© 2002
Syisferi Posted: 17 December, 2002
Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
December 2002
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
STRATEGI PRODUK PELABUHAN
PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS
DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBAL
Oleh :
Nrp.: C
561020204
e-mail : faliass@rad.net.id
Untuk meningkatkan pemanfaatan
sumber daya kelautan berbagai cara dapat dilakukan, antara lain mengusahakan
dan mengembangkan perikanan dalam rangka peningkatan daya guna dan daya saing
komoditi itu sendiri. Adanya usaha pendayagunaan komoditi perikanan baik yang
dilakukan oleh Pemerintah maupun swasta telah dirasakan adanya kemajuan yang mendorong pembangunan negara secara umum dan
perekonomian rumah tangga secara khusus.
Salah satu komoditi yang potensial
untuk diusahakan adalah perikanan, karena ikan merupakan komoditi yang dapat
dipanen sepanjang tahun atau tidak terlalu tergantung pada musim. Ikan
merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan oleh manusia baik yang dikonsumsi
langsung maupun yang melalui proses lebih lanjut, seperti yang dikemukakan Dahuri
Rokhmin (2002)… sudah banyak penelitian yang menunjukkan besarnya manfaat
mengkonsumsi ikan, baik dari segi kesehatan, maupun dari harganya yang relatif
lebih murah dari pada sumber protein lain seperti daging.
Tujuan umum
dari penulisan makalah ini adalah untuk melihat strategi produk Pelabuhan
Perikanan Samudera Bungus dalam menghadapi pasar global, yang secara
khusus adalah :
1.
Menganalisa
dan menentukan produk unggulan ikan dalam menghadapi pasar dunia yang lebih
kompetitif.
2.
Merumuskan
dan menetapkan langkah-langkah serta strategi pemasaran untuk meningkatkan
profit dalam pasar yang lebih luas.
Disamping dapat dikonsumsi langsung ikan juga dapat menjadi andalan bahan baku industri, mengingat bahwa ikan dapat dipergunakan secara optimal . Industri pengolahan perikanan telah mengalami kemajuan yang pesat dan memberikan sumbangan positif terhadap perekonomian dunia. Supaya dapat memasuki pasar secara menyeluruh dibutuhkan pengaturan dan formulasi strategi yang tepat dan terpadu, maka dari itu dalam penulisan ini dirumuskan kerangka acuan guna memasuki pasar global seperti Gambar 1.
Tujuan dan Sasaran Perusahaan |
S t
r a t e g
i P e
m a s a r
a n |
P r
o d u k U n
g g u l a
n |
|
A n
a l I s a Lingkungan |
P a s a r I k a n L a
u t |
K o
n s u m e
n L o
k a l |
|
K o
n s u m e
n Internasional |
Formulasi Strategi P e m a s a r a n |
Gambar 1. Kerangka Acuan Penulisan
Usaha pemberdayaan perikanan laut sudah mulai
dilakukan sejak dahulu, namun perkembangannya dirasakan sangat lambat dan juga
konstribusinya terhadap produksi perikanan dunia masih kecil. Hal ini lebih
disebabkan karena melimpahnya sumber
daya perikanan dilautan, untuk itu dibutuhkan penerapan teknologi tepat guna
supaya sumberdaya yang melimpah tersebut dapat dikelola dengan baik. Sampai
sekarang konstribusi perikanan tangkap dari laut memegang peranan penting
terhadap perikanan dunia seperti data dari FAO menyebutkan hasil tangkapan
diseluruh dunia mencapai 98,1 juta ton. Sementara itu kebutuhan dunia akan ikan
sangat tinggi sekali namun hasil tangkapannya menurun seperi yang dikemukanan Sukoso
(2002) … kebutuhan konsumsi ikan dunia mencapai 120 juta ton pada tahun
2000, namun hasil tangkapan turun menjadi 85 juta ton akibat overfishing. Sebagai
gambaran nyata dari produksi ikan dunia dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Hasil
Ikan Tangkap Dunia Laut dan Darat (Dalam Ton)
Tahun |
Perikanan
Laut |
Perikanan Darat |
T o t a l |
1993 1994 1995 1996 1997 |
79.940.700 84.683.300 84.302.400 85.717.600 85.590.000 |
6.527.300 6.714.600 7.255.100 7.459.700 7.739.200 |
86.468.000 91.397.500 91.557.500 93.177.300 93.239.200 |
Sumber :
FAO, 1997
Dari tabel diatas dapat dilihat secara jelas bahwa
produksi ikan dunia mengalami kenaikan setiap tahunnya yang dengan kata lain
bahwa peluang untuk mengembangkan usaha dibidang perikanan masih memberikan
harapan yang baik. Untuk melakukan itu semua perlu difikirkan hal-hal yang memang
dapat mendatangkan keuntungan bagi manusia dan kelestarian dari sumberdaya
perikanan juga terjamin. Sehingga pada akhirnya apa yang menjadi tujuan kita
bersama untuk dapat memanfaatkan dan memelihara sumber daya perikanan yang
dimiliki demi kepentingan dan kemaslahatan bersama.
