© 2002 Program Pasca Sarjana IPB
Makalah Kelompok 7 Posted 23 November, 2002
Falsafah Sains (PPs 702)
Program Pasca
Sarjana
Institut
Pertanian Bogor
November 2002
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
(Penanggung Jawab)
Prof Dr Zahrial Coto
Dr Bambang Purwantara
DAMPAK GETARAN PADA
PERTUMBUHAN DAN
TINGKAH LAKU MAKHLUK
HIDUP
Oleh:
Afton
Antabany, Arman Djohan, Eko Kuswanto
Muhamad
Fatah, Muhammad Sabri, Rudi Rawendra,
Ruhyat Partasasmita, Sayu Putu Yuni Paryati, Wazir
Mawardi
Yushardi
1. PENDAHULUAN
Hanya berdasarkan kebiasaan
saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin, warna itu warna.
Dalam
kenyataannya hanya terdapat atom dan kehampaan. Artinya, obyek dari penginderaan sering kita anggap nyata,
padahal tidak demikian. Hanya atom dan
kehampaan itulah yang bersifat nyata (Plato).
Bila diperhatikan segala gejala alam yang timbul di alam semesta ini
adalah merupakan suatu gerakan yang teratur mulai dari galaksi sampai ke bagian terkecil dari
struktur benda di alam ini. Kehidupan
makluk didunia ini pun mengalami pergerakan mulai dari kehidupan sosial sampai
ke organ tubuh terkecil sekalipun.
Demikianlah yang terjadi pada aktivitas makhluk hidup yang ditandai
dengan pergerakan ion-ion yang mengakibatkan timbulnya getaran dalam bentuk suatu gelombang yang
bergerak secara periodik dengan frekuensi dan simpangan tetap dan tertentu,.
kecuali adanya gangguan atau hambatan yang mempengaruhi langsung atau
menginduksi gerakan tersebut. Frekuensi
yang ditimbulkan tergantung bentuk, ukuran dan struktur organ
bersangkutan, bahkan akan timbul getaran dengan sejumlah frekuensi yang berbeda
yang disebut spektrum.
Makhluk hidup melalui organ-organnya
menghasilkan getaran dengan beragam frekuensi. Frekuensi getaran yang
dibangkitkan berkisar dari 5 Hrz sampai ke gelombang cahaya tergantung jenis
organnya. Frekuensi yang dapat didengar manusia berkisar dari 20 Hz sampai
dengan 20 Khz disebut dengan getaran suara atau akustik. Ada dua sumber getaran yang dibangkitkan makluk hidup yaitu
dari pita suara dan organ-organ tubuh lainnya. Getaran atau suara yang
dibangkitkan dari pita suara mempunyai makna tertentu dan merupakan alat
komunikasi antar sesamanya. Sedangkan
getaran yang timbul dari organ-organ tubuh lainnya menunjukan kondisi fisik
maupun spiritual makluk bersangkutan. Demikian
pula getaran yang diinduksi ke makluk
hidup dapat mempengaruhi tingkah laku dan pertumbuhan baik mempercepat atau
memperlambat.
2. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini dimaksudkan untuk mencari tahu teori pengaruh
getaran terhadap pertumbuhan dan tingkah laku makluk hidup yang selanjutnya
dapat dimanfaatkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan lainnya dalam kehidupan
hewan dan tumbuhan khususnya pertumbuhan maupun reproduksi hewan dan tumbuhan
tertentu. Sebaliknya dapat dimanfaatkan
sebagai pembasmi hewan (hama) yang merugikan
Mencari tahu gejala apa yang terjadi dari getaran atau suara yang
ditimbulkan hewan tertentu dan selanjutnya akan digunakan sebagai metode untuk penyembuhan, sinyal adanya
bahaya baik alam maupun gangguan makhluk
lainnya, penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan berwawasan konservasi,
penentuan potensi setiap jenis ikan tertentu dilaut, atau juga migrasi hewan
pada musim-musim tertentu untuk melestarikan kelanjutan kehidupan satwa .
3. KEJADIAN DAN HASIL PENGAMATAN YANG ADA
Dalam berkomunikasi manusia maupun hewan mengeluarkan suara yang dapat
dimengerti oleh sesamanya sebagai informasi atau sinyal. Misalnya sinyal adanya serangan musuh agar hewan
sekelompoknya dapat menghindar.
