© 2003 Venda Jolanda Pical Posted
Makalah Pribadi
Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS702)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian
Desember 2003
Dosen:
Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung
jawab)
Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto
SISTIM PEMBINAAN
MASYARAKAT NELAYAN
DALAM PERSPEKTIF
PEMBANGUNAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN DI
Oleh:
C561030071
Indonesia adalah
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau dan 81.000 Km
garis pantai, dimana sekitar 70 % wilayah teritorialnya berupa laut. Dengan
perairan laut seluas total 5,8 juta Km2 (berdasarkan
konvensi PBB tahun 1982),
Jumlah nelayan perikanan
laut di
Keberadaan kehidupan nelayan selama ini dihadapkan dengan sejumlah permasalahan yang terus membelitnya, seperti lemahnya manajemen usaha, rendahnya adopsi teknologi perikanan, kesulitan modal usaha, rendahnya pengetahuan pengelolaan sumberdaya perikanan, rendahnya peranan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, dan lain sebagainya mengakibatkan kehidupan nelayan dalam realitasnya menunjukkan kemiskinan.
Kemiskinan, rendahnya pendidikan dan pengetahuan serta kurangnya informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau kecil merupakan karakteristik dari masyarakat pulau-pulau kecil (Sulistyowati, 2003). Hasil pembangunan selama ini belum dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di kawasan pulau terpencil. Masyarakat diletakkan sebagai obyek pembangunan dan bukan sebagai subyek pembangunan, dengan demikian dibutuhkan perhatian dan keinginan yang tinggi untuk memajukan kondisi masyarakat pesisir khususnya nelayan sebagai pengelola sumberdaya pulau-pulau kecil agar dapat berlangsung secara lestari (Sulistyowati, 2003).
Pemerintah melalui Departemen Perikanan dan Kelautan selama ini telah melakukan kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang berjalan berdasarkan kebijakan KepMen 41 Tahun 2000 Departemen Kelautan dan Perikanan tentang Pedoman Umum pengelolaan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Tujuan dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat (DKP, 2002). Kebijakan tersebut menghendaki perlu adanya partisipasi masyarakat, karena keikut sertaan masyarakat akan membawa dampak positif, mereka akan memahami berbagai permasalahan yang muncul serta memahami keputusan akhir yang akan diambil. Untuk itu, dalam partisipasi masyarakat diperlukan adanya komunikasi dua arah yang terus menerus dan informasi yang berkenaan dengan program, proyek atau kebijakan yang disampaikan dengan bermacam-macam teknik yang tidak hanya pasif dan formal tetapi juga aktif dan informal (Hadi dalam Harahap, 2001).
Salah satu faktor yang penting untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat nelayan adalah pembinaan yaitu antara lain; melalui penyuluhan dan pendidikan yang terus menerus kepada masyarakat setempat. Pembinaan masyarakat dapat dilihat dari beragam pendekatan, sehingga dapat memahami pokok-pokok pikiran tentang pembinaan yaitu antara lain ; pembinaan merupakan suatu sistim pendidikan non formal, yang berupaya mengubah perilaku sasarannya
Konsep pembinaan masyarakat nelayan dalam kerangka perspektif pembangunan perikanan yang berkelanjutan di Indonesia perlu dikaji secara baik, tepat dan menyentuh sasaran yang ingin dicapai mengingat pertimbangan beberapa faktor, antara lain; pembinaan masyarakat nelayan melibatkan banyak pihak yaitu, dari pemerintah, lembaga pendidikan, swasta, lembaga-lembaga non pemerintah maupun masyarakat nelayan sendiri; proses pembinaan yang berlangsung harus dilakukan secara terus menerus dan simultan dengan masyarakat nelayan sehingga menimbulkan perubahan-perubahan yang sesuai dengan tujuan pembangunan perikanan yang diharapkan.