Dilihat dari perkembangannya
perikanan laut Indonesia jauh masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara
lain hal seperti ini disebabkan oleh
berbagai faktor. Diantara faktor penghambat tersebut berupa kurangnya;
pengetahuan, permodalan, law enforcement
yang akhirnya para nelayan melakukan aktifitasnya dengan cara yang
sangat tradisional. Jika hal ini dapat diatasi secara nasional sektor perikanan
dapat dijadikan sabagai andalan untuk membangun perekonomian Indonesia seperti
yang dikemukakan Dahuri Rokhmin (2002) … sektor kelautan dan perikanan
memliki potensi besar menjadi penggerak ekonomi nasional bila potensi tersebut
dimanfaatkan secara maksimal. Sebagai gambaran nyata dari produksi perikanan Indonesia
dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel 2.
Tahun |
Perikanan
Laut |
Perikanan
Darat |
Perikanan
Budidaya |
Total
|
1994 1995 1996 1997 1998 |
3.080.168 3.292.930 3.383.457 3.612.961 3.723.748 |
336.141 329.710 335.706 304.258 288.666 |
597.522 640.947 733.095 662.547 629.797 |
4.013.831 4.263.587 4.452.258 4.579.766 4.642.209 |
Sumber : Statistik Perikanan Indonesia No. 28 (1998)
Dari tabel diatas secara jelas terlihat bahwa produksi perikanan Indonesia masih dibawah potensi tangkapan yang diperbolehkan pemerintah mengingat bahwa potensi tangkap yang diperboleh adalah sebesar 5,12 juta ton. Dengan kata lain bahwa secara nasional usaha perikanan ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan catatan perlu melakukan stimulan baik yang datangnya dari pemerintah maupun masyarakat perikanan itu sendiri. Hal ini erat hubungannya dengan tingkat konsumsi rakyat Indonesia terhadap ikan yang masih rendah, seperti yang dikemukakan Dahuri Rokhmin (2002)… tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia pada 2002 baru sekitar 25 kilogram perkapita pertahun. Angka ini masih jauh dibandingkan negara-negara lain, seperti Jepang yang tingkat konmsumsi ikannya telah mencapai 60 kilogram perkapita pertahun.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus ( PPS Bungus ) merupakan pelabuhan perikanan yang berada di wilayah Sumatera Barat dan termasuk pelabuhan perikanan kelas A dengan luas area 140.000 m2. PPS Bungus ini dikelola oleh tenaga-tenaga; lulusan S1 (16 orang), SLTA (41 orang), SLTP (6 orang) dengan jumlah kapal yang terdaftar sebanyak; 43 unit ( kecil 5 GT ), 81 unit ( 5 – 10 GT ), 11 Unit ( 10 – 20 GT ) dan 1 unit ( 20 – 30 GT ). Untuk alat tangkap yang digunakan adalah; pancing tonda dan bagan perahu/rakit. Dari hasil produksi yang dihasilkan oleh PPS Bungus telah dapat membantu perekonomian Sumatera Barat khususnya dan Indonesia umumnya. Hal ini dapat dilihat pada data produksi perikanan PPS Bungus dari tahun 2000 – 2002 khusus untuk tahun 2002 baru sampai bulan Oktober seperti Tabel 3.