Demikian pula saat proses kehidupan lainnya seperti proses perkawinan,
bertelur atau melahirkan, minta tolong, stres, senang, dan sebagainya setiap
jenis hewan akan membangkitkan suara getaran dengan frekuensi dan spektrum
tertentu yang dimengeti oleh
kelompoknya (Myrberg, 1981).
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya hasil pengamatan pada ikan
yang dilakukan beberapa pakar antara lain, Pada tahun 1998 dan tahun 2001, pakar-pakar dari Intitute
for Coastal and Marine Resources, Departement of Biology, Departement of
Physics East Carolina University, Greenville, USA, telah melakukan pengamatan getaran suara yang dibangkitkan
tbeberapa jenis ikan yaitu weakfish, spotted seatrout dan ikan red
drum dalam keadaan normal maupun sedang bertelur (Luczkovich 1998; Collins
2001). Demikian pula pada tahun 2002, tim peneliti dari Pusat penelitian sains
dan teknologi UI, mengamati getaran yang dibangkitkan sekelompok ikan mas dan
ikan bandeng yang sedang bergerombol di Akuarium Seaworld dan hasilnya diperoleh getaran dengan frekuensi rendah
yaitu 7 Hz dengan spektrum yang berbeda.
Hal yang sama
dilakukan oleh pada serangga dimana para peneliti dari Departemen Pertanian
Amerika Serikat bersama tim akhli dari Universita Florida, Universitas Auburn
dan Pusat penelitian Universitas Pertanian dan Mekanika, telah mendeteksi
getaran suara yang ditimbulkan oleh
sejenis hewan serangga bawah tanah (White
Grubs) untuk berbagai kondisi antara lain, sedang makan, bergerak, dan
bertelur. (Mankin and McCoy 1998).
Dan bagaimana
pengaruh terhadap pertumbuhan atau tingkah laku makluik hidup bila diberikan
getaran dengan spektrum frekuensi tertentu. Yang serting dihadapi bila terjadi
gesekan antara dua jenis benda misalnya logam, akan menimbulkan perasaan ngilu
di gigi, dan bila getaran tersebut dibangkitkan selang waktu yang cukup lama,
mungkin berakibat fatas. Pengamatan yang pernah dilakukan adalah membangkitkan
getaran suara dengan frekuensi 11 KHz secara kontinyu akan berakibat terasa
pusing, memekakkan telinga manusia, bahkan mungkin dapat mematikan. Demikian
pula hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa pembangkitan getaran dengan frekuensi
rendah akan mengakibatkan keadaan perut
terasa mual dan ingin muntah.
Sisi lain pada keseharian kehidupan manusia adalah gesekan antarbenda
dengan frekuensi tertentu akan menyebabkan perasaan ngilu pada gigi.
Demikian pula
penelitian yang dilakukan suatu kelompok perternak sapi perah di Wisconsin,
USA, menyimpulkan bahwa musik Rock and
Roll dapat menyebabkan induk sapi betina menjadi tegang (stres). Selama satu tahun WDFA melakukan studi
secara tertutup dan membandingkan level produksi susu induk sapi yang
mendengarkan variasi dan tipe-tipe musik. Peternak-peternak sapi perah tertarik
untuk mendapatkan satu bentuk musik tertentu lebih produktif daripada bentuk
musik lainnya. Jadi mereka dapat
menerapkan suatu sistem musik dikandangnya.
Produksi susu
ditabulasi setiap minggu, lalu dibandingkan dan diidentifikasi musik mana yang
terproduktif bagi induk sapi betina. Hasilnya, artis-artis penyanyi seperti
Slipknot, Linkin Park dan Marilyn Manson menghasilkan sedikit susu atau tidak
sama sekali. Bagaimanapun suara asli
dari penyanyi rock seperti Blink 182 dan Green Day menyebabkan susu mengalir
seperti sebuah sungai.
Bagaimana pada tanaman. Dari pengalaman yang pernah dihadapi,
tanaman yang terletak di rumah yang tidak dihuni tidak berbuah sedangkan tanaman yang dihuni berbuah lebat (dengan kondisi kedua tanaman
tersebut tetap dipelihara). Demikian selanjutnya setelah rumah tersebut dihuni,
semua tamanan berbuah dengan lebat.
4.
