© 2002Program Pasca Sarjana IPB Posted 28 March, 2003
Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut
Pertanian Bogor
March 2003
Dosen:
Prof. Dr. Ir.
Rudy C. Tarumingkeng
Kecenderungan Prilaku Kelompok Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Ditinjau Melalui Teori Myers-Briggs Type Indicator (MBTI):
Penelitian Di
Salah Satu Industri Pembuatan Komponen Alat-alat Berat Cikarang Bekasi
Oleh :
Kelompok
2-PSL
Rudy Aryanto
Hardy Benry Simbolon
Rusnawir
Ramli
Budi
Setyo Utomo
Daftar
Isi
1.
Pendahuluan
2. Penjelasan Teori MBTI
2.1.Definisi Preferensi
2.1.1. Kemanakah anda
lebih suka memfokuskan perhatian
2.1.2. Bagaimana cara anda memperoleh informasi
2.1.3. Bagaimana cara anda mengambil keputusan
2.1.4. Bagaimana anda bersikap terhadap dunia luar?
2.2.
Pengaruh Kombinasi Fungsi Persepsi (S&N)
dan Fungsi Penilai (T&F) pada situasi kerja
3. Kecenderungan
Prilaku Kelompok Dalam Pengambilan Keputusan
4. Menggunakan type
untuk meningkatkan proses pemecahan masalah
5. Kesimpulan &
Saran
6. Daftar
Kepustakaan
1. Pendahuluan
Myers-Briggs Type
Indicator (MBTI) dikembangkan oleh seorang ibu dan seorang anak
perempuannya berkewarganegaraan Amerika yaitu, “Katharine Briggs dan Isabel
Myers. Mereka melakukan penelitian berdasarkan teori indikator yang dikemukakan
oleh C. G. Jung (seorang Psykolog berkebangsaan Swiss yang mempelajari prilaku
manusia). Dalam teori MBTI ada suatu alat ukur yang sangat berguna dalam
mengenali preferensi seseorang atau kelompok, yaitu dengan melihat delapan
preferensi kepribadian yang digunakan setiap orang dalam kondisi/saat yang
berbeda. Kedelapan preferensi tersebut dibagi dalam empat skala yang
berlawanan. Apabila kita menggunakan preferensi tersebut, maka penggabungan
dari keempatnya akan mengidentifikasi
diri kita dan disebut type kecenderungan/kebiasaan.
Agar mendapatkan hasil yang maksimal, sebaiknya kita mengerti tentang
MBTI.
MBTI hanyalah indikator manusia dalam menerima rangsangan/stimulus dari
luar, yang disimpulkan dengan memilih 94 pernyataan, dimana tidak ada jawaban
yang benar atau salah dan tidak ada type yang baik dan buruk, masing-masing
memiliki kekuatan dan kelemahan. Dari hasilnya kita dapat menggunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena hasil
dari MBTI ini memerlukan penjelasan dan pendalaman yang beragam, dan juga
membutuhkan verifikasi secara individu agar tidak menimbulkan keragu-raguan dan
jelas. Setiap individu membutuhkan kejelasan atas keragu-raguannya dalam
menentukan type masing-masing.
2. Penjelasan Teori
MBTI
2.1. Difinisi Preferensi
2.1.1.
Kemanakah Anda lebih suka memfokuskan perhatian Anda. Sekala E l I Sekala
ini menggambarkan preferensi kearah mana Anda lebih suka memfokuskan perhatian.
Ada dua arah yang berlawanan kemana anda dapat memfokuskan perhatian yaitu
kearah Dunia diluar diri anda atau kearah Dunia didalam diri anda.
2.1.1.1.
E (Extraversion) Orang yang
lebih menyukai extroversion, cenderung untuk memfokuskan perhatiannya kepada
dunia di luar dirinya, yaitu terhadap orang-orang sekelilingnya dan kejadian-kejadian
disekitarnya. Ketika sedang melaksanakan extroversion dia akan sangat bergairah
terhadap apa yang sedang berlangsung disekitarnya, dan inilah yang akan
menimbulkan kecenderungan kearah mana dia mengarahkan perhatian dan energinya. Orang extrovert lebih menyukai berkomunikasi melalui kata-kata dari pada
dengan tulisan. Mereka akan lebih mudah memahami sesuatu setelah mengalaminya
terlebih dahulu, oleh sebab itu mereka adalah orang yang menyukai tindakan dari
pada ide/pemikiran (action oriented)
2.1.1.2.