Nama Species |
Tahun 2002 |
Tahun 2001 |
Tahun 2002 |
Madidihang |
16.168 |
244.457 |
838.619 |
Tuna Mata Besar |
61.530 |
10.238 |
4.350 |
Cakalang |
52.950 |
554.742 |
1.872.247 |
Layang |
3.500 |
11.063,03 |
34.573 |
Tongkol |
152.345 |
5.949 |
163.780 |
Sumber : Dirjen Perikanan Tangkap
Setelah melihat pada tabel diatas dapat dipastikan bahwa produksi perikanan memberikan harapan pada PPS Bungus mengingat bahwa terjadi peningkatan hasil tangkapan setiap tahunnya. Sedangkan untuk peningkatan yang signifikan terjadi pada ikan Cakalang. Dengan adanya peningkatan ini akan memberikan peluang yang lebih besar kepada para pengusaha maupun nelayan yang berada di PPS Bungus guna meningkatkan aktifitasnya dalam bidang penangkapan ikan. Hal ini jika dikaitkan dengan potensi ekspor perikanan Indonesia sudah dapat dipastikan bahwa usaha dibidang perikanan sangat menjanjikan mengingat ekspor Indonesia dibidang perikanan masih rendah seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Nilai Ekspor Beberapa Jenis Ikan 1996 (Dalam US $)
Jenis
Ikan |
Nilai
Ekspor Segar |
Nilai
Ekspor Round Beku |
Jumlah
Nilai Ekspor |
Tuna |
47.960.891 |
7.704.920 |
55.665.811 |
Cakalang |
300.600 |
14.890.373 |
15.665.811 |
Ikan Tuna Lain |
27.887.252 |
13.987.259 |
41.874.511 |
Ikan Dasar Lain |
105.798.077 |
130.341.468 |
236.139.545 |
Jumlah |
181.946.820 |
166.924.020 |
348.870.840 |
Sumber : BI
Sebagai bagian dari pemasaran maka produk memegang pranan penting
bagi keberhasilan usaha. Karena apabila salah dalam menentukan strategi produk banyak pemakaian sumber daya yang tidak mendatangkan benefit. Selaku organisasi yang berorientasi pada benefit maka berbagai bentuk usaha tidak dapat dipisahkan dari kegiatan produksi baik berupa barang maupun jasa. Pemasaran bagi suatu hasil usaha adalah proses memfokuskan sumber daya untuk mencapai tujuan dalam merebut peluang dan kesempatan, seperti yang dikemukakan Assauri (1987)… perusahaan dituntut untuk mampu memproduksi dengan mutu yang lebih baik, harga lebih murah dan penyampaian produk lebih cepat dari pada pihak pesaingnya.
Produk bagi perusahaan adalah merupakan suatu hal yang sangat penting guna dapat memenangkan setiap persaingan, seperi dikemukakan Kotler dan Cox (1980)… pengembangan suatu rencana strategi jajaran produk yang tersedia merupakan unsur yang paling penting dalam rangka kegiatan perencanaan suatu perusahaan. Seterusnya juga diberikan definisi produk oleh Kotler (1991)… yang mencakup segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada seseorang untuk memuaskan kebutuhan atau keinganan mereka.
Ditinjau dari segi untuk menghasilkan suatu produk perusahaan atau negara akan dihadapkan pada berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan dimaksud adalah pendekatan pasar (market oriented), yaitu produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan konsumen pada akhirnya dapat menjadi daya tarik bagi pasar dan mempunyai daya saing tersendiri. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pasar apalagi setelah disepakatinya General Agreement on Tariff and Trade yang lebih popular dengan GATT dalam putaran Uruguay di akhir tahun 1993.
Dalam menjawab tuntutan dunia yang lebih luas tentang kebutuhan dari masing-masing negara akan barang dan jasa diperlukan suatu keunggulan yang dapat mendukung produksi. Apabila suatu negara maupun perusahaan yang tidak mempunyai keunggulan dimaksud maka akan sulit baginya memasuki pasar berskala besar (global), seperti dikemukakan Sicat dan Arndt (1991)… selagi terdapat perbedaan biaya untuk memproduksi barang diantara berbagai negara, maka terdapat kemungkinan bagi sebuah negara untuk memperoleh keunggulan komparatif dalam produksi.