TEORI DAN TELEOLOGI
Getaran yang
dibangkitkan secara terus menerus (kontinyu)
akan mengakibatkan strees, mual atau pusing tergantung dari frekuensi
yang dibangkitkan. Setiap organ tubuh dalam prosesnya membangkitkan getaran
dengan frekuensi tertentu tergantung dari ogan tubuhnya. Bila suatu getaran dibangkitkan dari suatu
sumber tertentu yang frekuensi sama dengan frekuensi salah satu organ
tubuh, maka akan terjadi resonansi pada
organ tubuh tersebut dan akibatnya akan timbul
gangguan melalui susunan syarafnya seperti mual, pusing, ngilu sakit pada
salah satu organ tubuh bersangkutan.
Teori lainnya
menjelaskan bila suatu organ tubuh mengalami gangguan, maka kekuatan getaran
yang ditimbulkan organ yang mengalami gangguan tersebut lebih lemah dari
getaran pada keadaan sehat atau dapat
juga terjadi frekuensi getaran yang dibangkitkan akan menyimpang dari frekuensi
asalnya. Hal tesebut tidak asing lagi karena paramedis telah melakukannya
dengan bantuan cardiograf, stetoscope atau alat sejenis lainnya. Hal ini jelas karena setiap ada suatu
proses, tubuh akan membangkitkan getaran dengan frekuensi tertentu. Sedangkan
bila ada penyimpangan misalnya jantung tersumbat, maka aliran darah sebelum
penyumbatan akan diperlambat dan aliran darah sesudah daerah penyumbatan akan dipercepat
yang berarti adanya perubahan frekuensi dari aliran darah tersebut. Bila suatu getaran diberikan pada organ yang
mengalami gangguan, maka getaran yang diberikan dengan frekuensi yang sama akan
teresonansi dengan getaran organ yang
lemah tersebut dan mengakibatkan getaran yang lemah tersebut diperkuat dan akan menyembuhkan organ bersangkutan.
4.1. Getaran
pada ikan
Getaran yang
dihasilkan oleh ikan dibangkitkan oleh gerakan dan dari organ ikan itu sendiri
seperti gelembungn renang atau standulatory
organ. Spektrum frekuensi suara yang dibangkitkan oleh gerakan tergantung
dari bentuk, ukuran dan pergerakan dari masing-masing ikan. Semakin pipih bentuk ikan maka semakin cepat penyimpangan
gerakan badannya, artinya semakin tinggi frekuensi yang ditimbulkannya. Semakin panjang badan ikan maka semakin tinggi
penyimpangan gerakan badannya yang berarti semakin besar amplitudo getaran yang
ditimbulkannya. Amplitudo tersebut akan makin besar bila jumlah individu yang
terdapat dalam sekawanan jumlahnya semakin banyak. Frekuensi getaran yang
ditimbulkan dari gerakan sekelompok ikan tersebut berkisar dari 7 sampai dengan 10 Hertz.
Untuk
berkomunikasi, ikan membangkitkan getaran suara dengan menggosok-gosokan bagian badan-tulang, gigi
secara bersamaan. Ikan Krapu (Grouper), contohnya, akan menghasilkan
bunyi gebukan dengan memukulkan penutup insang ke tubuhnya. Untuk kebanyakan
ikan suara yang dibangkitkan akibat gelembung renang yaitu gas berisi gelembung yang menyerupai
organ. Dinding elastik gelembung renang dihubungkan ke otot yang dapat memanjang dan berkontraksi untuk
meningkatkan dan menurunkan volume gelombang renang. Getaran ini menggantikan
air di sekitar ikan, merambat keluar sebagai gelombang suara yang dapat
didengar sebagai dengkuran, siulan atau suara drum, tergantung pada penggunaan
otot (Spotte 1985). Frekuensi Spektrum getaran yang dibangkitkan tergantung dari tingkah laku ikan dan
struktur gelembung renang setiap ikan,
sehingga getaran yang dihasilkan akan berbeda pula untuk setiap jenis ikan bahkan untuk jenis kelamin yang berbeda
yang bagian tubuhnya mempunyai perbedaan meskipun sangat kecil sebagaimana
terlihat pada Gambar 1.
