© 2003 Tati Barus                                                                                   Posted  11 December 2003

Makalah Pribadi

Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS702)

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

Desember 2003

 

Dosen:

Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung jawab)

Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto

 

 

 

PERANAN  BATANG BAWAH TERHADAP BATANG ATAS PADA PENYAMBUNGAN TANAMAN BUAH-BUAHAN

 

Oleh:

Tati Barus

A61030031/Fit.

E-mail : tatibarus@yahoo.com

 

 

Pendahuluan

          Salah satu kunci keberhasilan pengembangan buah-buahan sangat ditentukan oleh ketersediaan bibit yang bermutu. Oleh sebab itu pengembangan bibit yang berkualitas perlu diusahakan. Salah satu upaya untuk memperoleh bibit yang bermutu adalah dengan melakukan penyambungan. Penyambungan dilakukan baik dengan grafting maupun budding. Pada penyambungan yang biasa dilakukan adalah menggabungkan sifat unggul yang terdapat pada batang atas dengan sifat unggul yang terdapat pada batang bawah. Tujuannya adalah untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan tanaman asalnya.

          Keuntungan penyambungan antara lain, tanaman yang disambung akan sama dengan induknya, ketahanan terhadap hama dan penyakit dapat ditingkatkan pada kondisi-kondisi tanah yang kurang  menguntungkan, bentuk percabangan menyebar, masa juvenile dapat dipersingkat, dapat dilakukan secara besara-besaran karena membutuhkan batang atas yang relative sedikit, dan biaya panen lebih murah bila disambung dengan jenis batang bawah yang sesuai, karena ada beberapa batang bawah yang dapat menekan pertumbuhan batang atas.

Dalam penyambungan, terjadi penggabungan antara dua jenis tanaman yaitu batang atas dan batang bawah yang berbeda. Dari batang atas diharapkan akan berkembang pertumbuhan cabang, tunas, dan produksi buah yang tinggi dengan kualitas yang baik. Di lain pihak batang bawah diharapkan berkembang sistem perakaran yang kokoh, dapat beradaptasi pada kondisi tanah yang kurang subur dan tahan terhadap penyakit. Tanaman hasil penyambungan tersebut diharapkan akan memiliki sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh batang atas dan batang bawah. Namun karena dalam penyambungan terjadi penggabungan dari dua sistem kehidupan maka dibutuhkan adanya pengakjian bagaimana hasil selanjutnya dari tanaman yang disambung tersebut.

Di Filipina , penggunaan batang bawah Calamandarin telah umum dilakukan pada budidaya jeruk skala luas, karena jenis batang bawah ini memiliki sistem perakaran yang baik, sangat resisten terhadap serangan busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Phytophthora dan berbagai jenis penyakit lainnya yang disebabkan oleh virus (Niyomdham, 1997).  Di Indonesia penggunaan batang bawah jenis Rough Lemon dan Japansche Citroen sudah dilakukan sejak lama (Ashari, 1995).

Pengembangan pengadaan bibit yang berasal dari penyambungan , dipengaruhi sifat daya gabung antara batang atas dengan batang bawah. Penggabungan batang atas dengan batang bawah dapat terjadi kecocokan (compatibility) atau ketidakcocokan (incompatibility). Menurut Hartmann, Kester dan Davies (1997) sifat tidak cocok (incompatible) pada tanaman yang berasal dari penyambungan sangat penting, sebab sifat ini akan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman dan mempengaruhi produktivitasnya.

          Hasil penelitian Phillips dan Castle (1997) dan Wutscher (1988) menunjukkan bahwa batang bawah juga mempengaruhi volume kanopi, produksi buah, konsentrasi hara daun, dan kandungan juice buah. Fallahi dan Rodney (1992) mengemukakan bahwa penyambungan beberapa jenis batang bawah dengan jeruk Fairchild mempengaruhi konsentrasi hara daun, pertumbuhan tanaman (lingkar batang dan volume kanopi), serta produksi (kuantitas dan kualitas buah).

