© 2003 Hapsari Mahatmi                                                                                                              Posted:  2 November 2003

Pengantar Falsafah Sains (PPS702)

Program Pascasarjana/S3

Institut Pertanian Bogor

November  2003

 

Dosen :

Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto

 

 

 

 

 

PENINGKATAN KESADARAN NELAYAN DENGAN PENDEKATAN

EDUKASI KESEHATAN MASYARAKAT

DI PANTAI BALI BARAT

 

 

Oleh:

 

 

Hapsari Mahatmi

NRP. B161030041/SVT

E-mail: hapsarim@yahoo.com

 

 

 

Ringkasan

Telah dilakukan penelitian  untuk mengetahui dampak cedera atau perlukaan pada tubuh  ikan yang diperoleh dengan cara pengeboman, terhadap kualitas kesehatan ikan layak konsumsi ditinjau dari  cemaran bakteri,  baik bakteri enterik yang non  patogen maupun patogen. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran  nelayan  dengan pendekatan edukasi tentang kesehatan masyarakat di wilayah pantai Bali Barat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total cemaran bakteri, bakteri fecal coliform, Escherichia coli dan Salmonella spp  yang berasal dari ikan yang dibom  sangat nyata (p<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang diperoleh dengan jaring/ pancing.  Dari total sampel ikan yang dibom ternyata 40 % tercemar oleh bakteri E.coli patogen terhadap manusia dan 2,6 % tercemar Salmonella spp.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat cemaran total bakteri, bakteri fecal Coliform dan bakteri Escherichia coli pada ikan yang cedera akibat pengeboman sudah sangat membahayakan kesehatan konsumen. Berdasarkan peraturan yang berlaku bahwa  mutu ikan segar yang layak konsumsi, cemaran fecal coliform tidak boleh lebih dari 100 bakteri per gram sedangkan cemaran Escherichia coli tidak boleh lebih dari 10 per gram daging ikan. dan Salmonella spp tidak boleh ada pada ikan segar maupun produk-produk makanan yang lain.

          

      Kata kunci : Total cemaran bakteri, fecal Coliform,  Escherichia coli, Salmonella spp

 

 

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang  Permasalahan

 

                             Laut dan isinya merupakan sumber kekayaan hayati yang tak ternilai, salah satu di dalamnya  adalah biota akuatik yaitu, golongan ikan dan terumbu karang. Hasil perikanan laut merupakan sumber ekonomi yang penting bagi sebagian masyarakat di Bali, terutama yang  tinggal disepanjang pantai. Ironisnya banyak sekali faktor yang menjadi perusak dan penghambat bagi pelestariannya. Faktor-faktor perusak tersebut semakin lama semakin banyak dan semakin kompleks, misalnya polusi yang terjadi akibat pembuangan limbah hotel maupun limbah usaha budidaya ikan yang mengancam pertumbuhan populasi ikan, perusakan terumbu karang untuk diperjual belikan, penangkapan ikan yang berlebihan dengan menggunakan alat-alat yang tidak diperbolehkan misalnya dengan pukat harimau, jaring kaping, pengeboman ikan dengan menggunakan bom ikan. Serta penangkapan ikan hias dengan menggunakan potas (potasium sianida). Kegiatan ini sangat mengancam bagi pelestarian alam khususnya terhadap populasi dan spesies ikan dan juga memperparah kerusakan kondisi terumbu karang  yang ada.

