ã 2002 N. L. Soeida S. Posted 29 December 2002
Makalah
Pengantar Falsafah Sains (PPS702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
Desember 2002
Dosen :
Prof Dr.
Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Prof Dr
Zahrial Coto
Dr Bambang
Purwantara
KURANG GIZI:
SALAH SATU
PENYEBAB MENURUNNYA TINGKAT KECERDASAN DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Oleh :
N. L.
Soeida S.
G
426010091
E mail: ironida@yahoo.com
I
PENDAHULUAN
Upaya pembangunan
nasional yang sedang dilaksanakan pada hakekatnya adalah upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai pencerminan dari tujuan nasional. Seperti
halnya di negara – negara berkembang lainnya, di Indonesia kekuranagn gizi
merupakan masalah utama yang diketahui dapat menghambat lajunya pembangunan
nasional ( Kodyat, 1992 )
Disamping itu kekurangan
gizi pada anak sebenarnya adalah bentuk dari kelaparan tidak kentara dan itu
salah satu ukuran kesejahteraan selain kesehatan dan pendidikan ( Soekirman ,
2002 )
Sampai saat ini masih
terdapat masalah kurang gizi terutama diderita oleh bayi, anak – anak usia
sekolah dan wanita. Tiga macam kekurangan gizi yang dipandang sebagai masalah
kesehatan umum di Indonesia adalah : defisiensi iodium, vitamin A dan zat besi
( Wirakastakusumah, 1998 )
Berbagai usaha telah
dilakukan pemerintah guna mengatasi gizi ini terutama yang menyangkut
defisiensi iodium dan zat besi. Dua zat gizi ini dianggap berpengaruh amat
besar terhadap tingkat kecerdasan. Oleh karena itu pemerintah terus
menggalakkan program pembuatan garam beriodium, suplementasi zat besi bagi
kelompok sasaran dan mengupayakan pemberiaan makanan tambahan untuk anak
sekolah guna mengatrol tingkat kecerdasan anak sekolah dasar maupun madrasah
ibtidaiyah.
Makalah ini menguraikan
usaha yang telah dilakukan pemerintah disertai kendala yang dihadapi dalam
mengatasi rawan gizi utamanya iodium dan zat besi serta protein.
II IODISASI GARAM
Program iodisasi garam
merupakan program jangka panjang untuk penanggulangan Ganguan Akibat Kekurangan
Iodium ( GAKI ) , cara ini dianggap yang paling sederhana dan aman, karena
secara fisiologis memberikan iodium melalui makanan.
Iodium adalah suatu zat
essensial dibutuhkan untuk aktivasi fungsi hormon thyroid. Hormon ini diketahui
mengekstrak iodium dari nutrien yang akan menekan timbulnya penyakit gondok. Penyakit
ini disebabkan oleh rendahnya iodium dalam diet, yang mengakibatkan pembesaran
kelenjar gondok.Bahan pangan yang bersifat sebagai sumber iodium adalah yang
berasal dari laut dikenal dengan seafood. Akan tetapi didaerahdimana seafood
tidak tersedia, diet iodium lebih mudah diperoleh dalam bentuk bahan pangan
hasil fortifikasi atau berupa suplemen.
Salah satu bahan pangan
yang berhasil di fortikasi dengan iodium adalah garam. Menurut ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan RI 1986, kandungan KIO3 yang dianjurkan
adalah 40 ppm.
Iodium diperlukan semata
– mata untuk biosintesis hormon thyuroid yang mengandung iodium. Kebutuhan
iodium meningkat pada kaum remaja dan kehamilan
Tabel 1. Kebutuhan Iodium dan Besi pada bayi hingga orang dewasa.
|
Iodium , mg |
Besi , mg |
Bayi Anak – anak Pria Wanita Wanita hamil Masa laktasi |
35 – 45 60 – 110 130 – 150 100 – 115 125 150 |
10 – 15 10 – 15 10 – 18 18 18 18 |
Sumber : Harper , 1982
Adanya iodium dalam diet
akan meningkatkan fungsi hormon thyroid.Dampak yang timbul akibat kurangnya
iodium adalah hipofungsi kelenjar gondok. Akibatnya muncul kondisi kretin
hipofungsi kelenjar gondok yang ditandai
dengan gangguan pertumbuhan fisik dan mental, sehingga penderita menjadi
kerdil dan kecerdasan berkurang. Oleh karena itu pencapaian garam beriodium 100
% untuk segala lapisan mendesak dilakukan.
Data tahun 1998
menunjukkan 87 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah endemic GAKI.
Akibatnya tak kurang dari 20 juta penduduk menderita gondok.
GAKI pada ibu hamil berisiko menimbulkan keguguran, sedangkan pada janin menyebabkan lahir mati. Kalaupun lahir, beresiko mengalami cacat bawaan, kematian dini, kretin, keterbelakangan mental, tuli juling dan lumpuh.