I (Introversion) Orang yang
lebih menyukai introversion cenderung untuk memfokuskan perhatiannya kedalam
dunia pemikirannya sendiri. Pada saat mereka sedang melakukan introversion,
mereka bergairah terhadap apa yang sedang bergolak di dalam pemikirannya, dan
inilah yang akan menimbulkan kecenderungan untuk mengarahkan perhatian dan
energinya terhadap pemikiran tersebut. Orang yang introvert cenderung untuk
merasa lebih nyaman dan tertarik apabila menghadapi suatu pekerjaan yang
menuntut pembahasan dan pemikiran yang dapat dilakukan sendiri secara tenang. Mereka cenderung untuk mencoba mengerti dan memahami sesuatu sebelum
mencoba atau mengalaminya. Oleh karena itu mereka cenderung untuk selalu
berfikir terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan.
2.1.2.
Bagaimana cara anda memperoleh informasi?
Skala S l N
Sekala ini menggambarkan preferensi terhadap dua cara yang berbeda
perihal bagaimana anda memperoleh, merasakan dan mencoba memahami sesuatu atau informasi.
Suatu proses bagaimana anda menjalankan fungsi persepsi terhadap dunia luar.
2.1.2.1.
S (Sensing) Salah
satu cara untuk merasakan dan memahami sesuatu adalah dengan mempergunakan
panca indra kita. Melalui mata, telinga, penciuman dan indra lainnya, kita
dapat merasakan dan memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Panca indra
sangatlah berguna untuk dapat merasakan dan memahami apa yang terjadi saat ini
dan secara nyata. Dengan demikian mereka cenderung realistik dan praktis. Mereka biasanya
sangat mahir untuk bekerja dengan berbagai macam data dan fakta.
2.1.2.2.
N (Intuition) Cara yang lain
untuk memahami sesuatu dengan intuisi, dimana kita mencoba untuk memahami makna
atau lambang, hubungan serta pola-pola yang ada, dan kemungkinan-kemungkinan
lainnya, lebih dari sekedar apa yang telah kita tangkap melalui panca indra.
Melalui intuisi kita mencoba untuk memahami gambaran secara keseluruhan suatu
masalah dan mencoba untuk memperoleh pola dasar hubungan antar unsur-unsurnya
dalam masalah tersebut. Orang yang lebih menyukai intuisi cenderung akan tumbuh
dan berkembang menjadi lebih mampu melihat kemungkinan-kemungkinan lain dan
cara baru untuk menangani suatu masalah. Mereka
sangat menghargai imajinasi dan inspirasi baru.
2.1.3.
Bagaimana Cara anda mengambil keputusan.
Skala T l F
Setelah semua informasi diperoleh melalui fungsi persepsi, maka anda
harus melakukan sesuatu dengan informasi tersebut. Informasi tersebut akan kita
olah untuk memperoleh suatu kesimpulan guna mengambil suatu keputusan ataupun
membentuk suatu opini. Sekala ini memberikan gambaran preferensi mengenai dua
cara yang berbeda tentang bagaimana kita mengambil keputusan ataupun memberikan
penilaian
2.1.3.1.
T (Thingking) Salah satu cara
untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan daya nalar. Dengan
pikiran biasanya kita akan memperkirakan konsekwensi logis dari suatu tindakan
ataupun pilihan yang diambil. Apabila kita mengambil keputusan atas dasar
pikiran, maka kita akan mengambil keputusan tersebut secara objektif
berdasarkan sebab dan akibat. Setelah melalui analisa atas dasar fakta dan data
yang ada, maka kita akan mengambil keputusan sesuai dengan konsekwensi logis
yang terjadi, walaupun mungkin terdapat hal-hal yang kurang mengenakkan. Orang
dengan preferensi daya nalar dalam proses pengambilan keputusan, cenderung
untuk mencari kebenaran yang seobjektif mungkin. Mereka
pada umumnya sangat mahir dalam menganalisa mana yang benar dan mana yang
salah.
2.1.3.2.
F (Feeling) Cara yang lain
untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan perasaan. Perasaan disini
bukan berarti emosi, melainkan dengan mempertimbangkan dampak dari suatu
putusan terhadap diri sendiri dan/atau orang lain. Apakah manfaatnya bagi diri
sendiri dan/atau orang lain (tanpa mempersyaratkan terlebih dahulu bahwa hal
tersebut haruslah logis). Pengambilan keputusan atas dasar perasaan ini
berlandaskan pada nilai-nilai pribadi atau norma-norma, dan bukan mengacu pada
tindakan yang dapat disebut emosionil. Apabila kita mengambil keputusan
berdasarkan perasaan, kita akan mempertanyakan seberapa jauh kita pribadi akan
melibatkan diri secara langsung, seberapa jauh kita merasa turut bertanggung
jawab terhadap dampak atas keputusan yang diambil, baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain. Mereka yang mempunyai preferensi menggunakan
perasaan dalam mengambil keputusan, cenderung bersikap simpatik, bijaksana dan
sangat menghargai sesama.