                   Keadaan ini merupakan persoalan yang serius yang sedang dihadapi Indonesia secara umum dan  Bali pada khususnya. Pantai Bali barat meliputi wilayah sepanjang pesisir Kabupaten Buleleng kebarat, yaitu kecamatan Gerogak, sampai wilayah kabupaten Jembrana yang meliputi kecamatan Gilimanuk. Sepanjang pesisir tersebut  merupakan wilayah penghasil ikan selain juga merupakan objek wisata bawah laut yang cukup diminati,  seperti di daerah Gerokgak khususnya sepanjang taman nasional Bali barat. Sedangkan di wilayah Gilimanuk  merupakan daerah penghasil ikan yang sangat potensial untuk Bali, dan  sebagian masyarakatnya merupakan masyarakat nelayan,

Kerusakan lingkungan bawah laut yang diakibatkan dengan penggunaan bahan peledak untuk mencari ikan tidak saja berakibat langsung terhadap  ikan  sasaran  dengan tanpa pandang bulu,  tetapi juga pada lingkungan sekitarnya khususnya pada populasi ikan yang belum layak konsumsi.  Ikan yang diperoleh dengan   peledakan (pengeboman) umumnya mengalami cidera/luka-luka ataupun kehancuran pada tubuhnya.  Hal ini merupakan kondisi yang akan meningkatkan cemaran bakteri non patogen maupun patogen  pada ikan. Keadaan ini akan sangat membahayakan kesehatan konsumen, juga mempercepat proses pembusukan  ikan-ikan tersebut.  Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya kesadaran sanitasi masyarakat.  Beberapa kejadian keracunan ikan telah banyak memakan korban bahkan korban jiwa.seperi yang diberitakan dalam media cetak  ( Bali post, September,2001 dan Nusa, Januari 2002).

                      Usaha-usaha untuk mengurangi atau menghentikan tindakan perusakan tersebut bukan tidak pernah dilakukan. Perangkat hukum sudah ada tetapi pelanggaran hampir selalu terjadi, karena hukum sudah tidak lagi ditakuti. Meskipun demikian pemerintah setempat juga berusaha menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat untuk menghentikan perusakan tersebut dan mencari jalan keluar untuk melindunginya, dengan peningkatan kegiatan patroli laut, serta memotivasi masyarakat setempat melalui desa adat.  Namun pada kenyataannya, hal-hal tersebut belum bisa menuntaskan kegiatan-kegiatan ilegal tersebut. Salah satu alternatif usaha yang belum pernah dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan edukasi terhadap masyarakat secara lebih luas.

                             Pendekatan edukasi tentang kesehatan masyarakat secara lebih luas menjadi penting artinya dimasa mendatang, selain pendekatan sosial ekonomi dan peningkatan kesadaran hukum para nelayan, seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.

 

Metodologi Penelitian

 

Instrumen penelitian untuk data pendukung ( sosial– ekonomi ) :

1. Daftar pertanyaan (kuisener).  

2. Rekaman wawancara dengan nelayan biasa maupun nelayan yang  berprofesi sebagai  pengebom ikan (tersaji dalam pita rekam)

 

Instrumen untuk pemeriksaaan laboratoris

1. Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel  penelitian yaitu ikan hasil tangkapan dengan pengeboman dan ikan hasil  tangkapan  dengan jaring atau pancing sebagai kontrol penelitian.

 

           Metoda Pengujian  Laboratoris

                  a. Karasteristik Morfologi Ikan

                      Metode pengujian sampel ikan terhadap perubahan morfologis dilakukan dengan Gross anatomi terhadap kondisi fisik ikan hasil pengeboman yang meliputi penampakan luar, tingkat perlukaan, palpasi  dan kondisi umum secara makroskopis (Robert, 1978).

     

        b.  Penghitungan  Total Bakteri dan  Isolasi  Identifikasi Bakteri enterik.  

                        Uji Isolasi dan Identifikasi sampel penelitian terhadap bakteri enterik mengacu pada metode Carter, dkk. (1990).  Penghitungan dengan metode drip plate method (anonimus,1990). Penghitungan total bakteri menggunakan pengenceran berseri dengan metode sebar (Buckle, dkk. 1987).

