ã 2002 Desyanti. Posted 29 December 2002
Makalah Pengantar Falsafah
Sains (PPS702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
Desember 2002
Dosen :
Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng
(Penanggung Jawab)
Prof Dr
Zahrial Coto
Dr Bambang
Purwantara
PAPAN BLOK (BLOCKBOARD)1
Oleh:
Desyanti 2
(IPK E061020081)
Email: Yan17122002@yahoo.Com
Abstract
Blockboard
(5-ply) is a plywood composed of lumber as core and covered with veneer on both
faces. It is also applied as lumber core plywood. Generally it is used for furniture and panels production. Processing
consists of the followings: strips preparation for core, selecting and preparing
veneer, covering core with veneer (bonding and hot press). Compared to solid
wood, blockboard has the following advantages: 1. The crossing construction
makes blockboard has a highter claverage 2. it posseses a highter resistancy to
fungi and insect attack 3. its processing is not complicated, 4. it has highter
dimension stability 5. it can have a decorative 6. produce larger plywood dimension and 7. it produces strong
construction.
Keywords:
Blockboard production, advantages of blockboard
Tinjauan Umum:
Kayu lapis mempunyai bentuk dan konstruksi beragam begitu juga dengan
dimensi sesuai kegunaannya, diantaranya: plywood, Laminated veneer lumber (LVL)
dan Blockboard. Menurut FAO (1966), papan blok (block board) ialah kayu lapis
yang tersusun dari kayu gergajian sebagai inti dan dilapisi dengan finir pada kedua permukaannya. Inti papan blok
tersusun dari kayu-kayu gergajian (strip) yang berukuran relatif kecil (Gambar
1), keadaan ini memungkinkan untuk pemanfaatan kayu-kayu sisa penggergajian
(sebetan) yang berdimensi kecil, juga dapat memanfaatkan kayu-kayu yang
berkualitas rendah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi sebagai kayu gergajian, sedangkan untuk penampilannya yang
menarek dapat dibuat lapisan permukaan yang lebih indah dengan melapiskan finir
yang bernilai dekoratif.
Gambar 1. Penampang Papan blok (Blockboard) dengan
Lapisan-lapisan Penyusunnya (Desyanti et all, 2000)
Tsoumis (1991),
menyatakan bahwa papan blok adalah salah satu bentuk kayu lapis dimana intinya
terdiri dari kayu gergajian (lumber) sehingga produk ini dinamakan juga lumber
core plywood. Dewasa ini papan blok banyak digunakan sebagai bahan untuk mebel,
pintu, lantai, alat rumah tangga dan konstruksi ringan lainnya. Namun demikian
kualitas papan blok sangat dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan.
Pada
umumnya papan blok terdiri dari 5 lapis
(satu lapisan muka, dua lapisan silang, satu lapisan inti dan satu
lapisan belakang). Lapisan muka, lapisan silang dan lapisan belakang terdiri
dari lembaran finir sedangkan lapisan inti terdiri dari strip-strip kayu solit
berdimensi kecil (lebar < 1 cm – 12
cm dan tebal 1 cm – 2 cm). Konstruksi
papan blok sama dengan kayu lapis yaitu saling tegak lurus antar lapisan. Untuk
lebih jelasnya secara ringkas proses pembuatannya terlihat pada skema Gambar 2.
Digergaji
(rip)
Finir
Direkat
Papan Blok
(Blockboard)
Bahan Bangunan dan Furniture
Gambar 2. Skema proses pembuatan papan blok (blockboard)
1. Persiapan Strip-strip Kayu
Solid untuk Inti
Tsoumis (1991), Strip inti
dibuat dari kayu yang bebas dari cacat-cacat yang serius, umumnya dengan kayu
yang berat jenisnya rendah dan stabilitas yang cukup tinggi, jenis yang umum
digunakan adalah spruce, fir, pine, poplar dan berbagai jenis kayu tropika.
Selanjutnya dinyatakan bahwa strip berubah-ubah dalam
ukuran lebar, tebal dan panjang, lebar bervariasi dari ukuran kurang dari 1 cm
– 12 cm, ketebalan 1 – 2 cm. Strip biasa diproduksi dengan menggergaji, tetapi
strip yang tipis (0,6 – 0,8 cm) dibuat dengan mesin rotari. Ukuran strip
umumnya sempit dan lebar strip dirancang dengan arah tangensial yang mempunyai
kecendrungan alami melengkung jika
digunakan, dan idealnya disusun berlawanan menurut lingkaran tumbuh namun prosedurnya tidak praktis dan pada
industri diproduksi secara acak.
Inti dibuat dengan mesin dan jarang dengan tangan, mesin
secara kontinue memotong strip dari awal sampai ahir, perekat diberikan sambil
dipanaskan dan keluar setelah dilapisi, dimana bahagian panjang panel dirancang
sebelumnya. Sedangkan inti yang dibuat secara manual, setelah dilaburi perekat
disusun berdampingan menghasilkan luasan panel dan di kempa. Dalam produksi
lanjutan masing-masing lembaran inti ditempatkan terpisah dan dikempa secara
pelan dan bergiliran. Setelah tertata ukuran ahir, panjang dan lebar digergaji,
inti diketam (diserut) untuk menghasilkan permukaan yang halus untuk persiapan
pelapisan finir.