          Batang bawah dapat mengontrol (mengendalikan) pertumbuhan batang atas sehingga berukuran lebih kecil. Ukuran pohon yang lebih kecil sangat penting karena berhubungan dengan kerapatan tanaman dan managemen budidaya di lapangan. Hasil penelitian Roose et al (1989) menunjukan batang bawah berperan dalam mengontrol pertumbuhan batang atas dan produksi buah. Batang bawah C-35 citrange bersifat dapat mengendalikan pertumbuhan batang atas ‘Washington Navel Orange’ sehingga mempunyai ukuran pohon yang lebih kecil serta memiliki efisiensi hasil yang sangat baik. Sebaliknya, batang bawah C-32 citrange bersifat mendorong pertumbuhan batang atas.      

 

Daya Gabung antar Dua Tanaman pada Penyambungan

            Terjadinya kecocokan atau ketidakcocokan antara batang atas dan batang bawah tanaman yang disambung  merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan kelangsungan hidup tanaman  dan produksi dari tanaman. Baik secara kualitas maupun kuantitas. Menurut Hartmann et al.,(1997), gejala-gejala ketidakcocokan pada tanaman yang disambung dapat dilihat daru beberapa hal berikut:

  1. Terjadi kegagalan membentuk penyatuan sambungan  dalam persentase yang tinggi.
  2. Daun menguning pada akhir masa pertumbuhan, penurunan pertumbuhan, dan kelayuan pucuk.
  3. Umur tanaman lebih singkat.
  4. Terjadi perbedaan yang menyolok antara pertumbuhan batang atas dan pertumbuhan batang bawah.
  5. Terjadinya pembengkakan di bawah atau di atas bagian yang disambung
  6. Terjadinya retakan pada bagian tanaman yang disambung.
  7. Pada penyatuan penyambungan yang tidak sempurna, maka dapat terjadi pengurangan translokasi pada bagian pertautan sambungan, sehingga dapat menimbulkan efek pengeratan sehingga akibatnya tanaman gagal menghasilkan buah.

Ketidakcocokan pada penyambungan  dapat bersifat lokal, yaitu terjadi pada bagian yang disambung. Biasanya hal ini dapat diatasi dengan cara interstock (penggunaan batang sisipan yang mempunyai daya gabung yang baik dengan batang atas dan batang bawah). Ketidakcocokan lain yaitu yang bersifat translokasi, yaitu dapat berupa ketidakmampuan zat-zat untuk melintasi bagian penyambungan atau  adanya aliran zat yang bersifat toksin dari salah satu bagian tanaman terhadap bagian lainnya (Harmann, 1997).

Keberhasilan penyambungan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa diantaranya adalah hubungan kekerabatan antara batang atas dan batang bawah, spesies tanaman, cara penyambungan, faktor lingkungan dan serangan hama serta penyakit.

 

 

Mekanisme Terjadinya Pertautan antara Batang Atas dan Batang Bawah.

            Pada penyambungan tanaman, pemotongan bagian tanaman menyebabkan jaringan parenkim membentuk kalus. Kalus-kalus tersebut sangat berpengaruh pada proses pertautan sambungan.  Proses pembentukan kalus ini sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak dan karbididrat yang terdapat pada jaringan parenkim karena senyawa-senyawa tersebut merupakan sumber energi dalam membentuk kalus.

          Batang bawah lebih berperan dalam membentuk kalus (Harmann, 1997). Pembentukan kalus sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Batang bawah yang lebih muda akan menghasilkan persentase sambungan yang tumbuh lebih besardibandingkan dengan tanaman yang lebih tua (Samekto, Supriyanto dan Kristianto, 1995).

