© 2003 Naswir Posted:
4 November 2003
Pengantar Falsafah Sains
(PPS702)
Program Pascasarjana/S3
Institut Pertanian Bogor
November 2003
Dosen :
Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Prof.
Dr. Ir. Zahrial Coto
PEMANFAATAN
URINE SAPI YANG DIFERMENTASI SEBAGAI
NUTRISI TANAMAN
THE USE ANAEROB
FERMENTED URINE OF COWS AS PLANT NUTRIENT
F161030061/TEP
E-mail: naswirauoei@yahoo.com
Abstract
The purposes of this reseach are: (1) to study properties of
anaerob fermented urine of cows. (2) to utilize fermentated urine of cows as
plant nutrient (3). To evaluate effect of
fermented urine to growth and production of tomato.
The research carried out on the green house Agricultural
Polytecnic in Tanjung Pati. It was begun from Mei 2003. up to September 2003.
The use of urine of cows anaerobly fermented as plant nutrient, has been
introduced. The result showed that fermented
cow urine has an increase its effectiveness in improving plant growth and yield
compared to unfermented. The yield of tomato also increased 21,4 % after the
application of anaerob fermented urine of cows.
Keyword: urine, anaerob
fermented, nutrient
I. PENDAHULUAN.
1. Latar Belakang.
Kebutuhan akan bahan pangan terus juga
meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Dengan kemajuan teknologi
beberapa produksi pertanian masih dapat ditingkatkan melalui upaya
intensifikasi pertanian. Upaya intensifikasi ini juga akhir-akhir mengalami
hambatan seperti semakin kecilnya subsidi pemerintah terhadap sarana produksi
pertanian ( pupuk, pestisida dll).
Dengan adanya krisis ekonomi yang dialami
oleh negara kita sampai sekarang, dampak ini juga dirasakan oleh para petani.
Dimana daya beli masyarakat tani menjadi berkurang dan ditambahkan lagi harga
pupuk dan sarana produksi lain yang semakin tinggi. Masalah ini menyebabkan
petani tidak banyak menerapkan budidaya yang baik untuk meningkatkan
produksinya.
Masalah lain dari pupuk buatan yang
digunakan selama ini adalah menyebabkan rusaknya struktur tanah akibat
pemakaian pupuk buatan yang terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman
menjadi tidak sempurna. Hal ini juga akan memberi dampak terhadap produksi
tanaman yang diusahakan pada tanah yang biasa diberikan pupuk buatan. Begitu
juga dari efek sarana produksi terhadap lingkungan telah banyak dirasakan oleh
masyarakat petani, penggunaan pupuk buatan yang terus menerus menyebabkan
ketergantungan dan lahan mereka menjadi lebih sukar untuk diolah.
Sistem budidaya secara
organik kini telah menampakan hasil
yang cukup signifikan pada tingkat peneliti tetapi ditingkat petani masih
terbatas yang menerapkannya. Begitu juga penerapan budidaya secara hidroponik.
Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman tampa menggunakan media tanah sebagai
media tumbuhnya. Sistem hidroponikpun mempunyai kelemahan dalam pembiayaan awal
dan operasinya. Sehingga hidroponikpun kurang berkembang di masyarakat tani.
Menurut hasil laporan Trubus (2002) sistem hidroponik sangat mahal, terutama
untuk pemberian nutrisi tanamanannya (70 % biaya produksi digunakan untuk hal
ini.) . Dilain pihak produksi yang rendah
disebabkan beberapa hal, yaitu banyak petani yang belum menerapkan cara
budidaya yang baik, seperti penggunaan pupuk yang kurang berimbang, perawatan
yang kurang intensif dan salah perhitungan waktu tanam.
Tetapi sekarang dengan telah berkembangnya
teknologi fermentasi masalah nutrisi pada sistem budidaya hidroponik telah
memberikan harapan baru. Apalagi bahan
baku yang digunakan untuk membuat nutrisi juga merupakan limbah dari peternakan,
yang selama ini juga sebagai bahan buangan.
2. Tujuan Dan Kontribusi
Penelitian.
Tujuan Penelitian.
Penelitian ini bertujuan :
1.
