© 2003 M. Syaiful                                                                                                Posted  13 December 2003

Makalah Falsafah Sains (PPS-702)

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor (IPB)

Desember 2003

 

Dosen :

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Prof Dr Ir Zahrial Coto

 

 

PERENCANAAN INDUSTRI HASIL PERIKANAN DI WILAYAH PESISIR PROPINSI BENGKULU

 

 

 

 

Oleh:

 

 

 M. Syaiful

F161030051/TEP

 

 

PENDAHULUAN

          Indonesia menetapkan tahun 1996 sebagai tahun dirgantara dan bahari dan pada bulan September 1998 dikeluarkanlah Deklarasi Bunaken di Manado yang intinya adalah pengukuhan bidang kelautan sebagai suatu tumpuan perkembangan ekonomi dan lahan kehidupan dalam arti luas. Perhatian pemerintah tersebut diaktualisasikan dengan dibentuknya Departemen Eksplorasi Kelautan dan Perikanan, dengan adanya departemen tersebut, diharapkan potensi kelautan Indonesia yang sangat besar, baik sumber daya hayati, sumber daya nirhayati maupun jasa kelautan dapat dimanfaatkan secara optimal.  Kebijakan pemerintah ini adalah suatu hal yang wajar, mengingat potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.058 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas 5,8 juta km2 laut atau sebesar 70% dari luas total Indonesia, sedangkan potensi lestari sumber daya perikanan adalah sebesar  6.167.940 ton per tahun (Budiharsono, 2001).

           Propinsi Bengkulu yang memiliki perairan laut dengan panjang pantai sekitar  500 km mempunyai potensi sumber daya perikanan tangkap yang relatif  besar. Perairan tersebut menyimpan potensi berbagai jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, diperkirakan potensi perikanan laut Bengkulu untuk daerah penangkapan 12 mil dari pantai sebesar 46.145 ton per tahun dan 80.072 ton per tahun untuk perairan zona ekonomi ekslusif (ZEE) yaitu untuk daerah penangkapan 12 – 200 mil dari pantai. Potensi perikanan laut ini baru termanfaatkan sekitar 56 % (tahun 2001), secara umum produksi perikanan laut Bengkulu sejak tahun 1996 sampai tahun 2001 mengalami kenaikkan volume produksi sekitar 10 % per tahun. (Volume produksi perikanan laut ini tertera pada Tabel 1).

 

Tabel 1.  Perkembangan produksi dan nilai perikanan laut Bengkulu (1996 – 2001)

      Tahun

      Produksi (Ton)

Total Prod. Ikan (Ton)

Konsumsi

Kg/Kap/Th

 Nilai *)     

 (x1000 Rp)

Perik. Laut

Perik. Darat

1996

17.383,5

    7.839,6

   25.223,1

     17,77

  36.584.841

1997

17.099,2

    5.652,2

   22.751,4

     15,48

  31.901.870

1998

21.421,3

    8.029,0

   29.450,3

     18,82

  79.217.580

1999

24.087,1

    8.330,5

   32.417,6

     20,27

136.119.689

2000

24.186,6

    9.405,9

   33.592,5

     21,50

173.584.841

2001

26.247,0

    9.707,8

   35.954,8

     22,57

191.779.550

         Sumber : Bengkulu Dalam Angka 2001

                *) Untuk produksi ikan laut

 

          Melihat potensi perikanan laut tersebut, Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Bengkulu membuat beberapa kegiatan dan kebijakan yang berkaitan untuk mengantisipasi dan memanfaatkan potensi sumber daya laut Bengkulu. Adapun kebijaksanaan tersebut berupa proyeksi dan rencana kegiatan yang meliputi proyeksi volume produksi, ekspor dan nilai ekspor, tambahan serapan tenaga kerja dan pembinaan komoditi pengembangan wilayah sub sektor perikanan. (Tabel 2)

 

Tabel 2. Proyeksi sasaran pembangunan sub sektor perikanan tahun 2002 – 2004

 No.