Permasalahan yang dapat dikemukakan disini adalah bagaimana sistim pembinaan masyarakat nelayan yang merupakan bagian dari pembangunan perikanan yang berkelanjutan di Indonesia yang dapat menumbuhkan serta meningkatkan partisipasi masyarakat nelayan dalam pengelolaan wilayah pesisir ?
Tulisan ini akan memaparkan secara diskriptif tentang sistim pembinaan masyarakat nelayan. Ruang lingkup penulisan ini adalah terbatas pada pemikiran bahwa pembinaan sebagai suatu proses penyuluhan dan pendidikan non formal bagi masyarakat nelayan .
Pembinaan masyarakat nelayan sebagai suatu proses penyuluhan dan pendidikan non formal dapat diartikan sebagai berikut :
Melalui pembinaan, ingin dicapai suatu masyarakat nelayan yang memiliki pengetahuan luas tentang berbagai ilmu dan teknologi perikanan dan kelautan, memiliki sikap yang progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu yang baru, serta trampil dan mampu berswadaya untuk mewujudkan keinginan dan harapan-harapannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan masyarakat nelayan.
Ø sistim pendidikan non formal yang terencana atau terprogram dapat dilakukan dimana saja baik di dalam ruangan maupun diluar ruangan bahkan dapat dilakukan sambil bekerja (“learning by doing”); tidak terikat waktu baik, penyelenggara maupun waktunya disesuaikan dengan kebu-tuhan nelayan ; pembina dapat berasal dari salah satu peserta didik.
Ø Sistim pendidikan orang dewasa sehingga metoda pendidikan lebih banyak bersifat lateral yang saling mengisi dan berbagi pengalaman dibanding dengan pendidikan yang sifatnya vertikal atau menggurui/ceramah ; keberhasilannya tidak ditentukan oleh jumlah materi atau informasi yang disampaikan tetapi seberapa jauh tercipta dialog antara pendidik dan peserta didik; sasaran utamanya adalah orang dewasa baik dewasa dalam arti biologis maupun psikologis.
5. Pembinaan merupakan proses rekayasa sosial dimana perlu dilaksanakan secara bijak dan hati-hati serta harus dijaga agar tidak terperangkap kepada upaya terciptanya tujuan dengan mengorbankan kepentingan masyarakat nelayan yang sebenarnya ingin diperbaiki mutu hidupnya.
Telah dipahami bahwa pembinaan masyarakat nelayan merupakan proses perubahan perilaku sehingga efektivitas pembinaan dapat diukur dari seberapa jauh perubahan perilaku masyarakat nelayan menyangkut pengetahuan,sikap dan ketrampilan yang dapat diamati pada :
Faktor faktor yang mempengaruhi proses pembinaan masyarakat nelayan melalui upaya penyuluhan, dapat terjadi karena :
a. Keadaan pribadi masyarakat sasaran, yang terutama tergantung kepada motivasinya untuk melakukan perubahan.
b. Keadaan lingkungan fisik yang mencakup keadaan sumberdaya alam, iklim suhu air, salinitas yang akan mempengaruhi tingkat kesuburan perairan.
c. Lingkungan sosial dan budaya masyarakat nelayan yang tinggal di pulau-pulau kecil
d. Macam dan aktivitas kelembagaan yang tersedia untuk mendukung dan menun- jang kegiatan pembinaan masyarakat nelayan.
Pembinaan masyarakat nelayan sebagai suatu sistim berarti terdiri dari elemen-elemen sistim yang saling terkait satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Adapun elemen-elemen sistim yang penting adalah : sasaran pembinaan, metoda pembinaan, dan pembina.
1. Sasaran Pembinaan
Sasaran pembinaan dapat terdiri dari sasaran utama pembinaan, sasaran penentu pembinaan, dan sasaran pendukung pembinaan.