Dengan
adanya indera pendengar maupun pembangkit sumber getaran, ikan dalam melakukan
proses perkawinan akan membangkitkan getaran-getaran tertentu yang dimengerti
oleh ikan lawan jensinya. Pada Gambar 2 dapat dilihat getaran yang ditimbulkan
mulal saat mengejar , bercumbu dan sampai terjadinya perkawinan. Pada saat ikan
jantan mendekati, ikan jantan akan membangkitkan getaran halus. Demikian seterusnya sampai pasangan ikan melakukan
hubungan frekuensi yang dibangkitkan si jantan makin tinggi. (Pitcher 1986)
Gambar 1. Spektrum getaran yang dibangkitkan beberapa jenis ikan
(Spotte1985).
Gambar 2. Getaran
yang dibangkitkan ikan pada saat proses
perkawinan berlangsung [Pitcher 1986]
Dari Gambar 1
dan Gambar 2 diatas, perbedaan bentuk gelombang yang dibangkitkan dapat dilihat
dapat dilihat secara visual dengan mudah. Tetapi bila dibandingkan dengan
bentuk gelombang untuk jenis ikan lainnya yang mempunyai bentuk dan ukuran sama
akan sulit dibedakan oleh mata. Caranya adalah dengan menampilkan kurva
hubungan frekwensi dengan waktu seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 3 dan Gambar 4 dimana dapat dilihat perbedaan
spektrum frekuensi yang dibangkitkan pada saat bertelur dan tidak bertelur dari
sekawanan ikan spotted seatrout. (Collins
1992).
Gambar
3. Spektrum
getaran suara yang dibangkitkan ikan Spotted seatrout sedang bertelur [Luczkovich
1998]
Gambar 34 Spektrum getaran suara yang dibangkitkan sekumpulan ikan Spotted seatrout dalam keadaan tidak
bertelur (Collins 2001)
4.2. Getaran pada hewan menyusui
Pengaruh
getaran yang banyak dijumpai pada hewan adalah getaran suara yang ditimbulkan
akibat tingkah laku tertentu misalnya bertelur, berkumpul, memberi tanda adanya bahaya dan sebagainya.
Untuk hewan menyusui, irama getaran yang diberikan akan
mempengaruhi physiologi hewan tersebut dan secara langsung akan mempengaruhi
pertumbuhannya maupun reproduksinya. Jadi dengan menberikan suara dengan irama
yang mengalun dan tenang akan memberikan suasana tenang dan nyaman sehingga
akan meningkatkan pertumbuhhan dan
produksi susunya .
Musik yang
didengarkan manusia akan mepengaruhi prilakunya. Demikian pula bila musik rock
diperdengarkan pada sapi, sapi akan berperilaku tegang. Mengapa hal tersebut
terjadi. Seperti diketahui, hewan tidak mempunyai perasaan seperti halnya
manusia. Musik rock yang diperdengarkan bukan iramanya tetapi tingkat
kebisingannya. Untuk musik yang bising,
sapi bersangkutan akan strees dan
secara tidak langsung akan mempengaruhi sistim kelenjar yang berhubungan dengan
produksi susu. Sebaliknya, bila diperdengarkan musik-musik romantis, maka akan timbul perasaan tenang.
Hewan menyusui
yang mengalami stress akan mempengaruhi kelenjar hypofise, sehingga akan dikeluarkan hormon adrenalin. Hormon
adrenalin akan menghambat produksi hormon oxytosin
yang berperan merangsang sekresi susu pada sel-sel alveolus kelenjar mammae,
sehingga sekresi susu terhambat.
4.3.
Getaran pada Burung
Bagaimana
getaran suara yang dibangkitkan seekor burung. Pengamatan yang dilakukan Thorpe
1961, Nottebohm 1968 dan Catchpole 1979
menghasilkan suatu Getaran suara yang dibangkitkan seekor burung untuk
berbagai tingkah lakunya seperti yang
terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Spektrum getaran suara yang dibangkitkan
seekor burung Chaffinches dalam berbagai kondisi tingkah laku (a) kondisi di
isolasi (b) dalam kelompok tanpa burung dewasa (c) pada kondisi normal (d) Nyanyian burung chaffinches pada saat
dewasa (Thorpe 1961)
4.4.