Mempelajari beberapa sifat urine sapi
sebelum dan sesudah difermentasi
2.
Untuk memanfaatkan limbah urine sapi yang telah difermentasi sebagai
nutrisi tanaman.
3.
Untuk melihat pengaruh urine sapi yang telah difermentasi terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.
Kontribusi Penelitian.
Penelitian ini menerapkan teknologi
fermentasi yang merubah limbah yang belum termanfaatkan menjadi lebih berhasil
guna dalam proses produksi dalam bidang pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA.
A. Fungsi dari bahan organik
Bahan organik tanah meliputi semua jenis lapisan tanaman dan sisa
hewan. Bahan organik ini akan berganti
menjadi humus apabila telah dipisahkan menjadi komponen yang aktif di tanah. Di
dalam tanah bahan organik secara garis besarnya berfungsi sebagai fisik, kimia
dan biologi tanah. (S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.,1987)
Senyawa organik
karbon adalah sumber energi yang dibutuhkan organisme untuk melakukan
aktivitasnya . Senyawa organik dengan perbandingan C/N yang ada dalam tanah
dapat digunakan untuk merangsang penyebaran nutrisi yang sulit masuk ke dalam
tubuh mikroorganisme karena kekurangan nitrogen dalam tanah. Dengan
perbandingan seimbang banyak mikroorganisme
yang mati dan terurai kembali menjadi unsur-unsur nutrisi untuk kesuburan tanah
(Sc Hsieh, 1990)
B. Nutrisi ( larutan pupuk)
Banyak
penelitian yang telah dilakukan terhadap urine sapi, diantaranya adalah Anty (
1987 ) melaporkan bahwa urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat
digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa urine sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.
Karena baunya yang khas
urine ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine
sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangan
(Phrimantoro, 1995).
Lingga, ( 1991) melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat pada beberapa kotoran
ternak padat dan cair dapat dilihat
pada Tabel 1. berikut.
Table 1. Jenis dan
kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair
Nama ternak dan bentuk kotorannya |
Nitrogen (%) |
Fosfor (%) |
Kalium (%) |
Air (%) |
Kuda –padat |
0.55 |
0.30 |
0.40 |
75 |
Kuda –cair |
1.40 |
0.02 |
1.60 |
90 |
Kerbau –padat |
0.60 |
0.30 |
0.34 |
85 |
Kerbau –cair |
1.00 |
0.15 |
1.50 |
92 |
Sapi –padat |
0.40 |
0.20 |
0.10 |
85 |
Sapi –cair |
1.00 |
0.50 |
1.50 |
92 |
Kambing –padat |
0.60 |
0.30 |
0.17 |
60 |
Kambing –cair |
1.50 |
0.13 |
1.80 |
85 |
Domba –padat |
0.75 |
0.50 |
0.45 |
60 |
Domba –cair |
1.35 |
0.05 |
2.10 |
85 |
Babi – padat |
0.95 |
0.35 |
0.40 |
80 |
Babi –cair |
0.40 |
0.10 |
0.45 |
87 |
Ayam –padat dan cair |
1.00 |
0.80 |
0.40 |
55 |
Sumber : Lingga,
1991
Nutrisi organik
dari hasil fermentasi sudah seimbang dalam jumlah dan komposisi unsur-unsur
yang dikandung nutrisi tersebut Harahap (2003). Pada Pupuk buatan yang
mengandung satu nutrisi saja bertolak belakang dengan pupuk organik yang beragam dan seimbang seperti yang dijelaskan dari hasil
penelitian S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.(1987)
pada Tabel 2 berikut:
Tabel.2. Jumlah unsur hara pada kotoran ternak.
