
Mempengaruhi keseimbangan ion-ion K dan Na dalam neuron (sel syaraf) dan merusak selubung syaraf : DDT dan OK lainnya
Menghambat bekerjanya ChE (ensim pengurai acethylcholine yaitu Choline Esterase) : semua OF dan KB
3. Racun lain misalnya merusak mitokondria, sel darah dll.
* Keterangan : OK - orgonokhlorin (chlorinated hydrocarbons)
OF - organofofat (organophosphates atau fosfat organik)
KB -
karbamat (carbamates)
Syarat syarat pestisida yang ekonomis:
1.
Efektif – memiliki daya mematikan hama yang tinggi
2. Aman
terhadap manusia terutama operator, juga hewan ternak dan komponen
lingkungan lainnya, cukup selektif (tidak membunuh jasad yang bukan
sasaran), kurang persisten, tidak menyebabkan biomagnifikasi.
3.
Ekonomis, efektif, efisien : broad spectrum (dapat digunakan untuk
berbagai hama), cukup spesifik, dan relatif tidak mahal.
Cara pemakaian (application methods):
Penyemprotan (spraying) : merupakan metode yang paling
banyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 liter enceran
insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000 liter/ha sedang paling
kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV.
Dusting (lihat
penjelasan terdahulu) : untuk hama rayap kayu kering Cryptotermes,
dusting sangat efisien bila dapat mencapai koloni karena racun dapat
menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.
Penuangan atau
penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang
(koloni) semut, rayap, serangga tanah di persemaian dsb.
Injeksi batang
: dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, penggerek dll.
Dipping : perendaman
/ pencelupan seperti untuk biji / benih, kayu.
Fumigasi :
penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu.
Impregnasi :
metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam
pengawetan kayu.
Pestisida sebagai bahan racun akfif (active ingredient) dalam formulasi biasanya dinyatakan dalam berat / volume (di Amerika Serikat dan Inggris) atau berat-berat (di Eropah). Bahan-bahan lain yang tidak akfif yang dicampurkan dalam pestisida yang telah diformulasi dapat berupa :
pelarut (solvent)
adalah bahan cair pelarut misalnya alkohol, minyak tanah, xylene dan
air. Biasanya bahan pelarut ini telah diberi deodorant
(bahan penghilang bau tidak enak baik yang berasal dari pelarut maupun
dari bahan aktif).
sinergis,
sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya racun, walaupun bahan itu
sendiri mungkin tidak beracun, seperti sesamin
(berasal dari biji wijen), dan piperonil butoksida.
emulisifier,
merupakan bahan detergen yang akan memudahkan terjadinya emulsi bila
bahan minyak diencerkan dalam air.
di samping
bahan-bahan tersebut di atas, menurut keperluan, dalam formulasi
ditambahkan bahan-bahan lain seperti pencegah kebakaran,
penghilang bau yang tidak enak (deodorizer) dan
peniada tegangan permukaan.
Dosis (dosage),
adalah banyaknya (volume) racun (bahan aktif,
walaupun dalam praktek yang dimaksud adalah product
formulation) yang diaplikasikan pada suatu satuan luas atau volume,
misalnya : 1 liter / ha luasan, 100 cc / m3 kayu
dst. Dosis pestisida untuk suatu keperluan biasanya tetap, walaupun
kensentrasi dapat berubah-ubah.
Dose
adalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam berat,
mg) yang diperlukan untuk masuk dalam tubuh organisme dan dapat
mematikannya, misalnya lethal dose
(LD) dinyatakan dalam mg/kg (mg bahan aktif per kg berat tubuh
organisme sasaran).
Konsentrasi, adalah
perbandingan (persentase, precentage) antara bahan
aktif dengan bahan pengencer, pelarut dan/atau pembawa.
Di antara
golongan-golongan insektisida yang paling banyak digunakan dalam
pertanian dan kehutanan pada saat ini adalah dari golongan OK
(organokhlorin), OF (organofosfat) dan KB (karbamat).
2.
Organofosfat (OF)
4.
Karbamat
(KB)
Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated hydrocarbons) sebagian besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung sel syaraf (Schwann cells) sehingga fungsi syaraf terganggu. Peracunan dapat menyebabkan kematian atau pulih kembali. Kepulihan bukan disebabkan karena senyawa OK telah keluar dari tubuh tetapi karena disimpan dalam lemak tubuh. Semua insektisida OK sukar terurai oleh faktor-faktor lingkungan dan bersifat persisten, Mereka cenderung menempel pada lemak dan partikel tanah sehingga dalam tubuh jasad hidup dapat terjadi akumulasi, demikian pula di dalam tanah. Akibat peracunan biasanya terasa setelah waktu yang lama, terutama bila dose kematian (lethal dose) telah tercapai. Hal inilah yang menyebabkan sehingga penggunaan OK pada saat ini semakin berkurang dan dibatasi. Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatan peracunan lingkungan yang terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan biologis) yaitu peningkatan daya racun suatu zat terjadi dalam tubuh jasad hidup, karena reaksi hayati tertentu.
Semua senyawa OF (organofosfat, organophospates) dan KB (karbamat, carbamates) bersifat perintang ChE (ensim choline esterase), ensim yang berperan dalam penerusan rangsangan syaraf. Peracunan dapat terjadi karena gangguan dalam fungsi susunan syaraf yang akan menyebabkan kematian atau dapat pulih kembali. Umur residu dari OF dan KB ini tidak berlangsung lama sehingga peracunan kronis terhadap lingkungan cenderung tidak terjadi karena faktor-faktor lingkungan mudah menguraikan senyawa-senyawa OF dan KB menjadi komponen yang tidak beracun. Walaupun demikian senyawa ini merupakan racun akut sehingga dalam penggunaannya faktor-faktor keamanan sangat perlu diperhatikan. Karena bahaya yang ditimbulkannya dalam lingkungan hidup tidak berlangsung lama, sebagian besar insektisida dan sebagian fungisida yang digunakan saat ini adalah dari golongan OF dan KB.
Parameter yang digunakan untuk menilai efek peracunan pestisida terhadap mamalia dan manusia adalah nilai LD50 (lethal dose 50 %) yang menunjukkan banyaknya pestisida dalam miligram (mg) untuk tiap kilogram (kg) berat seekor binatang-uji, yang dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis dari antara 100 ekor yang diberi dose tersebut. Yang perlu diketahui dalam praktek adalah LD50 akut oral (termakan) dan LD50 akut dermal (terserap kulit). Nilai-nilai LD50 diperoleh dari percobaan-percobaan dengan tikus putih. Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000) menunjukkan bahwa pestisida yang bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi manusia. LD50 yang rendah (di bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya.
Kepustakaan
Tarumingkeng, Rudy C. 1992. Insektisida; Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak
Penggunaannya. UKRIDA
Press. 250 p.