2.1.4.
Bagaimana anda bersikap terhadap dunia
luar?
Skala J l P
Skala yang terakhir ini menggambarkan preferensi bagaimana anda didalam
hidup ini menghadapi dunia luar, dengan perkataan lain bagaimana anda
menanganinya atau mengambil sikap terhadapnya. Arah yang diambil dalam
mengambil sikap ini, sangat erat berkaitan dengan dua skala terdahulu, yaitu
skala TF yang berhubungan dengan sikap mengambil keputusan atau skala SN yang
berhubungan dengan sikap perseptif
2.1.4.1.
J (Judgement)
Mereka yang lebih suka mengambil sikap mengambil keputusan, Judgement (baik
berdasarkan pikiran/Thinking, atau Perasaan/Feeling) cenderung untuk mengambil
sikap hidup yang terencana dan teratur, serta berkeinginan sedapat mungkin
mengatur dan mengendalikan hidupnya. Apabila kita sedang menggunakan preferensi
sikap mengambil keputusan, kita berusaha untuk mengambil suatu ketetapan atau
keputusan dan kemudian melaksanakannya. Dengan demikian orang yang mempunyai preferensi sikap mengambil
keputusan, cenderung untuk menghendaki agar segala sesuatunya jelas, teratur
dengan baik dan bila ada masalah ingin segera diselesaikan.
2.1.4.2.
P (Perception)
Mereka yang lebih suka mengambil sikap perseptif apabila menghadapi
dunia luar (baik itu menggunakan indra/Sensing, atau dengan intuisi/Intuition)
cenderung untuk bersikap bebas spontan dan fleksibel dalam menghadapi hidup.
Ketika kita mempergunakan fungsi persepsi, kita mengumpulkan segala macam
informasi dan membiarkan segala macam kemungkinan tetap terbuka. Oleh karena
itu orang dengan preferensi sikap hidup perseptif, cenderung untuk mencoba
memahami hidup dari pada mencoba untuk mengendalikannya. Dengan mengandaalkan
kemampuannya untuk beradaptasi dengan situasi dan keadaan, mereka cenderung
untuk tetap terbuka terhadap segala macam kemungkinan dan mencoba untuk
menikmati serta mengalami setiap kejadian dalam hidup.
2.2.
Pengaruh Kombinasi Fungsi Persepsi (S & N)
dan Fungsi Penilai (T & F) pada situasi kerja
2.2.1. Sensing Plus
Thinking (ST) Indera dan Pikiran Orang ST pada setiap saat hanyalah
tertarik pada hal-hal yang nyata, suatu realitas. Baginya realitas berarti apa yang dapat
diamati, yang dapat dikumpulkan, dapat diverifikasi secara langsung dengan
menggunakan panca indranya, mata, hidung, telinga, dan sebagainya. Karena cara
proses pengambilan keputusannya berdasarkan pikirannya, maka mereka
mengandalkan analisa yang logis dan urutan yang sistimatis dalam setiap proses.
Mereka lebih mengandalkan kaidah sebab-akibat dalam mencapai keputusan ataupun
kesimpulan akhir.
2.2.2. Sensing Plus
Feeling (SF) Indera dan Perasaan
Orang SF juga cenderung untuk mengamati realitas pada setiap situasi.
Akan tetapi karena proses pengambilan keputusannya didasarkan pada perasaan,
mereka membuat keputusan dengan mempertimbangkan dampaknya pada orang-orang
yang terkena akibat keputusan itu. Kemampuan pengamatannya yang tinggi,
terutama pada manusia, membuat mereka sangat sensitif terhadap reaksi dan
perasaan orang-orang pada umumnya.
2.2.3. Intuition plus
Feeling (NF) Intuisi dan Perasaan
Orang NF membuat keputusannya dengan simpatik dan penuh pertimbangan
manusiawi. Karena Intuitif, mereka pada dasarnya agak kurang tertarik pada
fakta, tetapi lebih pada kemungkinan yang akan terjadi. Mereka lebih tertarik
pada hal-hal yang baru, sesuatu yang mungkin belum terjadi saat ini tetapi
mungkin akan terjadi dalam masa mendatang, proyek-proyek baru, atau susuatu
pemikiran yang harus diteliti lebih lanjut, dan sebagainya. Terlebih lagi
apabila hal-hal baru tersebut menyangkut manusia, hal tersebut akan sangat
menarik baginya.