          Mekanisme terjadinya proses pertautan antara batang atas dan batang bawah adalah sebagai berikut: (1) lapisan cambium masing-masing sel tanaman baik batang atas dan batang bawah membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, (2) sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas masing-masing saling kontak, menyatu dan selanjutnya membaur, (3) sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambiun sebagai lanjutan dari lapisan cambium batang atas dan batang bawah yang lama, (4) dari lapisan cambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya untuk hasil fotosintesis dapat berlangsung kembali (Hartmann, et al.,1997).

 

Pengaruh Batang Bawah terhadap Batang Atas

            Pada penyambungan sifat-sifat batang bawah sangat berpengaruh terhadap batang atas.  Salah satu peran nyata batang bawah adalah pengaruh terhadap kecepatan tumbuh batang atas. Hasil penelitian Barus (2000) menunjukkan bahwa batang bawah Rough Lemon dan Rangpur Lime paling dapat mengendalikan pertumbuhan batang atas jeruk besar Nambangan dan Cikoneng dibanding dengan batang bawah  Japansche Citroen dan Citrumelo. Jeruk besar Nambangan dan Cikoneng yang disambung dengan Rough Lemon dan Rangpur Lime mempunyai tinggi tanaman, panjang tunas, jumlah daun, luas daun, diameter batang, bobot akar dan bobot tajuk yang lebih kecil. Di Inggris batang bawah tanaman apel telah berhasil dipilah-pilah batang bawah yang dapat menghasilkan batang atas kerdil (dwarf), semi kerdil (semi-dwarf) dan vigor (vigorous)  (Ashari, 1995). Telah ditemukan batang bawah yang dapat mengendalikan batang atas sesuai keinginan. Sebagai contoh batang bawah M9 merupakan batang bawah yang paling dapat mengendalikan batang atas sehingga tanaman berukuran lebih kecil (Howard dan Akley, 1989). Wutscher dan Dube (1997) menyatakan bahwa perbedaan jenis batang bawah menyebabkan perbedaan volume kanopi, hasil buah per pohon, kandungan hara daun dan kualitas buah (lingkar buah, bobot buah, ketebalan kulit, kadar juice, kandungan padatan terlarut dan kadar asam total) pada grapefruit Redblush. Hasil penelitian Roose et al., (1989) menunjukkan batang bawah C-32 citrange bersifat mendorong pertumbuhan batang atas untuk Wasington Navel Orange sehingga memiliki volume yang lebih besar. Sebaliknya, batang bawah C-35 citrange bersifat dapat mengendalikan pertumbuhan batang atas pada tanaman Wasington Navel Orange dan menghasilkan pohon yang berukuran lebih kecil serta menghasilkan efisiensi hasil yang lebih baik. Dengan demikian batang bawah C-35 citrange sangat baik digunakan untuk Wasington Navel Orange  dan efisien dalam pemanfaatan lahan.

          Selain mempengaruhi pertumbuhan batang atas, batang bawah juga mempengaruhi kualitas hasil buah. Batang bawah mempengaruhi produksi, kandungan air, kandungan juice dan kandungan asam pada buah (Phillip dan Castle, 1977; Wutscher, 1988 dan Fallahi et al., 1989). Selanjutnya, batang bawah juga mempengaruhi transpirasi, fiksasi CO2 (Agbaria et al.,(1995) dan kandungan asam amino (Moreno et al., 1994).

          Beberapa jenis batang bawah (Taiwania, Volkamer Lemon, Rough Lemon, Carrizo Citrange, Macropylla, dan Batangas Mandarin) mempengaruhi diameter batang, volume kanopi, konsentrasi hara daun dan produksi jeruk Fairchild (Fallahi dan Rodey, 1992). Penyambungan juga mempengaruhi kandungan pati pada rambutan. Kandungan pati di atas pertautan sambungan lebih tinggi dibanding di bawah pertautan sambungan. Apabila hal ini terus berlangsung hal ini sebagai pertanda bahwa antara batang atas dan batang bawah bersifat tidak cocok.