Maka dari itu negara atau perusahaan akan memusatkan perhatian terhadap efisiensi dalam penggunaan sumber daya yang dimilki supaya dapat menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan komparatif, pengertian dari Hiam dan Scheme (1993)… produk mencakup seluruh perencanaan yang mendahului produksi aktual : produk mencakup riset dan pengembangan : dan produk mencakup semua layanan yang menyertai produk : seperti instalasi dan pemeliharaan. Dalam masalah produk ini perusahaan harus tegas dan konsisten mempertahankan mutu dari produk. Bagaimanapun juga mutu merupakan dambaan dan harapan bagi konsumen serta tantangan dan kesempatan bagi produsen supaya dapat merebut pasar yang lebih luas.
Supaya dapat memenangkan persaingan perusahaan akan berusaha menerapkan berbagai strategi, seperti yang dikemukan Porter (1993)… strategi keunggulan biaya dan strategi diferensiasi mencari keunggulan bersaing dalam beragam segmen industri yang luas, sedangkan strategi fokus mengejar keunggulan biaya (fokus biaya) atau diferensiasi (fokus diferensiasi) dalam segmen yang sempit.
Biaya yang
lebih rendah Diferensiasi
Sasaran Luas Sasaran Sempit |
1. Keunggulan Biaya |
2. Diferensiasi |
3A. Fokus Biaya |
3B. Fokus Diferensiasi |
Sumber : Michael E. Porter
1)
Stratgi Keunggulan Biaya
Merupakan suatu pendekatan yang mungkin dilakukan perusahaan supaya diperoleh profit diatas rata-rata. Dengan pendekatan ini posisi yang diharapkan setiap unit usaha supaya mencapai biaya produksi dan distribusi yang lebih rendah dari pesaing. Harapan disini adalah berupa ketahanan terhadap pesaing dan juga untuk melindungi perusahaan dari tekanan konsumen yang lebih kuat serta pemasok yang lebih besar. Hal ini bertujuan untuk menempatkan perusahaan pada posisi yang menguntungkan dalam menghadapi produk subtitusi.
Supaya dapat mencapai posisi tersebut dibutuhkan kunggulan baik dibidang penelitian, pengembangan dan penataan organisasi. Disamping pelayanan dari bidang marketing dan efisiensi dalam berproduksi juga harus mendapat prioritas untuk ditingkatkan. Disisi lain penerapan strategi ini mengandung resiko, karena terjadi desakan beban pada perusahaan tetap mempertahankan posisi yang ada. Dengan sendirinya perlu ada penambahan modal guna pembelian peralatan yang lebih modern, penggantian aset yang sudah kurang produktif.
2)
Strategi Diferensiasi
Pada posisi ini diharapkan memperoleh keunggulan karena adanya perbedaan dengan pesaing. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti, keunggulan teknologi, mutu yang lebih baik, layanan yang lebih sempurna, saluran distribusi dan sebagainya. Dalam pemilihan strategi ini bukan berarti bahwa perusahaan dapat dengan begitu saja mengabaikan biaya melainkan target strategis utamanya sudah bergeser dari biaya kepada diferensiasi. Keuntungan yang diperoleh melalui pendekatan ini berupa perolehan profit diatas rata-rata.
Strategi ini dapat mendatangkan posisi yang aman dalam mengatasi kekuatan pesaing seperti; pendatang baru, pemasok, pembeli dan produk subtitusi. Pendekatan ini mengandung resiko antara lain; terhalangnya pencapaian bagian pasar yang lebih tinggi, harus mengorbankan posisi biaya apabila kegiatan yang dilakukan membutuhkan biaya tinggi, sebaliknya peniruan akan memberikan kesan yang lebih kecil atau pengaruh dari diferensiasi.