2.2.4. Intuition Plus
Thinking (NT) Intuisi dan Pikiran
Orang NT juga merupakan manusia yang senang melihat hal-hal yang mungkin
terjadi, akan tetapi karena mereka lebih menyukai menggunakan pikiran, sehingga
mereka akan menangani hal-hal yang mungkin terjadi atas dasar analisa obyektif
dan rasional. Mereka akan tertarik pada pekerjaan dimana mereka dapat
mempergunakan keahlian analisanya untuk memprediksi kemungkinan yang akan
terjadi, atau sesuatu rekayasa. Hal-hal serupa ini banyak dijumpai dalam bidang
sains dan teknologi ataupun dalam bidang karya ilmiah/akademis.
3.
Kecenderungan prilakuk kelompok dalam pengambilan keputusan
Penelitian berikut dilakukan pada kelompok pekerja Industri pembuatan
komponen alat berat yang berlokasi di Cikarang Bekasi.
Jumlah yang diteliti 34 orang terdiri dari, 4 orang wanita dan 30 orang
pria, usia antara 24 sampai dengan 30 tahun dan pendidikan dasar rata-rata
Sekolah Lanjutan Atas (SLA), jenis pekerjaan mayoritas berhubungan dengan
proses produksi.
Dari hasil proses administrasi MBTI, didapatkan
data-data sbb:
·
ESTJ =
15 orang
·
ENTJ =
1 orang
·
ESFJ =
2 orang
·
ISFP =
3 orang
·
ESFP =
1 orang
·
ISTJ =
8 orang
·
ISFJ =
3 orang
·
ENTP =
1 orang
Total = 34 orang
Preferensi Ekstrofersion
(E) = 20
Preferensi Introfersion
(I) = 14
Preferensi Sensing
(S) = 32
Preferensi Intuision
(N) = 2
Preferensi Thingking (T) = 25
Preferensi Feeling (F) =
9
Preferensi Judgement (J) =
29
Preferensi Perception
(P) = 5
Preferensi
Sensing plus Thinking (ST) =
23
Preferensi
Sensing plus Feeling (SF) =9 Preferensi Intuition
plus Thinking (NT) = 2
3.1.
Pengaruh Kombinasi Persepsi (Perception) dan Penilai (Judgement)
Kelompok ini didominasi oleh orang-orang yang memfokuskan perhatiannya pada
realita (ST) 23 dan (SF) 9 sedangkan hanya 2 orang saja yang perhatiannya
terfokus pada hal-hal yang mungkin terjadi (NT).
3.2.
Dalam menangani masalah cenderung secara analitis dan objektif, tetapi
faktor pribadi dan manusiawi (SF) ada 9 orang yang masih berperan juga biarpun
tidak terlalu dominan. Dalam menyikapi
suatu masalah cenderung analitis dan praktis (ST), ada juga terkesan akrab dan
simpatik tetapi unsur logisnya sedikit sekali (SF). Lingkup bidang pekerjaan
yang sesuai dengan kelompok ini adalah bidang pekerjaan yang memerlukan
kemampuan teknis yang banyak menangani fakta dan data, biarpun sebagian ada
yang menyukai jasa pelayanan untuk manusia yang bersifat praktis, sedangkan
kelompok ini kurang berminat dalam pengembangan ilmiah dan teknologi dan ilmu
lainnya.
3.3.
Selain kedua preferensi diatas persepsi dan penilai, yang langsung
terkait pada proses kerja, kedua preferensi lainnya EI dan JP juga mempunyai
pengaruh pada jenis pekerjaan yang sesuai dengan typenya. Secara umum
preferensi EI berpengaruh dalam seberapa jauh mereka menyenangi jenis pekerjaan
yang langsung berhubungan dengan orang lain dan dunia diluar dirinya, atau
sebaliknya bahkan lebih menyenangi pekerjaan dimana dituntut ketenangan untuk
mengolah ide dan konsep. Kelompok ini (E) ada 20 orang yang cenderung
menyenangi pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain dan dunia luar, dan (I)
ada 14 orang yang cenderung ingin ketenangan untuk mengolah ide dan konsep.
3.4.
Pekerjaan kita secara spesifik akan ditentukan oleh sekala JP. Dominasi
kelompok ini lebih suka mengatur dan menggerakkan sesuatu untuk merubahnya
menjadi tindakan nyata (ESTJ/Judging Attitude) yang terwakili oleh15 orang dan
ini sesuai dengan bidang pekerjaannya
yaitu industri.
4.
Menggunakan Type Untuk Meningkatkan Proses Pemecahan
Masalah.