 

            Analisis Data

                   Data dari instrumen kuisner atau hasil rekaman wawancara dan hasil pemeriksaan perubahan morfologi dianalisis secara deskriptif. Sedangkan data akhir yang diperoleh dari penghitungan cemaran total bakteri dan bakteri enterik  dianalisis dengan menggunakan incomplete block untuk log jumlah total bakteri maupun bakteri enterik dengan perlakuan penyimanan sebagai periode waktu. Polinomial orthogonal contras dipakai untuk melihat respon penyimpanan terhadap pola peningkatan jumlah bakteri. (Gill, dkk. 1978 dan Steel and Torrie 1980)

           

 

HASIL PENELITIAN

         

Jenis ikan yang ditangkap dengan pengeboman dari lokasi pengambilan sampel adalah ikan Sulih ( Kyphosus lembus), bawal hitam ( Formio niger), ikan kembung lelaki ( Rasteilliger kanagurta ), Kwe macan / ikan sadar ( Gnatonodon speciosus ), tongkol (Auxius thazard), sedangkan cakalang (Katsuwonis pelamis ) dan ikan- ikan lain yang jumlahnya tidak signifikan. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban cemaran bakteri coliform pada ikan, baik yang diperoleh dari pengeboman maupun secara dipancing atau jaring ternyata jauh diatas aturan yang ada. Tetapi pada ikan yang diperoleh dengan pengeboman sangat nyata (p< 0.01) lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang diperoleh dengan jaring atau pancing.

Bakteri Coliform merupakan kelompok bakteri yang secara umum ditemukan pada tinja (faeses) manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri Coliform terdiri atas 4 genus, yaitu ; Escherichia, Enterobacter, Klebsiella dan Citrobacter. Adanya bakteri coliform pada bahan makanan menunjukkan tingkat sanitasi penanganan suatu produk. Sebab adanya bakteri coliform diartikan sebagai adanya cemaran tinja (faeses). Kelompok Coliform umumnya secara internasional dipakai sebagai ukuran standart sanitasi bahan makanan baik makanan segar maupun olahan yang berasal dari ikan, hewan ternak maupun hasil pertanian. Jumlah cemaran bakteri coliform pada ikan segar yang masih diperbolehkan ada, secara International adalah sebesar 100 bakteri per gram daging (anonimus, 1990).

                   . Escherichia coli adalah bakteri yang  hidup dalam saluran usus manusia dan hewan berdarah panas tetapi tidak pada ikan.  Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa 92,9 % Escherichia coli yang mencemari bahan makanan berasal dari tinja manusia. Sehingga keberadaannya pada bahan makanan atau ikan segar menunjukkan adanya ancaman kesehatan pada konsumen (manusia), sebab dapat diartikan bahwa bahan makanan atau ikan telah tercemar oleh  tinja manusia. Oleh karenanya maka, Escherichia coli dipakai sebagai indikator cemaran yang berbahaya bagi manusia (Buckle, dkk. 1990, dan Jay, 1990).   Peraturan yang berlaku untuk jumlah cemaran bakteri Escherichia coli pada makanan segar mentah termasuk ikan adalah 10 sel bakteri /gram (Anonimus, 1995). Jumlah cemaran yang sangat tinggi dari  bakteri Escherichia coli akan merupakan ancaman yang dapat  membahayakan kesehatan konsumen, sebab beberapa strain Escherichia coli bersifat patogen yang dapat menyerang manusia maupun hewan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan bakteri Escherichia coli memproduksi toxin yang dapat menyebabkan timbulnya gastro enteritis pada manusia yang ditandai dengan gejala diare, demam kadang disertai muntah bahkan kematian. Masyarakat dengan kondisi sanitasi yang buruk umumnya sudah mempunyai kekebalan yang cukup baik.sehingga secara normal kasus pada masyarakat setempat kurang dapat terdeteksi secara jelas.  Penyimpanan dalam beberapa waktu akan memberikan kesempatan bakteri Escherichia coli berkembangbiak dan menghasilkan toxin yang lebih banyak. 

                   Bakteri interik patogen yang diperiksa keberadaannya adalah bakteri Escherichia coli strain patogen dan Salmonella spp .  Dari 800 ekor sampel ikan yang diperoleh dengan pengeboman ternyata Cemaran Escherichia coli strain patogen pada ikan yang diperoleh dengan pengeboman adalah sebanyak    40 % dari total sampel yang diperiksa, sedangkan dari ikan yang diperoleh dengan jaring atau pancing sebesar 26,4 %. Hal ini mengindikasikan adanya ancaman yang serius bagi masyarakat.