Yang menjadi sasaran utama pembinaan adalah seluruh warga masyarakat nelayan yang terdiri dari bapak nelayan, ibu nelayan, pemuda ataupun anak-anak yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki peranan dalam kegiatan dan penge-lolaan usaha perikanan. Sebagai sasaran utama pembinaan, mereka harus menjadi pusat perhatian pembina, sebab mereka inilah yang selalu terlibat dalam pengambilan keputusan akhir tentang segala sesuatu baik mengenai teknik penangkapan, peralatan penangkapan,sistim pemasaran dan lain-lain.
Yang dimaksudkan dengan sasaran penentu dalam pembinaan adalah pihak-pihak yang bukan pelaksana kegiatan usaha perikanan tetapi secara langsung atau tidak langsung terlibat sebagai penentu kebijakan pembangunan perikanan. Sasaran penentu pembinaan antara lain seperti :
Ø Pimpinan wilayah yang memiliki kekuasaan mengambil keputusan kebijakan pem-bangunan perikanan dan mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan pembangunan di wilayah kerjanya.
Ø Tokoh-tokoh informal seperti tokoh agama, tokoh adat, guru dimana mereka yang memiliki kekuasaan atau wibawa untuk menumbuhkan opini publik atau dijadikan panutan oleh masyarakat setempat.
Ø
Ø Lembaga keuangan dimana dapat menyediakan kemudahan kredit bagi nelayan yang memerlukan. Seperti antara lain untuk keperluan pengelolaan usaha perikanan, dan peralatan penangkapan.
Ø Produsen dan penyalur sarana produksi perikanan atau peralatan penangkapan.
Ø Pedagang atau lembaga-lembaga pemasaran hasil-hasil perikanan
Ø Pengusaha atau industri pengolahan hasil-hasil perikanan.
Yang dimaksudkan dengan sasaran pendukung dalam pembinaan adalah pihak-pihak yang secara langsung maupun tak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan perikanan, tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan pembinaan masyarakat nelayan. Seperti antara lain ; para Lembaga Swadaya Masyarakat, para pekerja sosial, seniman, konsumen hasil-hasil perikanan dan biro iklan.
2. Metoda Pembinaan
Tanggung jawab pembina didalam melaksanakan suatu pembinaan masyarakat nelayan adalah mengkomunikasikan teknologi atau inovasi yang dapat mengubah perilaku masyarakat nelayan agar tau, mau dan mampu melaksanakan teknologi atau inovasi perikanan demi untuk terjadinya perbaikan hidup masyarakat nelayan.
Di dalam setiap pelaksanaan pembinaan masyarakat,
pembina haruslah memahami dan mampu memilih metode pembinaan yang tepat sebagai
suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan
pembinaan yang dilaksanakan.
Ø Pembinaan masyarakat nelayan yang dilaksanakan harus mampu menghasilkan nelayan yang mampu dengan upayanya sendiri dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, serta mampu mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahuinya untuk terus menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya.
Ø Kegiatan pembinaan masyarakat nelayan sebaiknya dilaksanakan dilingkungan pekerjaan nelayan, agar tidak banyak menyita waktu kegiatan rutinnya dan pembina dapat memahami betul keadaan masyarakat nelayan dengan masalah-masalah yang dihadapi dan potensi serta peluang yang ditemukan di lingkungan pekerjaannya sendiri sehingga mudah dipahami dan diingat oleh nelayan.
Ø Kegiatan pembinaan akan lebih efisien jika diterapkan hanya kepada beberapa warga masyarakat nelayan terutama yang diakui oleh lingkungannya sebagai panutan yang baik.
Ø Ciptakan hubungan yang akrab antara pembina dengan masyarakat nelayan. Hubungan yang akrab ini akan memperlancar kegiatan pembinaan. Selain itu , akan tercipta suatu keterbukaan dalam mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi dan masyarakat dapat dengan mudah menyampaikan pendapatnya. Dengan hubungan ini pembina dapat dengan senang hati diterima dalam lingkungan masyarakat tanpa ada prasangka.