Getaran pada serangga
Hal yang serupa dilakukan oleh pakar-pakar dari
Departemen Pertanian Amerika Serikat bersama tim akhli dari Universita Florida,
Universitas Auburn dan Pusat penelitian Universitas Pertanian dan Mekanika,
telah mendeteksi getaran suara yang
ditimbulkan oleh sejenis hewan serangga bawah tanah (White Grubs) untuk
berbagai kondisi antara lain, sedang makan, bergerak, dan bertelur. Hasil yang
diperoleh adalah spektrum suara yang saling bebeda untuk setiap kondisi. Dengan
melakukan analisis terhadap berbagai jarak keberadaan, kekuatan sinyal yang
diterima akan menentukan lokasi serangga di dalam tanah (Mankin and McCoy 1998).
(Gambar 4)
Gambar 4. Spektrum getaran yang
dibangkitkan beberapa jenis serangga dibawah tanah (Mankin and McCoy 1998)
Serangga
menghasilkan suara dengan beberapa cara yaitu dengan sayapnya, dari hentakan
kakinya ke substrat, dengan menggesekkan badannya satu sama lain,
mengaktivasi membran getar, atau mendenyutkan aliran udara (Atkins, 1980). Suatu hasil penelitian mendapatkan
kesimpulan bahwa seekor serangga yang bersayap, bila dibangkitkan getaran
dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi getaran sayapnya, serangga tersebut
akan jatuh.( Haskell 1966)
4.5. Getaran pada Tumbuhan
.
Dari hasil
pengamatan yang dilakukan petani jahe di desa Kembang Kecamatan Ampel,
Boyolali, getaran yang diberikan ke perkebunan jahe tersebut dapat meningkatkan
hasil panennya. Menurut Prof. Dr. Ir hadi K Purwadaria, getaran yang di gunakan
merupakan sistim penyuburan melalui daun (Merdeka June 15, 2002). Dengan
memberikan getaran pada frekuensi tinggi (sonar), akan merangsang stomata untuk
tetap terbuka dan akan meningkatkan kecepatan dan efisiensi penyerapan pupuk
yang berguna pada proses pertumbuhan.
4.5.
Getaran
dari esence bunga
Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh pakar dibidang Phytobiophysics, Prof Diana Mossop,
menyatakan setiap essence suatu bunga akan membangkitkan getaran pada gelombang
cahaya yang panjang gelombangnya tergantung dari jenis bunga dan warnanya. (Mossop
1994). Umumnya warna bunga sama dengan panjang gelombang yang dibangkitkan. Sebagai
contoh bunga Magenta Bougainvillia
menghasilkan gelombang ultra violet dengan panjang gelombang 380 nm. Pada Tabel
1 dapat dilihat panjang gelombang yang dibangkitkan beberapa jenis bunga.
Tabel
1. Panjang gelombang yang dibangkitkan
oleh esence dari beberapa jenis bunga.
(Mossop 1994)
JENIS BUNGA |
PANJANG GELOMBANG |
WARNA |
Red Chrysanthemus |
668 nm |
Merah |
Magenta Bougainvillia |
380 nm. |
Merah tua |
Yellow Foxglove |
580 nm |
Kuning |
Strawbery Flower |
453 nm |
Nila |
5.
KAJIAN
AKSIOLOGI
Seperti yang
telah dijelaskan pada bab tujuan, manfaat atau tujuan dari pembahasan diatas
agar dapat dikembangkan untuk
memperoleh suatu teknologi alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan,
reproduksi dan perubahan perilaku dalam
pemeliharaan hewan maupun tumbuhan serta teknologi untuk melakukan pemikatan
dan menentukan potensi serta lokasi dalam proses penangkapan ikan yang ramah
lingkungan dan berwawasan konservasi.
5.3.
Aplikasi dalam kegiatan penangkapan dan
budidaya ikan .
Untuk menetukan
jenis, lokasi dan potensi ikan di laut, dapat dilakukan dengan mendeteksi
getaran yang dibangkitkan dari pergerakan sekelompok ikan di perairan. Setiap
jenis ikan yang sedang berenang bergerombol akan membangkitkan getaran denga frekuensi
spektrum tertentu, bila dilihat dengan mata biasa, spektrum yang dihasilkan
adakalanya hampir sama sehingga sulit dibedakan. Untuk mengatasi hal tersebut
getaran yang diamati dianalis dengan menampilkan komponen-komponen frekuensi
serta besar amplitudo dari
masing-masing komponen spekrum yang ditimbulkan secara dijital yaitu
diproses dengan menggunakan metode Fast Fourier Transform (FFT) dari teknik
Digital Signal Processing (DSP). Jadi dengan menggunakan teknik tersebut
sekecil apapun perbedaan spektrum dapat terukur dengan akurat.