              Uraian

            Proyeksi Tahun

 2002

   2003

   2004

 1

Produksi perikanan (Ton)

37841,90

40332,30

44625,80

 2

Ekspor antar pulau (Ton)      

  2091,71

  2210,78

  2415,60

 3               

Konsumsi ikan/kapita (Kg)

      22,37

      23,30

      25,40  

 4

Penyerapan tenaga kerja (org)

68274

70100

72150

  5      

Bahan Baku Industri (Ton)  

  1337,77

  1410,34

  1610,50

 

INDUSTRI SUMBER DAYA IKAN

          Menurut Undang-Undang N0.9 tahun 1985 tentang perikanan, yang dimaksudkan dengan sumber daya hayati laut adalah Sumber Daya Ikan (SDI).  Berdasarkan ketersediaan  sumber daya kelautan, maka usaha dan upaya pemanfaatan sumber daya tersebut dibagi dalam berbagai spesialisasi industri kelautan, yaitu industri sumber daya ikan, industri sumber daya tak dapat pulih dan industri jasa lingkungan.

          Industri perikanan untuk pemanfaatan sumber daya ikan dibagi dalam berbagai kelompok kegiatan industri, yaitu :

  1. Industri penangkapan ikan (fishing industry) yakni seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha penangkapan ikan di laut.  Jenis industri ini disebut juga sebagai industri primer.
  2. Industri hasil perikanan (fish processing industry), yakni seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha pengolahan hasil laut, seperti pengalengan, pengeringan, pembekuan dan sebagainya.  Jenis industri ini disebut sebagai industri sekunder.
  3. Industri pemasaran produk laut, yakni seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha pemasaran hasil laut. Jenis industri ini disebut sebagai industri tertier dalam perikanan.
  4. Industri budidaya perairan, yakni seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha budidaya perairan, termasuk industri primer dalam perikanan.

         Disamping itu terdapat juga industri-industri lain sebagai penunjang usaha perikanan, seperti industri pembuatan alat-alat penangkapan ikan, industri kapal perikanan, industri pakan ikan dan sebagainya

          Pembangunan perikanan nasional bertujuan mewujudkan industri perikanan dengan semaksimal mungkin dalam memanfaatkan sumber daya ikan secara optimal dan lestari bagi kemakmuran rakyat, melalui peningkatan gizi masyarakat, peningkatan taraf hidup nelayan, perluasan kesempatan kerja, peningkatan volume dan nilai ekspor, dan peningkatan produksi sesuai dengan potensi lestari sumber daya ikan serta daya dukung lingkungan. Guna mencapai tujuan pembangunan tersebut diperlukan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada seluruh  mata rantai sistem usaha perikanan.

 

PERENCANAAN INDUSTRI HASIL PERIKANAN

 

          Pada dasarnya setiap perencanaan membutuhkan suatu model perencanaan yang mempunyai sifat-sifat antara lain :

  1. Dapat mengestimasi ketergantungan struktural antara berbagai sektor yang menyusun perekonomian suatu wilayah secara konsisten.
  2. Mampu meramalkan dampak langsung ataupun tidak langsung dari kegiatan ekonomi yang direncanakan.
  3. Mampu secara konsisten meramalkan kecenderungan pertumbuhan perekonomian sekurang-kurangnya untuk kurun waktu 3 sampai 5 tahun.

          Umumnya untuk memenuhi persyaratan diatas dapat digunakan model input-output (I-O), yang merupakan model keseimbangan umum untuk merencanakan pengembangan industri hasil perikanan di Bengkulu.

          Industri hasil perikanan (IHP) merupakan salah satu sub sistem utama dalam industri perikanan untuk mewujudkan pembangunan perikanan nasional. Adapun IHP yang dapat berkembang di wilayah pesisir meliputi :

a.       Industri penanganan ikan hidup

b.      Industri penanganan ikan segar

c.       Industri pembekuan ikan

d.      Industri pengalengan ikan

e.       Industri pengolahan tradisional

f.        Industri pengolahan produk diversifikasi dan hasil samping

g.       Industri tepung ikan dan pakan ternak

h.       Industri rumput laut

          Suatu tahap penting dalam pengusahaan IHP untuk dapat menjadi komoditi perdagangan ialah pengolahan, yang sering disebut juga dengan fabrikasi, processing dan ada pula yang menamakannya teknologi hasil.  Tahap tersebut merupakan usaha agar hasil olahan perikanan menjadi komoditi yang memenuhi kehendak pasar dan persyaratan perdagangan sesuai dengan macam komoditinya.

          Operasi pengolahan dapat diusahakan menghasilkan komoditi bermutu lebih baik, dengan perbaikan pelaksanaan pengendalian proses, pengendalian mutu, sanitasi dan mungkin operasi yang lain. Namun tingkat perbaikan mutu yang dicapai, ditentukan oleh keadaan bahan baku dan bahan pembantu yang dapat tersedia, cara pengolahan yang dipilih, serta peralatan dan sarana yang telah tersedia, baik jenis, jumlah, maupun kapasitasnya. Faktor-faktor tersebut dapat merupakan pembatas dicapainya mutu produk yang baik, kemudahan terjual dengan harga tinggi, tergantung dari bagaimana faktor-faktor itu direncanakan dan diusahakan tersedianya.           