Diperkirakan tiap tahun ada 9 ( sembilan ) bayi kretin lahir di Indonesia. Sejauh ini Indonesia telah kehilangan 140 juta point. ( kompas, 2002 )
Kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah meliputi pembinaan produksi, disertai pengawasan mutu. Mengingat program iodisasi garam hingga saat ini masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain masih banyaknya garam yang beredar belum memenuhi persyaratan : Untuk itulah perlu adanya komunikasi , informasi dan edukasi (KIE ) terhadap penaggulangan GAKI yang tertuju pada 3 ( tiga ) kelompok sasaran yaitu :
a.
Para
perencana, pengelola dan pelaksana program.
b. Manyasarakat didaerah gondok endemic.
c. Masyarakat di luar daerah gondok endemic.
Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam upaya KIE ini adalah terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku positip dari ketiga golongan sasaran tersebut serta mau dan mampu mendukung suksesnya penaggulangan GAKI melalui iodisasi garam. ( Kodyat , 1992 )
Intervensi GAKI terus dilakukan dengan bantuan sejumlah badan dunia. Program intensifikasi penanggulangan GAKI yang berlangsung tahun 1997 – 2003 bertujuan menurunkan prevalensi GAKI lewat pemantauan status GAKI pada penduduk, meningkatkan persediaan garam beriodium serta meningkatkan kerja sama lintas sektoral.
III SUPLEMENTASI ZAT BESI
Besi ( Fe ) adalah unsur mineral yang paling penting di butuhkan oleh tubuh karena peranannya pada pembentukan hemoglobin. Senyawa ini bertindak sebagai pembawa oksigen dalam darah, dan juga berperan dalm transfer CO2 dan H+ pada rangkaian transpor electron yang di atur oleh fosfat organic ( Fennema 1996 )
Kebutuhan zat besi terbesar adalah selama 2 ( dua ) tahun kehidupan pertama, selama masa pertumbuhan yang cepat dan kenaikan Hb di usia remaja, serta masa kehamilan.
Kurangnya asupan dengan zat besi yang adekuat mengakibatkan timbulnya penyakit anemia gizi. Gejalanya tampak melalui kadar Hb dibawah 11g%, pucat, lesu, letih, lemah dan terjadinya pendarahan. Prevalensi yang ditimbulkannya dialami oleh anak – anak usia pertumbuhan, remaja dan wanita usia subur maupun wanita hamil. Almasyhuri dalam surveynya pada tahun 1998 mengungkapkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil sempat berkurang dari 63,5 % menjadi 50,9 % pada tahun 1995 ( Almasyhuri, 1998 ). Akan tetapi dengan adanya krisis moneter dan ekonomi diduga mengakibatkan parahnya keadaan gizi masyarakat di Indonesia sehingga di khawatirkan negara akan kehilangan satu generasi.
Anemi gizi besi
merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Resiko anemi gizi besi
ini dapat menyebabkan produktivitas kerja rendah, daya tahun tubuh terhadap
penyakit menurun, kemampuan belajar anak sekolah rendah peningkatan bobot badan
ibu hamil rendah da kelahiran bayi premature. Jalan pintas untuk penentuan
anemia menggunakan Hb sebagai indicator telah disarankan oleh WHO dan anemia
gizi ditetapkan sebagai masalah kesehatan masyarakat Indonesia secara
universal.
Untuk itulah maka
pemerintah telah berupaya melaksanakan program untuk mencukupi kebutuhan zat
besi yaitu melalui pemberian tablet zat besi bagi kelompok sasaran yang
dilakukan dengan menjalin kerjasama
dengan puskesmas di masing – masing daerah setempat.
Zat besi yang diberikan berupa garam besi yaitu ferro sulfat ( FeSO4 ) sebanyak 500 mg. Pemberian dilakukan 1 ( satu ) minggu sekali dan melalui survey yang diadakan oleh pusat penelitian dan pengembangan gizi ( P3G ) Bogor mampu meningkatkan kadar Hb diats 11 %.
IV PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
Program ini lebih dikenal dengan Pemberian Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah ( PMT – AS ) yang dicanangkan tahun 1996. Hal ini di upayakan untuk mengatasi kecerdasan bagi anak usia sekolah yang amat membutuhkan pasokan makanan makanan bergizi.
Makanan pendukung program ini ditetapkan mengandung 300 kalori energi, 5 gram protein, sejumlah vitamin ( khususnya vitamin A ) dan mineral ( terutama zat besi ). Akan tetapi kenyataan di lapangan prevalensi kurang gizi masih tinggi yaitu status gizi kurang kalori, protein, zat besi dan vitamin A masing – masing 50, 55, 25, dan 40 %.
Tingginya prevalensi ini berkorelasi dengan makanan pendukung yang
didominasi produk olahan nabati.