Demikian pula
untuk mengatasi adanya noise misalnya dari suara mesin kapal dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain dengan teknik Wavelet. Dengan menggunakan
perangkat hydrophone yang dimasukan ke dalam laut dimana ikan-ikan berada,
getaran yang diperoleh dari gerakan sekawanan ikan yang ada di bawahnya, dapat
diketahui jenisnya serta perkiraan jumlahnya berdasarkan hasil pemrosesan dengan menggunakan teknik DSP tersebut. Dengan diintegrasikan hasil
pengamatan satelit dan perangkat sonar, dapat diketahui pola lokasi ikan-ikan
yang sama di suatu perairan Nusantara.
Dengan mendeteksi
dan menganalisis getaran yang dibangkitkan ikan di air sehingga dapat diketahui
secara tepat frekuensi dan amplitudo dari spektrum yang dibangkitkan. Sehingga
dapat diketahui secara tepat jenis ikan, kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas
ikan yang diamati.
Gambar 1. Blok diagram Teknik mendeteksi suara dalam laut
Dari teori
diatas, ikan dengan gurat sisinya dapat mendeteksi getaran dengan frekuensi
rendah yaitu 7 – 15 Hertz. Dengan sensitivitas sampai jarak 2 Km. Ini berarti
ikan akan mendeteksi adanya mangsa dari getaran pergerakannya yang frekuensinya
sekitar 7–10 Hertz. Ketentuan tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi sekawanan
ikan tertentu dengan mendeteksi spektrum getaran yang dibangkitan. Dengan bantuan perangkat hydrophone dan komputer, getaran suara
yang diterima diolah di komputer dengan teknik pengolah sinyal.
Sedangkan
getaran yang ditimbulkan pada saat ikan bercumbu atau bertelur, frekuensi
spektrum yang dideteksi dapat digunakan untuk mengetahui lokasi spawning ground jenis ikan Disamping itu pula dapat diketahui musim dan
lokasi migrasi jenis ikan
tertentu.
Dengan mendeteksi
spektrum frekuensi dari sekumpulan ikan
di tambak, maka dapat diketahui perkiraan jumlah ikan yang ada sehingga akan
memudahkan persediaan makanan yang diperlukan secara akurat.
Demikian pula
untuk mendeteksi adanya Zooplankton oleh ikan-ikan pelagis kecil dilakukan
melalui gurat sisinya dan getaran yang dibangkitkan zooplankton tersebut
mempunyai frekuensi rendah yaitu di bawah 15 Hertz. Dengan membangkitkan
getaran yang spektrumnya sama dengan spektrum dari Zooplankton tersebut, maka
dapat digunakan untuk menarik perhatian ikan pelagis kecil mendekati sumber dan
perangkap. Untuk membangkitkan getaran yang sama dengan getaran yang
dibangkitkan zooplankton dilakukan dengan menerima getaran zoopankton tersebut
yang kemudian dikembalikan melalui hydrospeaker ke laut. Tetapi perlu diketahui
spektrum frekuensi getaran yang di pancarkan kembali tersebut akan mengalami
gangguan baik dari perangkat yang digunakan. Sebelum dipancarkan kembali, getaran yang diterima diproses
lebih dahulu dengan teknik DSP dengan membandingkan getaran yang keluar dari
Speaker. Dengan menggunakan teknologi ini amplitudo getaran yang di pancarkan
akan lebih kuat dari getaran yang dibangkitkan zooplankton sehingga dapat
menarik perhatian ikan yang lokasinya jauh.
5.2. Aplikasi pada Serangga
Untuk
serangga, dengan membangkitkan getaran dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi
getaran sayap suatu serangga, maka cara ini dapat digunakan untuk membasmi
serangga bersayap yang tidak diinginkan.
Sedangkan
untuk membasmi serangga tidak bersayap yang tak diinginkan seperti hama, rayap
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh frekuensi yang mampu
mematikan serangga tersebut.
5.3.
Aplikasi pada Burung
Demikian pada burung, dengan mendengarkan bunyi suara burung yang disimulasikan, burung yang stress akibat dipindahan ke sangkar
lainnya, diharapkan akan kembali dapat
berkicau dengan riangnya. Dapat dilakukan melalui kaset,. Masalahnya apakah
spektrum suara yang dibangkitkan melalui kaset tersebut indentik dengan suara
aslinya. burung bersangkutan
5.4.