Untuk meningkatkan kemampuan dalam proses pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan, kita harus dapat mempergunakan fungsi persepsi (P) dan
fungsi penilai (J) secara tepat. Kita harus mau belajar untuk mampu
mempergunakan kedua jenis fungsi persepsi dan fungsi penilai tersebut, masing-masing
sesuai dengan kebutuhan yang cocok. Ini merupakan suatu ketrampilan yang hanya
didapat dari latihan-latihan nyata. Pada umumnya kita cenderung untuk selalu
menggunakan fungsi kesukaan kita dalam memecahkan suatu masalah, akan tetapi
dalam kehidupan bermasyarakat, kita dituntut untuk berfikir luas, mencari
berbagai alternatif yang mungkin, dan bagaimana dampaknya terhadap orang lain,
bagaimana kenyataan yang sesungguhnya ada, juga apakah bertentangan dengan
kebiasaan dan nilai-nilai yang ada. Setiap saat kita selalu dihadapkan pada
masalah yang harus diselesaikan, atau harus memutuskan sesuatu hal dalam
situasi yang mendesak, Sebaiknya kita berusaha menggunakan setiap fungsi
tersebut secara sadar dan terarah. Dengan demikian setiap fungsi akan memberikan
kontribusi kepada situasi atau masalah yang dihadapi tanpa campur tangan dari
proses atau fungsi yang lain. Mulailah misalnya dengan fungsi persepsi (S/N),
karena fungsi ini selalu berperan sebelum proses pengambilan keputusan.
Pengabaian tahapan diatas dapat menimbulkan masalah. Orang dengan type intuisi
dominan akan mengambil keputusan berdasarkan kemungkinan yang dapat terjadi,
tanpa terlebih dahulu menguji fakta-fakta aktual yang mungkin dapat menghalangi
kemungkinan tersebut. Type sensing mungkin akan mengambil jawaban yang kurang
tepat atas suatu masalah karena mengira kemungkinan lain yang lebih baik tidak
dipikirkannya. Type pemikir (Thinking) mungkin agak melupakan perasaan dan
nilai-nilai kemanusiaan pada saat mengambil keputusan, dan sebaliknya type
perasa (Feeling) mungkin kurang memperhatikan konsekwensi logis dari suatu
keputusan.
5.
Kesimpulan dan saran
Biarpun kita telah mengidentifikasi kelompok diatas sesuai dengan
preferensinya, dan akan sangat membantu dalam pemilihan karier, tetapi Type
MBTI ini bukanlah segala-galanya. Masih banyak hal lain yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan karier, karena type MBTI tersebut masih
mempunyai keterbatasan, dan tidak untuk mengukur atau mengetahui permasalahan,
kecerdasan, emosi, stress, kekayaan, kenormalan, kelainan jiwa, trauma, IQ,
kedewasaan, penyakit dan lain-lain.
Jadi dengan menggunakan teori MBTI kita dapat membuktikan dalam keadaan
sehari-hari kelompok atau orang cenderung menggunakan kebiasaannya, sebagai contoh
kita sering menggunakan tangan kanan kita untuk menulis bekerja, tetapi ada
sebagian orang yang lebih suka menulis dengan menggunakan tangan kirinya, dan
bahkan ada yang mahir menggunakan kedua-duanya dengan lancar. Berarti seseorang dengan preferensi tertentu
diharapkan tidak terpaku pada preferensinya saja, ia diharapkan setelah
mengerti teori ini dapat menggunakan sisi lain dari preferensinya sehingga
terkesan lebih luwes dan fleksibel biarpun pada saat-saat emergensi mereka
cenderung menggunakan preferensinya yang dominan.
6.
Daftar Kepustakaan
a. Barger, J.N. and
Kirby. L.K. 1995. The Challenge of charge in Organizations : Helping Employees Thrive in The New
Frontier. Davies – Black Publising. California.
b. Hirsh, S.K. 1992.
MBTI Team Building Program : Leader’s
Resource Guide. Consulting Psychologists Press, Inc.
c. Jeffries, W.C.
1990. True to Type, Answer to The Most
Commonly Asked Questions About Interpreting The Myers-Briggs Type Indicator. Hampton
Roads Publishing Company, Inc. USA.
d. Keirsey, D and
Bates, M. 1984. Please Understand Me: Character
and Temperament Types. Prometheus Namesis Book Company. California.
e. Myers, I.B. And
Myers, P.B. 1998. Gifts Differing,
Understanding Personality Type. Davies-Black Publishing. California.
f. Quenk, A.T. and Quenk,
N.L. 1995. Dream Thinking: The Logic,
Magic, and Meaning of Your Dreams. Davies-Black Publishing. California.