          IHP dapat ditinjau sebagai suatu sistem produksi, yang mengubah masukan-masukan menjadi suatu produk yang dapat dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Masukan-masukan kedalam sistem produksi ini adalah bahan baku (ikan), tenaga kerja, modal, energi dan informasi.

          Untuk dapat menghasilkan suatu produk yang bermutu, sangat tergantung pada cara menangani masukan-masukan dalam pengolahan hasil perikanan, Riggs (1970) menggambarkan  bentuk kesatuan antara perencanaan, yang mencerminkan pola berpikir perencanaan mencakup masalah :

a.       Peramalan hasil produksi dimasa datang

b.      Pengaturan penggunaan modal untuk menentukan tindakan yang paling ekonomis.

c.       Alokasi sumber daya sesuai dengan rencana tindakan yang akan diambil

d.      Mengikatkan langkah-langkah dalam perencanaan menurut suatu jadwal

          Analisis proses produksi dalam perencnaan dibatasi oleh tiga bentuk tolok ukur kontrol dari sistemnya, yaitu kontrol mutu, kontrol jumlah  dan kontrol prosesnya sendiri.

          Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional.  Didalam sistem produksi IHP terjadi suatu proses transformasi yang mengubah input menjadi output (produk olahan ikan) yang bermanfaat bagi memenuhi kebutuhan manusia. Komponen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari bahan baku/pembantu, mesin/peralatan, manusia, modal, energi, informasi.  Sedangkan komponen fungsional terdiri dari manajemen dan organisasi, juga dipengaruhi oleh aspek-aspek lingkungan seperti teknologi, ekonomi, sosial dan pemerintah. 

          Secara skematis sederhana, sistem produksi IHP secara umum dapat dilihat pada gambar berikut.

 

 

 


                                                  LINGKUNGAN

    -  Energi                                                                                         Produk  olahan ikan

    -  Ikan segar dan Bhn pembantu

    -  Tenaga kerja

    -  Informasi                                                  

 

                                             

 

 

Umpan balik untuk pengendalian proses input dan proses teknologi

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       

                                             

              

 

PENERAPAN IPTEK  DALAM PENANGANAN IHP

 

          Mengingat sifat komoditas ikan adalah muda terjadinya pembusukan (perishable), sering bersifat musiman, maka konsistensinya tidak terlalu kuat, sehingga tidak memungkinkan untuk menumpuk bahan baku secara tidak terbatas.

          Oleh karena itu, begitu ikan ditangkap  memerlukan teknik penanganan (handling) dan pengolahan (processing) yang baik. Teknologi penanganan dan pengolahan ikan harus dimulai sejak penangkapan ikan hingga pemasaran kepada konsumen. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing produk ikan dan juga nilai tambah. Ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu adalah mikrobiologi, biokimia, teknologi pengolahan/proses dan teknologi pengawetan.

          Ilmu-ilmu sosial dan manajemen diperlukan untuk mendukung beroperasinya sistem produksi secara optimal, efisien dan lestari. Ilmu ekonomi dapat membantu menganalisa hubungan timbal balik antara industri hasil perikanan dengan sektor lainnya. Ilmu sosial dan manajemen diperlukan untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan nelayan, tenaga kerja, perilaku konsumen, pemasaran dan lainnya.

 

PELUANG DAN KENDALA PENGEMBANGAN IHP

          Peluang pembangunan sektor kelautan dan dampaknya terhadap pembangunan wilayah pesisir dan lautan pada masa mendatang cukup cerah.  Dengan proyeksi penduduk Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 220 juta orang, serta mulai pulihnya perekonomian Indonesia, maka permintaan domestik terhadap produk perikanan dan hasil olahannya akan cukup cerah.

          Pada tahun 2004 diperkirakan permintaan domestik terhadap produk perikanan sebesar 4.400.000 ton dengan asumsi konsumsi ikan tahun 2004 sebesar 20 kg/kapita/th. (asumsi tersebut merupakan asumsi yang sangat konservatif, karena konsumsi ikan tahun 2004 dianggap sama dengan konsumsi ikan tahun 1998), sedangkan permintaan luar negeri diperkirakan 700.000 ton , sehingga total permintaan komoditi perikanan adalah 5.100.000 ton per tahun.