Aplikasi pada Tumbuhan
Dengan dapat
dirangsangnya bukaan stomata daun pada frekuensi getaran tertentu, maka dengan
getaran tersebut dapat mempercepat dan melipat gandakan produksi tanaman diperkebunan
maupun di pertanian sehingga akan
membantu petani untuk menaikan produksi tanamannya.
Untuk tahap
selanjutnya perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh frekwensi yang tepat untuk
berbagai jenis tanaman dan perlu diamati juga agar frekwensi yang digunakan
tidak menggangu makluk lainnya.
Agar getaran
yang dibangkitkan mempunyai jangkauan yang luas, digunakan teknik akustik
dengan menggunakan tabung yang terbuat
dari susunan bambu dengan ukuran tertentu yang dapat membangkitkan frekwensi
yang diperlukan atau dengan menggunakan kendi sebagai tabung resonansi
5.5. Aplikasi
pada esence bunga terhadap manusia
Pada tahun 1930,
Edward Bach melakukan penelitian yang membuktikan esence dari bunga dapat
digunakan untuk proses pemulihan beberapa gangguan Psikis seperti streees,
migran, pusing, dan trauma. Kemudian
pada tahun 1997, Cram and Kasman
mengembangkannya dengan memperoleh hubungan antara penjang gelombang dengan
aura dan penyakit Psikis dan Fisik lainnya.
Aura adalah getaran yang dibangkitkan oleh tubuh manusia yang panjang gelombangnya
tergantung dari kondisi psikisnya dan
dapat ditampikan pada bagian
muka dengan warna tertentu tergantung
dari karakter manusia yang bersangkutan. (Cram dan Kasman 1997). Dengan menggabungkan hasil temuan Edward
Bach Cram and Kasman, pada Tabel 2 dapat dilihat hubungan antara esence bunga
yang dapat mempengaruhi organ dan aura
..
Tabel 2.
beberapa jenis esence bunga dan penggunaannya
BUNGA |
WARNA |
ORGAN |
CAKRA |
Lotus |
White |
Pineal |
Mahkota |
Casmellia |
Ultra Violet |
Pituitary |
Ajna |
Thistle |
Violet |
Syaraf pusat |
Ajna |
Rosemary |
Indigo |
Syaraf otonom |
Ajna |
Daisy |
Orange |
Reproduksi |
Sex |
Arum Lily |
Orange |
Fertilitas |
Sex |
6. PENUTUP
Dari hasil kajian diatas, diharapkan
diperoleh hasil yang dapat digunakan
sebagai berikut :
·
Dengan
adanya getaran tertentu yang diberikan pada hewan baik ikan, hewan menyusui,
dan tumbuhan diharapkan akan mampu
membantu pertumbuhan disamping zat hara dan
makanan yang diberikan.
·
Mampu
digunakan untuk menaikan birahi pejantan
·
Dapat
digunakan untuk meningkatkan produksi susu
·
serta
mampu untuk membasmi hewan yang merusak
seperti serangga, hama, tikus dan lain-lain sehingga tidak perlu lagi
menggunakan racun kimia yang dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan
manusia
·
Suara
yang ditimbulkan oleh makluk hidup dan tanaman dapat mendeteksi tingkah laku
nya.
·
Dapat
mengetahui antara lain : jenis kelamin ikan, kondisi ikan yang sedang bertelur,
dan masa kawin
·
Dapat
digunakan untuk mengkaji lokasi dan
musim migrasi berbagai jenis ikan di laut.
·
Dap[at
digunakan untuk menarik perhatian ikan agar berenang menuju alat tangkap.
·
Menseleksi
ikan tertentu masuk ke alat tangkap agar ikan
yang tidak diinginkan tertangkap, terutama bagi ikan muda dalam rangka
menunjang penangkapan ikan berwawasan lingkungan dan konservasi
·
Dapat
mengetahui kepadatan ikan atau udang ditambak sehingga memudahkan untuk
persediaan makanan.
·
Khusus
untuk manusia dapat digumnakan penyembuhan alternative
·
Menditeksi
kelainan atau penyakit pada tubuh manusia
7.
SARAN
·
Untuk
ikan, perlu dilakukan peneltian lebih lanjut untuk mengetahui spectrum frekuensi
yang dapat mendeteksi jenis ikan, jenis
kelamin yang akan digunakan pada budidaya dan penangkapan ikan.