Meskipun ada bahan yang digunakan bersal dari hewani seperti daging, susu,
telur, mentega dan udang, pada jenis makanan kudapan tahu isi, bakwan sayur,
perkedel kentang, pastel sayur namun jumlahnya relatif kecil. Hal ini menyebabkan rata – rata andungan
protein dalam menu PMT – AS hanya 3,76 gram, energi rata – rata 228,14 kalori (
Sibuea , 2002 )
Pada akhirnya pemerintah
disamping memfokuskan pada bantuan makanan bergizi kepada keluarga murid
peserta PMT –AS. Disamping perlu peningkatan dana sehingga makanan
pendukung lebih bergizi seperti susu, telur dan daging sebagai sumber protein. Hal ini perlu dilakukan agar program
tercapai. Bila program hanya sekedar membagi – bagi makanan kepada anak
sekolah, maka program ini masih berorientasi proyek dan tidak memperhitungkan
kesinambunagan program, sehingga saat peserta PMT – AS tidak lagi mendapat
makanan tambahan, status gizinya akan kembali rendah.
V PELAKSANAAN
KEGIATAN
Banyak hal yang telah
dilakukan oleh pemerintah terhadap program peningkatan kecukupan gizi antara
lain sebagai berikut :
1.
Pengawasan
mutu garam briodium ditingkat produksi melalui pengujian kandungan KIO3.
2.
Pengaturan
tata niaga garam sehingga semua pelaku niaga / pedagang garam bebas melakukan
perdaganagan garam baik antar propinsi maupun antar daerah sepanjang mempunyai
surat ijin perdagangan yang masih berlaku dan mutunya memenuhi persyaratan.
3.
Tetap
mengupayakan KIE melaui media cetak maupun elektronik berupa pendistribusian
materi – materi KIE ke daerah antara lain berupa melalui poster, leaflet, buku
petunjuk pembuatan garam beriodium, pemutaran film, pelatihan petugas dan
penyuluhan langsung di lapangan.
4.
Koordinasi
pelaksanaan kegiatan antara pusat dan pemerintah daerah untuk mengadakan
pembinaan dan pengawasan umum. Akan tetapi setelah pemberlakuan otonomi daerah
maka hal ini sepenuhnya diserahkan kepada daerah tujuannya untuk meningkatkan
komitmen kepala daerah memberantas peredaran garam iodium serat meningkatkan
dukungan media massa. Dari 37 kabupaten / kota yang dilibatkan, beberapa yang
aktif melakukan pemantauan adalah Probolinggo, Tulungagung, Malang, Mamuju,
Banjarnegara, Rembang dan Cirebon. ( K ompas , 2002 )
5.
Menjalin
kerjasama dengan departemen kesehatan dalam rangka pemberian suplemen zat besi
berupa tablet FeSO4 500 mg
kepada kelompok sasaran yaitu anak – anak sekolah dasar wanita usia subur dan
hamil.
6.
Khusus
bagi anak sekolah dasar ( SD ) maupun madrasah ibtidaiyah ( MI ) dilakukan
program Pembinaan Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah ( PMT – AS ) guna
mengatrol tingkat kecerdasan.
VI PENUTUP
Dari
uraian di atas kiranya dapat dinyatakan bahwa kecukupan gizi terutama yang
terkait langsung dengan pertumbuhan, kecerdasan otak dan kesehatan secara
universal khususnya iodium dan zat besi serta protein amat penting.
Agar
supaya Indonesia tidak kehilangan satu generasi sebagai akibat kurangnya asupan
gizi dalam diet maka sudah menjadi kewajiban pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan
kerjasama terpadu guna mengatasi kekurangan gizi sehingga diperoleh generasi
yang cerdas dan tangguh.
Untuk itulah kualitas SDM memerankan peranan yang penting dalam pengembangan bangsa. Pengembangan ilmu dan pengetahuan ( IPTEK ) yang berlangsung cepat dan menjadi barometer kemajuan suatu bangsa membutuhkan SDM berkualiats tinggi. Maka hal ini perlu dan harus didukung status gizi yang baik dan memadai.
Begitu kompleksnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh kekurangan gizi. Oleh karena itu untuk memenuhi kecukupan gizi perlu pula di fahami suatu kebijaksanaan yang juga harus ditanggapi dengan sikap yaitu makan dengan menu seimbang dan tidak berlebihan.
VII
DAFTAR PUSTAKA
Almasyhuri . 1998 . Survey Tingkat Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 21 : 15
Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 .
Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi
dan Makanan . Jilid 23 : 92
Fennema O . R . 1996 > Food Chemistry . Marcel Dekker Inc . 3th ed . : 641
Harper . 1982 . Biokimia . Universitas Indonesia Press . Hal : 618
Iswanto dan Amri M . Besi , Nutrisi Yang Berguna Sekaligus Berbahaya dalam Kmpas 13 September 2002 .
Kodyat B . A . 1992 . Masalah Yang Dihadapi Dalam Penyelenggaran Intervensi Garam
Fortifikasi Dan Upaya Mengatasinya . PAU Pangan Dan Gizi IPB .
Kompas . 26 – Nopember 2002 . Upaya Penanggulangan GAKY .
Sibuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 .
Soekirman . Status Gizi dan Masyarakat Yang Demokratis dalam Kompas 17 Juni 2002 .
Wirakartakusumah M . A . , Purwiyatno H . 1998 . Technical Aspects of Food Fortification . Food and Nutrition Bulletin Vol . 19 . No 2 : 101 – 102 .