  Cemaran Salmonella spp. sebesar 2,6 % pada ikan yang diperoleh dengan pengeboman sedangkan sampel ikan yang diperoleh dengan jaring atau pancing sebesar 0,2 %. Cemaran bakteri enterik patogen yang membahayakan manusia dan secara nasional maupun internasional tidak boleh ada keberadaannya pada  makan siap saji maupun bahan makanan yang belum diolah          adalah bakteri .Salmonella spp. (Anonimus, 1995).  Salmonella spp adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit zoonosis yaitu dapat menyerang dan menular pada hewan maupun pada manusia tetapi tidak pada ikan. Infeksi Salmonella diantaranya adalah penyebab demam typhus pada manusia. Demam typhus merupakan penyakit gastro enteritis yang sering menyerang penduduk di negara –negara Asia khususnya di negara berkembang yang mempunyai tingkat sanitasi yang rendah, salah satunya adalah Indonesia.

 

KESIMPULAN

 

                   Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan yaitu :

1.     Tingkat cemaran  total bakteri,  bakteri enterik non patogen dan patogen masih sangat tinggi.

2.     Dampak pengeboman ikan terhadap kualitas sanitasi dan kesehatan ikan yang layak konsumsi  sangat signifikan (p<0.01) lebih buruk dibandingkan dengan ikan yang diperoleh dengan cara memancing atau menjaring.

 

SARAN

                   Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlu dilakukan tindak lanjut terhadap hasil penelitian, guna memberikan hasil luaran yang maksimal dari tujuan penelitian ini, yaitu :   Perlu adanya adanya sosialisasi dan pembinaan terhadap masyarakat  secara umum dan masyarakat nelayan secara khusus terhadap dampak pengeboman ikan pada kesehatan masyarakat konsumen ikan. Baik secara formal maupun informal dengan dinas-dinas terkait

 

 

 

REFERENSI

 

Anonimus, 1994. Batas Maximum Cemaran Mikroba Dalam Makanan, . Keputusan Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. Proyek Peningkatan Pengendalian dan Pengawasan Makanan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.  Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonimus, 1990. Microbiological Quality Control of Foodstuffs. Merck. Frankfurer Strasse, Germany

                ------------   Salmonellosis. http://tetanus/Kidhealth.org.  [18 Agustus 2003]

Bryden, 1988. Fish Diseases. Refresher for Veterinarians. Post Graduate Committee in Veterinary Science. University of Sidney.

Buckle,K.A., J.A. Davey, M.J. Eyles, A.D. Hocking, K.G. Newton, and E.J. Stuttard. 1989. Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed..  AIFST (NSW Branch).Australia.

Gill, J.L. 1987. Design and Analysis of Experiments in the Animal and Medical Sciences. Vol.1. The Iowa State university Press. Ames Iowa.

Haryono,B. 1994. Efek Toxic Pb (timah hitam) pada Tikus Putih. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajahmada. Yogyakarta.

Jay, J.M. 1989. Modern Food Microbiology. 4ed. Van Nostrand Reinhold, New York.

Jawetz, E., J.L. Melnick, and E.A. Adelberg. 1987. Review of Medical Microbiology. 7 ed. Appleton & Lange Norwalk, Connecticut/ los Altos California.

Kriswantoro, M dan Y.A. Sunyoto.1986. Mengenal Ikan Laut. 1ed. Badan Penerbit Karya bani, jakarta. 

         Murniati, A.S. dan Sunarman, 2000. Pendinginan,  Pembekuan dan    Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

         Nurwanto dan Siregar, A.D. 1999. Mikrobiologi Pangan Hewani-Nabati. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

         Roberts, R.J. 1978. Fish Pathology. 1 St. Ed.  Baillere Tindall, London.