·
Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui spectrum frekuensi yang
dibangkitkan berbagai jenis ikan untuk
berbagai tingkah lakunya.
·
Brdasarkan
hasil penelitian diatas, perlu diteliti
frekwensi getaran yang dapat menarik perhatiak berbagai jenis ikan terutama
ikan karang.
·
Untuk
meningkatkan produksi susu atau meningkatkan perkawinan hewan peliharaan perlu
diteliti frekuensi yang mampu menaikan
birahi si jantan/.
·
Untuk
mengetahui lebih presisi frekwensi getaran yang mampu membuka stomata dari
setiap jenis tanaman dan diteliti berasrnya peningkapatn hasil panen yang
diperoleh.
·
Untuk
Hama, perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh frekuensi getaran yang dapat
membunuh berbagai jenis hama.
Atkins, M.D.
1980. ‘Introduction to Insect
Behaviour’, Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
Chapman, R. F. 1969,
‘The Insects: Structure and Function’, American sevier Publishing Co., Inc., New York.
Cram, J. R, Kasman
G 1997, ’Introduction to Surface Electromyography’, Aspen Press, Gaithersberg. MD
Collins, Mark R.
2001,. ‘Spawning aggregations of recreationally important Sciaenid Species in
the Savannah Harbour : Spotted Seatrout Cynoscion Nebulosus, Red Drum Sciaenops
Ocellatus, Weakfish Cynoscion Regalis, and Black Drum Pogonias cromis’,
Callahan Bridget M., and Post William C., Final
Report to Georgia Port Authority, South
Carolina Department of Natural Resources, Marined Resources Research
Institute.
Haskell, P. T.
1964. ‘Sound Production’, The Physiology of Insecta, Vol. 1,
Academic Press, Inc., New York, pp. 563-608.
Haskell, P. T.
1966. ‘Flight Behavior’, Insect
Behaviour, Roy, Entomol, Soc., London Symposium 3, pp. 29-45.
Jones, J. C. 1968.
‘The Sexual Life of a Mosquito’, T. Eisner and E. O. Wilson, The Insect
Scientific American, 1977, W. H.
Freeman and Company, Publisher, San Francisco, pp. 71-78.
Kaminski, P 1995,
‘The Five Flower Formula’, Flower Essence
Services, Nevada City, CA
Luxzkovich, Joseph
J. 1988. “Characterizations of Critical Spawning Habitats of Weakfish, Spotted
Seatrout and Red Drum in Pamlico Sound
using hydrophone surveys”, Daniel Hall J. III, and Sprague Mark W., Final Report and Annual Performanced Report,
Grant F-62-1, Grant F-62-2, Instutute for Coastal and Marine Resources ,
Department of Biology, Department of
Physics East Carolina University, Greenville, NC 27858.
Mankin, W. Richard
(1998), ‘Method of Acoustic Detection of Insect Pests in Soil’, McCoy, W.
Clayton,Flanders, L. Kathy, Proceedings of Soil Science Society of
America Conference on Agroacoustics, Third Symposium, Nov. 3-6, Buoyoucos,
MS
Mossop, Diana 1994,
‘ Look to the Vibration of Flowers for Peace of Mind, Happiness and Harmony’, Energy Harmoniser International, NY.
Moulton, J. M.
1960. ‘Swimming Sounds and the Schooling of Fishes’, Biological Bulletin, 119, pp. 210-230.
Myrberg, A. A. 1981.
'Sound Communication and Interception in Fishes’, W. Tavolga, A. N.
Popper and R.R. Fay, Hearing and Sound
Communication in Fishes, Spring-Verlag, New York, pp. 395-452
Philips, S. Lobel
1992, ‘Sounds Produced by Spawning Fishes’, Environmental
Biology of Fishes 33: pp. 351-358.
Purwadaria, K. Hadi
2001, ‘Sonic Bloom Resonace, a Friend in Silence’, Suara Merdeka, June 15, 2002
Santiago, J.
A. and Castro, J.J. 1997, ‘Acoustic
Behaviour of Abudefduf luridus’, Journal
of Fish Biology 51, pp. 952-959
Thorp, W. A. 1961,
‘The Learning of Song Patterns by Birds, with Especial Refference to the Song
of the Chaffinch’, Fringilla Coelebs.
Ibis, 100, pp. 535-570