          Batang bawah juga mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit. Batang bawah dapat menyebabkan tanaman resisten terhadap penyakit ) (Cameron dan Soost, 1986). Penyakit busuk pangkal batang akan banyak menyerang tanaman apabila grapefruit Redblush disambung dengan batang bawah jenis sweet orange Precoe de Valence disbanding dengan batang bawah yang lain, sehingga walaupun produksinya tinggi tetap tidak menguntungkan digunakan sebagai batang bawah pada pertanaman komersial (Rouse dan Maxwell, 1979).

Kesimpulan

            Pengadaan bibit pada buah-buahan banyak dilakukan dengan cara penyambungan. Pada penyambungan terjadi penyatuan dua sistem kehidupan, yaitu sistem kehidupan batang atas dan batang bawah.  Batang bawah mempengaruhi pertumbuhan batang atas dan sebaliknya, batang atas juga berpengaruh terhadap batang bawah, baik  aspek pertumbuhan dan fisiologi, sehingga berpengaruh terhadap produksi baik secara kuantitas maupun kualitas.

DAFTAR PUSTAKA

 

Agbaria, H., B. Heuer and N. Zieslin. 1995. Effects of grafting on transpiration, CO2 fixation and growth of rose plants (Rosa x hybrida cvs Ilseta and Mercedes), J. Hort. Sci.70 (4) : 651-656.

 

Ashari, S. 1995. Holtikultura. Aspek Budidaya. UI-Press. 485 hal.

 

Barus ,T.  2000. Respon Fisiologi Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Kultivar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’  Terhadap Penyambungan dengan Beberapa Jenis Batang Bawah. Tesis Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 68 hal.

 

Cameron, J. W. and R. K. Soost. 1986. C35 and C32 : citrange rootstocks for citrus. J. Hort. Sci. 21 (1) 157-158.

 

Fallahi, E. and D. R. Rodney. 1992. Tree size, yield, fruit quality and leaf mineral nutrient concentration of ‘Fairchild’ Mandarin on six rootstocks. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 117 (1) : 28-31.

 

______ ., J. W. Moon and D. R. Rodney. 1989. Yield and quality of ‘Redblush’ grapefruit on twelve rootstocks. J. Amer. Hort. Sci 114 (2) : 187-190.

 

Hartmann, H. T., D. E. Kester and F. T. Davies. 1997. Plant Propagation, Principles and Practice. Sixth Edition. Prentice – Hall International, Inc. New Jersey. 770p.

 

Howard, B. H. and W. Oakley 1989. The effect of rootstock shoot growth on the level of bud-grafting success in apple. J. Hort. Sci. 68 (6) : 891-897.

 

Moreno, M. A., J. P. Gaudillere and A. Moing. 1994. Protein and amino acid content in compatible and incompatible peach/plum grafts. J. Hort. Sci. 69 (4) : 955-962.

 

Niyomdhan, C. 1997. Citrus Maxima (Burm) Merr. Dalam Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel (Eds) Buah-buahan yang dapat dimakan. PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Hal 153-157.

 

Phillips, R. L. and W. S. Castle 1997. Evaluation of twelve rootstock for drawfing citrus. J. Amer. Hort. Sci. 102 (5) : 526-528.

 

Roose, M. L., D. A. Cole., D. Atkin and R. S. Kupper. 1989. Yield and tree size of four citrus cultivar on 21 rootstocks in California. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 114 : 678-684.

 

Rouse, R. E. and N. P. Maxwell. 1979. Performance of mature nucellar ‘Redblush’ grapefruit on 22 rootstocks in Texas. J. Amer. Hort. Sci. 104 (4) : 449-451.

 

Samekto, H., A. Suprianto dan D. Kristanto. 1995. Pengaruh umur dan bagian semaian terhadap pertumbuhan stek satu ruas batang bawah jeruk Japansche Citroen. Jurnal Hortikultura 5 (1) : 25-29.

 

Wutscher, H. K. and D. Dube. 1988. Performance of ‘Hamlin’ orange on 30 citrus rootstocks in Southern Florida. J. Amer. Sci. 113 (4) : 493-497.