3)
Strategi Fokus
Dengan pendekatan ini dapat diharapkan perusahaan berada pada posisi pemusatan perhatian dalam rangka penguasaan pasar baik dari jenis produk maupun para pembeli tertentu. Disini perushaan akan berusaha dengan segala kemampuannya untuk menghadapi pesaing, sekalipun perusahaan tidak mempunyai keunggulan yang menyeluruh. Dalam melaksanakan strategi ini perhatian usaha akan tertuju pada keunggulan biaya atau melalui sentuhan yang lebih unik pada pelanggan berupa fokus diferensiasi dalam rangka melayani target pasar pilihan yang lebih sempit.
Bagi
perusahaan yang menerapkan strategi ini harus mempunyai keunggulan spesialisasi
dalam suatu bidang baik berupa produk tertentu maupun keahlian mengendalikan
biaya. Pendekatan ini mengandung resiko mengenai keterbatasan dalam pencapaian
bagian pasar yang menyeluruh. Disamping
itu juga harus berani mengorbankan biaya secara menyeluruh.
Dari semua uraian diatas dan melihat perkembangan yang dilanjutkan dengan pembahasan dalam pemilihan produk dan strategi maka berikut ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.Dengan telah adanya kesepakatan Uruguay pada akhir tahun 1993 mengenai GATT maka perusahaan harus dapat meningkatkan pengolahan industri hilir ikan dengan cara melakukan terobosan baru dibidang pemakaian teknologi, peningkatan mutu, jenis dan macam produk untuk dapat bersaing dalam pasar yang lebih luas (global).
2.Dilihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia
terhadap ikan masih rendah yaitu pada tahun 2002 baru sekitar 25 kilogram
perkapita pertahun sedangkan negara seperti Jepang telah mencapai 60 kilogram
perkapita pertahun sehingga untuk konsumsi dalam negeri masih mengalami
kekurangan. Maka dari itu
secara nyata sangat terbuka luas kesempatan berusaha dibidang perikanan.
3.Dilihat dari
nilai ekspor ikan tahun 1996 secara jelas diperoleh hasil bahwa ekspor ikan
baik yang segar maupun yang telah diolah dapat dijadikan andalan mengingat
bahwa kebutuhan dunia akan ikan masih terbuka dengan kata lain pasarnya belum
mengalami kejenuhan.
4.Dari
hasil tangkapan PPS Bungus yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun
bahkan peningkatan signifikan terjadi
pada ikan Cakalang. Seiring dengan itu dari data hasil ekspor menunjukan bahwa
ikan Cakalang juga menjadi kebutuhan utama dunia oleh karena itu dalam
menentukan produk unggulan sebaiknya PPS Bungus lebih memfokuskan diri kepada
pemberdayaan dan penangkapan ikan Cakalang.
5.Dalam
rangka pemilihan strategi supaya dapat bersaing pada pasar global PPS Bungus
sebaiknya melakukan strategi fokus dari tiga strategi generik M.E.Porter. Hal
ini disebabkan karena melalui strategi ini PPS Bungus akan dapat dengan mudah
untuk memusatkan perhatian pada pelanggan dan pengendalian biaya.
Assauri, Sofyan. 1983, Manajemen
Pemasaran, Dasar, Konsep dab Strategi, Rajawali Press, Jakarta.
Dahuri, Rokhmin, 2002, Konsumsi Ikan Indonesia Masih Rendah, Republika 2002
Dahuri, Rokhmin, 2002, Pukat Harimau Tetap Dilarang, Pusat Izinkan Jika Diminta Nelayan, Suara Pembaruan, 2002.
Hiam, A. dan Scheme, C. D. 1993, The Portable MBA In Marketing. John Wiley & Sons, Massachussets.
Kotler, P. 1991, Marketing Management, Analysis, Planning, Implimentation and Control, Prentice-Hall, New Jersey.
Kotler, P dan Cox, K. 1980, Marketing Management and Strategy, Prentice-Hall, New Jersey.
Sicat, G. P. dan Arndt, H. W, 1991, Ilmu Ekonomi Untuk Konteks Indonesia. LP3ES, Jakarta.
Sukoso, 2002, 20% Jenis Ikan di Indonesia, Suara Merdeka,
2002.