Jenis |
N |
P |
K |
Ca |
Hg |
Na |
Fe |
Mn |
Zn |
Cu |
Ni |
Cr |
Sapi |
1,1 |
0,5 |
0,9 |
1,1 |
0,8 |
0,2 |
5726 |
344 |
122 |
20 |
- |
6 |
Babi |
1,7 |
1,4 |
0,8 |
3,8 |
0,5 |
0,2 |
1692 |
507 |
624 |
510 |
19 |
25 |
Ayam |
2,6 |
3,1 |
2,4 |
12,7 |
0,9 |
0,7 |
1758 |
572 |
724 |
80 |
48 |
17 |
Nutrisi alami belum banyak dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat
secara luas, sedangkan untuk pupuk telah lama digunakan petani. Pupuk atau
nutrisi ini berasal dari kotoran hewan, seperti ayam, kambing, kerbau, kuda,
babi, dan sapi. Kotoran tersebut dapat
berupa padat dan cair (urine ternak) dengan kandungan zat hara yang berlainan.
Pupuk kandang cair jarang digunakan, padahal kandungan haranya lebih banyak.
Hal ini disebabkan untuk menampung urine ternak lebih susah repot dan secara
estetika kurang baik - bau (Phrimantoro, 1995).
D. Teknologi fermentasi.
Fermentasi merupakan aktivitas
mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah atau
mentranspormasikan senyawa kimia ke subtrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan bahwa
fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab
fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan
sifat bahan tersebut.
Joo. Y.H (1990). Melaporkan bahwa
teknologi fermentasi anaerob untuk
skala petani telah banyak dikembangkan, dimana hasilnya pupuk kandang
dikonversikan tidak hanya dalam bentuk pupuk organik cair yang bagus tetapi
juga dalam bentuk biogas yang berenergi tinggi.
Prinsip dari fermentasi anaerob ini adalah
bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan
kondisi tertentu yaitu fermentasi anaerob.
Studi tentang jenis bakteri yang respon
untuk fermentasi anaerob telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada
dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi sellulola menjadi glukosa
selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligate yang respon dalam proses
dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat
berguna dan alternatif energi pedesaaan.( Joo, 1990).
E. Fertigasi.
Cara pemupukan yang umum dilakukan adalah disebar dipermukaan tanah, dibenam di dalam tanah, disemprot pada daun, atau melalui air irigasi yang biasa disebut fertigasi ( Plaster, 1992). Cara terakhir dipandang lebih efisien mengingat pemupukan dengan cara ditebar dipermukaan tanah ternyata banyak terbuang dan pembenaman pupuk padatan memerlukan lebih banyak air dan waktu untuk dapat diserap tanaman.
Fertigasi banyak dikembangkan melalui sistem irigasi curah, irigasi pancaran dan irigasi tetes dengan hasil yang memuaskan, yakni dapat menghemat pupuk, tenaga, dan jumlah serta waktu pemberian dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi.
III. METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Ilmu Tanah untuk mempelajari sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi dan rumah kaca Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh untuk melihat pengaruh urine sapi yang telah difermentasi terhadap pertumbuhan tanaman.
Urine sapi yang langsung ditampung dari sapi kemudian dimasukkan dalam jerigen plastik sampai penuh ditutup rapat, kemudian dibiarkan selama 20 hari. Selanjutnya dianalisa sifat fisika dan kimianya. Urine hasil fermentasi kemudian ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 1000, diaplikasikan ke tanaman tomat dengan sistem pemberian air secara irigasi tetes.
IV. HASIL PENELITIAN
Dari hasil analisa laboratorium terhadap sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Beberapa sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi.
|
.pH |
N |
P |
K |
Ca |
Na |
Fe |
Mn |
Zn |
Cu |
Warna |
Bau |
Sebelum ferm. |
7,2 |
1,1 |
0,5 |
0,9 |
1,1 |
0,2 |
3726 |
300 |
101 |
18 |
Kuning |
Menyengat |
Sesudah ferm. |
8,7 |
2,7 |
2,4 |
3,8 |
5,8 |
7,2 |
7692 |
507 |
624 |
510 |
hitam |
kurang |
Sumber : Pengamatan langsung (2003).
Terlihat bahwa adanya peningkatan kandungan unsur-unsur kimia yang ada dalam urine sapi yang difermentasi bila dibandingkan dengan yang belum difermentasi.