Ø Dalam kegiatan pembinaan, metoda yang diterapkan dapat merangsang masyarakat nelayan melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri.
o Berdasarkan media yang digunakan maka metoda pembinaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu; (1) media lisan yang disampaikan secara langsung seperti percakapan tatap muka atau lewat telepon maupun secara tidak langsung, seperti; lewat radio dan televisi. (2) media cetak baik berupa gambar dan atau tulisan seperti; foto,majalah, selebaran, poster dll, yang dibagi-bagikan, disebarkan atau dipasang ditempat-tempat strategis yang mudah dijumpai oleh masyarakat nelayan. (3) media terproyeksi, berupa gambar dan atau tulisan lewat slide atau pertunjukkan film.
o Berdasarkan hubungan pembina dan masyarakat nelayan, maka metoda pembinaan ada dua macam, yaitu : (1) komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau lewat media tertentu, dimana pembina dapat berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat nelayan dalam waktu yang relatif singkat ; (2) komunikasi tak langsung, baik lewat perantara orang lain atau media lain yang tidak memungkinkan pembina dapat menerima respons dari masyarakat nelayan dalam waktu yang relatif singkat.
o Metoda pembinaan keadaan psiko-sosial masyarakat nelayan maka dapat dibedakan dalam tiga pendekatan, yaitu ; (1) pendekatan perorangan, seperti kunjungan ke rumah, kunjungan ke tempat kegiatan nelayan; (2) pendekatan kelompok, seperti pertemuan di tempat penyelenggaraan latihan , pertemuan kelompok nelayan; (3) pendekatan massal, seperti melalui televisi, radio, penyebaran selebaran. Metoda ini mencakup jumlah nelayan yang sangat banyak dan tersebar tempat tinggalnya .
Metoda yang akan diterapkan dalam pembinaan masyarakat nelayan dapat juga menggunakan metoda pendidikan formal seperti; ceramah, diskusi, atau metoda yang tidak pernah diterapkan dalam pendidikan formal, seperti ; pameran, kunjungan ke rumah nelayan.
Metoda pembinaan masyarakat nelayan yang akan dipilih harus selalu disesuaikan dengan karakteristik sasaran, sumberdaya yang tersedia atau yang dapat dimanfaatkan serta keadaan lingkungan termasuk tempat dan waktu diselenggarakan kegiatan pembinaan tersebut.
Pemilihan metoda pendidikan orang dewasa harus lebih diutamakan pada metoda-metoda yang memungkinkan adanya dialog baik antara pendidik (pembina) dan yang didik (masyarakat nelayan) maupun antara peserta didik. Pemilihan metoda pendidikan orang dewasa perlu mempertimbangkan : (1) waktu penyelenggaraan yang tidak terlalu mengganggu kegiatan, (2) waktu penyelenggaraan sesingkat mungkin, (3) lebih banyak menggunakan alat peraga. Selain itu, pemilihan metoda pembinaan ini lebih banyak mengacu kepada pemecahan masalah yang sedang dihadapi dan akan dihadapi dibanding dengan upaya menambah pengalaman belajar baik yang berupa pengetahuan, sikap maupun ketrampilan- ketrampilan baru.
Pembina adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga pembinaan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran pembinaan untuk mengadopsi teknologi. Untuk itu seorang pembina harus memiliki kualifikasi yang baik seperti kepribadian, pengetahuan, sikap dan ketrampilan membina yang profesional.
Pembina memiliki peran dalam menyampaikan informasi dan teknologi kepada masyarakat dan mempengaruhi sasaran pembinaan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu. Akan tetapi, pembina juga harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga pembinaan yang diwakilinya dengan masyarakat sasarannya, baik dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan respons masyarakat kepada pemerintah atau lembaga pembinaan yang diwakilinya.