           Berdasarkan survey kegiatan dunia usaha sub sektor perikanan yang dilakukan oleh Bank Indonesia tahun 2002, akan terjadi peningkatan sebesar 12,5% pada masa mendatang (tahun 2003/2004).

          Untuk Propinsi Bengkulu, proyeksi produksi  perikanan pada tahun 2004 sebesar 44.625,8 ton (peningkatan 17,93% bila dibandingkan tahun 2002), dengan konsumsi ikan sebanyak 25,4 Kg/kapita/tahun dan untuk ketersediaan bahan baku industri pada tahun 2004 tersebut adalah sebesar 1.610, 5 ton.

          Melihat dari data statistik tersebut diatas, peluang pengembangan industri pengolahan ikan (IHP) pada masa mendatang cukup cerah, sehingga dapat meningkatkan peran sektor industri pengolahan terhadap PDRB bengkulu.  Pada tahun 2001 sumbangan sektor industri pengolahan terhadap PDRB masih sangat kecil hanya sebesar 3,2 %.

          Peluang investasi sektor usaha IHP yang dapat dikembangkan di Propinsi Bengkulu antara lain:

  1. Pengawetan / pengolahan ikan dan udang
  2. Pengalengan ikan dan udang
  3. Minyak ikan
  4. Tepung ikan
  5. Pabrik es, sebagai industri penunjang untuk IHP

 

          Alasan-alasan lain yang cukup mendukung untuk pengembangan industri hasil perikanan Bengkulu adalah :

a.       Adanya kebutuhan untuk mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru agar dapat memelihara dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

b.      Peningkatan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 1,8 juta orang pada tahun 2005 mengakibatkan pemanfaatan sumber daya alam di wilayah daratan semakin sempit.

c.       Persaingan dan kegiatan ekonomi di wilayah daratan semakin tajam dan ruang gerak semakin sempit.

d.      Kebutuhan pangan semakin meningkat dengan peningkatan jumlah penduduk.

          Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan IHP pada masa mendatang antara lain :

  1. Keterbatasan modal
  2. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pengolahan.
  3. Kurang terpadunya perencanaan dan pelaksanaan antar sektor dan antar wilayah.
  4. Kurangnya sarana dan prasarana pengolahan ikan

 

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan :

1.                 Produktivitas nelayan Propinsi Bengkulu masih belum optimal dibandingkan dengan luas dan potensi perikanan laut, hal ini tercermin dengan produksi perikanan laut yang belum optimal

2.                 Industri hasil perikanan laut Propinsi Bengkulu masih sangat kecil  ini tercermin dari serapan bahan baku yang digunakan industri perikanan sekitar 3,4 % dari total produksi perikanan.

  1. Saran

1.   Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu harus berani membuat kebijakan 

      dalam hal peraturan daerah yang mendukung dan mendorong terpacunya  

      usaha indusri pengolahan hasil perikanan.

2.                      Pemerintah daerah dan pengusaha besar harus dapat memberikan bantuan kepada nelayan tradisional, baik dalam bidang perbankan dan perizinan serta pemasarannya.

3.       Untuk perkembangan industri hasil perikanan, maka industri pendukungnya  seperti pabrik es (es curah dan es balok) harus dibangun sesuai kebutuhan industri pengolahan perikanan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Agus Ahyari. Drs.  MBA.  1999.   Manajemen Produksi (Perencanan Sistem Produksi). Edisi 4.  BPFE. Yogyakarta

 

Biro Pusat Statistik. 2002. Propinsi Bengkulu Dalam Angka 2002. Bengkulu

 

BAPPEDA. 2001.   Potensi Perikanan Laut Bengkulu. Penerbit Pemda Tk. I Propinsi Bengkulu

 

 ------------. 2002. Survey Kegiatan Dunia Usaha Sub Sektor Perikanan 2002.   Bank Indonesia. Jakarta  

 

Mulyadi  dan  Setyawan. J.  2001.   Sistem  Perencanaan  dan  Pengendalian Manajemen. Ed.2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

 

Stanley  E. Charm, Sc.D.  1981.   The Fundamentals  of  Food  Engineering.  Avi Publishing Company, Inc. Westport. Connecticut.

 

Sugeng Budiharsono, Dr. Ir.  2001.  Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.  PT. Pradnya Paramita. Jakarta