Karena tanaman biasanya akan efektif memanfaatkan atau menyerap unsur dalam kisaran pH yang netral, maka nutrisi / urine sapi hasil fermentasi kemudian di encerkan dengan menggunakan air dengan perbandingan 1: 1000. Hasil pengenceran digunakan untuk mengairi tanaman, kemudian hasil pertumbuhan tanaman tomat yang ditanam dapat dilihat pada Tabel 4. berikut :
Tabel 4 Pertumbuhan tanaman dan produksi tomat yang di nutrisi dengan Urine sapi yang telah difermentasi.
Tinggi tanaman Minggu ke |
I |
II |
III |
IV |
V |
Produksi Total |
Perlakuan |
( cm) |
(kg/tan) |
||||
Tampa urine |
5,6 |
9,4 |
15 |
22,3 |
47,2 |
2,8 |
Dgn Urine |
5,4 |
8,7 |
18,3 |
29,7 |
68,3 |
3,4 |
Sumber : Pengamatan langsung (2003).
Dari Pengamatan terhadap tinggi tanaman pada awal pertumbuhan terlihat sedikit tertinggal dari yang tampa diberi urine tetapi pada minggu ke III sampai produksi malahan pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat hal ini disebabkan karena perkembangan perakaran tanaman sudah lebih sempurna begitu juga terhadap penyerapan nutrisinya.
Terhadap produksi tanaman juga melihatkan adanya perbedaan yang cukup baik dimana adanya peningkatan produksi pertanaman sebanyak 21,4 %
Dari hasil penelitian didapat bahwa urine sapi yang telah difermentasi dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman sebagai alternatif penganti pupuk buatan yang semakin hari semakin tinggi harganya sehingga petani tidak mampu lagi untuk membelinya. Kendala yang ditemui dalam pembuatan nutrisi ini adalah proses pengambilan urine dari sapi, karena tidak semua sapi jinak atau mau diperlakukan. Demikian juga dengan masalah bau yang ditimbulkannya merupakan masalah tersendiri pula dari segi estetika. Untuk itu diperlukan upaya lain untuk mengatasinya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN.
A. Kesimpulan .
1. Dari beberapa sifat urine sapi.yang difermentasi terlihat bahwa adanya peningkatan komposisi jumlah dari unsur yang dikandung dibandingkan dengan yang tidak difermentasi.
2. Urine sapi yang telah difermentasi dapat dijadikan sebagai nutrisi tanaman yang sebelumnya perlu dilakukan pengenceran.
3. Terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat setelah diberikan urine sapi terlihat adanya nilai positif.
B. Saran.
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk aplikasinya dilapangan.
2. Begitu juga untuk menangani masalah dalam proses pengambilan urine dan masalah bau dari urine sendiri perlu dicarikan solusinya agar lebih bermanfaat untuk masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Iwa Sahawa. 1990. Mamfaat
kotoran ternak. Penebar
swadaya.Jakarta.
Harahap E.N.
2003. Pemanfaatan limbah urine sapi yang telah Difermentasi sebagai nutrisi
Pada tanaman tomat di polibag. Laporan PUM Politeknik Pertanian Payakumbuh
Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriyani . 1994. Hidroponik sayuran Semusim Penebar swadaya. Jakarta.
Hsieh, S.C. dan S H Hsieh. 1990.
International seminal on the use of
organic fertilizers production.
Rural Development administration (RDA). Taiwan
Khazy Anty. 1998. Pengaruh urine sapi
terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Politeknik pertanian universitas
andalas. Payakumbuh.
Lingga, Pinus. 1993. Pupuk dan cara
memupuk. Kanisius. Jakarta.
Plaster, E.J. 1992. Soil Science and management.
Second Edition. Delmar Publisher Inc. Albany New York. 12212. 513 p.
Rahman. 1989. Memupuk tanaman sayuran.
Penebar swadaya. Bekasi.
Rizal, Melani 2003. Teknik hidroponik
tomat Secara vertikal. Laporan PUM Politeknik
Pertanian Payakumbuh.
Rukmana. 1999. Hidroponik Tomat. Penebar swadaya. Jakarta.
Sundstrom, A.C. 1985. Hydroponics for
Australian Garderners. Tien Wah Press.
Singapore.
Untung, Onny. 2001. Hidroponik Sayuran
Sistem NFT. Penebar Swadaya. Jakarta.