Seorang pembina masyarakat nelayan harus memiliki syarat-syarat tertentu antara lain; orang dewasa dan mampu berkomunikasi dengan baik. Ia harus mau dan dapat hidup serta bekerja di desa-desa pesisir yang terpencil, selain mampu mengembangkan kepercayaan dan disegani oleh semua lapisan anggota masyarakat nelayan. Seorang pembina juga harus bisa berkomunikasi dengan berbagai tingkatan dan golongan di dalam masyarakat. Memiliki jiwa kepemimpinan, mampu mengkoordinasi masyarakat, memiliki jiwa yang sehat dan fisik yang kuat, mempunyai daya kreatif, jujur, terbuka dan dapat dipercaya. Menjadi seorang pembina masyarakat juga harus mendapat dukungan dari keluarga dan memiliki komitmen yang kuat untuk bertugas pembinaan setiap saat bagi masyarakat.
Mengingat bahwa seorang pembina masyarakat nelayan harus dapat berperan dalam masyarakat, baik sebagai fasilitator, organisator, mediator, dll maka untuk menjadi seorang pembina masyarakat nelayan, paling tidak memiki latar belakang pendidikan praktis adalah lulusan universitas (sarjana) ilmu kelautan dan perikanan. (Tulungen, J.J, dkk, 2002).
Suatu proses pembinaan membutuhkan waktu yang relatif lama, karena pembinaan masyarakat perlu dilakukan secara terus menerus dan simultan antara pembina dan masyarakat nelayan sehingga terjadi adanya perubahan-perubahan dalam masyarakat itu sendiri. Untuk itu seorang pembina harus dapat bersedia mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan pembinaan, apalagi kalau wilayah kerjanya cukup jauh dan terpencil.
Dalam kegiatan pembinaan memerlukan suatu bentuk organisasi pembinaan masyarakat nelayan. Pentingnya organisasi pembinaan masyarakat nelayan karena;
1. Setiap pembina harus diorganiser sebaik-baiknya oleh setiap lembaga pemerintahan yang bersangkutan agar mereka benar-benar memahami latar belakang sosial budaya masyarakat nelayan, serta menjalin hubungan dengan pusat informasi tentang sosial budaya setempat.
2. Setiap pembina harus memiliki hubungan timbal balik yang erat dengan para peneliti (sumber informasi lainnya ) maupun dengan masyarakat nelayan.
3. Pengorganisasian yang efektif di dalam kegiatan pembinaan masyarakat nelayan memerlukan kaitan dengan sektor-sektor kegiatan lain.
4. Kredibilitas pembina sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya hanya dimungkinkan jika ada organisasi pembinaan masyarakat nelayan yang memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab kepada setiap pembinanya.
Sistim pembinaan masyarakat nelayan
yang merupakan bagian dari pembangunan perikanan yang berkelanjutan di
Anonim. 2001., Pemahaman Wilayah Pesisir dalam Kerangka Penataan Ruang Sebagai Alat Pengelolaan Kawasan Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil. Bahan Seminar, Departemen Kelautan dan Perikanan
Anonim, 2002., Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) 2002, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Anonim, 2002., Data Statistik Perikanan Tangkap. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
Harahap,M.K. 2001.
Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove (Studi Kasus di
Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat ). Tesis Program Pascasarjana
Institut Pertanian
Mardikanto,T. Penyuluhan Pembangunan
Pertanian.1993.
Resosudarmo,B.P.,D.Hartono, T.
Ahmad, N.I.L. Subiman, Olivia, A.Noegroho, 2002. Analisa
Penentu Sektor Prioritas Di Kelautan Dan Perikanan
Sulistyowati,
L. 2003. Analisis Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam Gugus Kepulauan (Studi kasus Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau
Harapan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Disertasi Program PascaSarjana Institut Pertanian
Tulungen, J.J., T.G. Bayer, B.R.Crawford, M.Dimpudus, M.Kasmidi, C.Rotinsulu, A.Sukmara dan N. Tangkilisan.2002.Panduan Pembentukan dan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Berbasis-Masyarakat. CRC Technical Report Nomor 2236. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan Univesity of Rhode Island, Coastal Resources Center, Narragansett Rhode Island, USA.