Tsoumis (1991), pembuatan
papan blok, sama halnya seperti untuk pembuatan kayu lapis, lembaran finir juga
harus diseleksi. Untuk tujuan dekoratif (Furniture, dinding penutup), finir
lapisan permukaan harus dari kayu yang berkualitas tinggi yang diseleksi dari
segi penampilan dan warna; sebaliknya untuk lapisan belakang dan lapisan silang
dibuat dari kualitas yang rendah dari jenis yang sama atau jenis lainnya. Papan
blok untuk tujuan konstruksi kriteria utama adalah kekuatan bukan nilai
dekoratif.
Selanjutnya dinyatakan, finir yang bernilai dekoratif
diutamakan dari produksi hardwood (Oak, Walnut, birch, elm dan kayu-kayu tropis
seperti Jati, mahoni, meranti dll.) dan pada umumnya dibuat dengan cara
slicing. Namun demikian finir yang dibuat dari softwood (pine, douglas-fir,
spruce) dan hardwoods (poplar, beech, maple dan kayu tropika) dibuat hampir
selalu dengan cara rotari, biasanya dengan ketebalan 0,6 mm – 0,8 mm untuk
finir indah dan 1,5 mm – 3 mm untuk kegunaan lainnya.
Persyaratan lainnya, finir harus mempunyai permukaan
dengan ketebalan seragam, dan kadar air yang sesuai. Kebanyakan finir
dikeringkan sampai kadar air kurang dari 5 %. Setelah pengeringan pinggir finir
dikuatkan dengan penempelan pita kertas berlobang supaya ujungnya terpelihara,
kemudian disimpan dengan rapi sebelum direkat.
Inti akan dilapisi setelah
dikondisikan (agar kadar airnya sama dengan kadar air lingkungan). Ketidak
sempurnaan pemesinan akan menyebabkan kurangnya kualitas permukaan pada waktu
pelapisan sertelah pengeringan, selanjutnya penguapan kandungan air perekat
akan menghasilkan penyusutan, bekasnya seperti depresi akan terlihat pada
permukaan finir panel. Penyusunan lapisan (finir dan inti) ditata secara paralel dan
silang.
4 Perekatan
Tsoumis
(1991), menyatakan, seperti kebanyakan peroses pembuatan kayu lapis, papan blok
kebanyakan direkat dengan resin thermosetting: Phenol-formaldehida digunakan
untuk tipe eksterior (bermaksud untuk penggunaan di luar) dan Urea-formaldehida
untuk tipe interior. Tipe interior dengan batas ketahanan air dapat diproduksi dengan
meningkatkan penggunaan resin urea, dan kadang-kadang polyphenols aalami
(tanin) dicampur dengan resin synthetic.
Perekat disiapkan dengan
waktu yang singkat sebelum digunakan dengan penambahan air, fillers, extenders
dan catalysts. Resin solid bervariasi dari 22 – 30 % untuk tipe eksterior dan
12 – 18 % untuk penggunaan interior (kadang-kadang 30 % untuk
urea-formaldehida). Additive untuk resin-resin phenolic mengandung furrafil.
Urea-formaldehide dipersiapkan dengan menambah tepung terigu dan amonium
chloride sebagai catalyst.
Selanjutnya dinyatakan bahwa perekat dipakaikan dengan
cara roller, spray, lapisan tirai (curtain coating) yaitu suatu sistem dimana
lembaran tipis dari perekat (adhesive)
dilewatkan di atas finir, conveyor di bawah waduk perekat, garis rekat yang
dibentuk di atas finir adalah paralel. Penyebaran perekat pada luasan permukaan
finir sangat beragam yaitu dari 100 gr/m2 – 500 gr/m2 dan ini tergantung dari
beberapa faktor: kontak dengan kayu, jenis perekat dan cara aplikasi. Kebanyakan
perekat dibutuhkan untuk mengikat poroduk dalam bentuk encer. Pedoman
penggunaan perekat dibantu dengan mengikuti
instruksi pabrik, tetapi pengujian daya ikat perekat dibutuhkan untuk
control kualiti produk. Aplikasi perekat diikuti oleh pelapisan
panels, pelapisan manual atau semi manual bahkan system automatic.
5. Pengempaan
Pengempaan
diterapkan dengan pengempaan panas dan pengempaan dingin, Pengempaan panas:
Secara luas kayu lapis diproduksi dengan kempa panas, kempa hydrolic, medium
pemanas utama: penguapan, air panas dan minyak panas juga digunakan. Diantara pengempaan tergantung pada spesies kayu 0,7
N/mm2 – 1,75 N/mm2 (0,7 N/mm2 – 1,05 N/mm2
untuk kayu berat jenis rendah), 1,05 N/mm2 – 1,4 N/mm2
untuk kayu berat jenis sedang dan 1,4 N/mm2 – 1,75 N/mm2 untuk kayu berat jenis
tinggi.
Temperatur tergantung
pada syarat/kebutuhan perekat, pada banyak kasus temperatur bervariasi antara
120 oC – 150 oC, untuk Urea-formaldehide 120 oC
dan untuk Phenol-formaldehyde 150 oC. Kebutuhan temperatur akan
dicapai kebanyakan tergantung kepada berapa jarak dari masing-masing piring
kempa dan untuk praktisnya kebutuhan waktu pengempaan 2-15 menit atau lebih dan
tergantung pada ketebalan panel, type perekat dan degree of curing.
FAO (1996), Walaupun kualitas papan blok sangat ditentukan oleh:
jenis kayu yang digunakan, kualitas finir sebagai pelapis, jenis perekat,
metode perekatan dan penyusunan inti serta lebar strip yang digunakan sebagai
inti, namun jika dibandingkan dengan kayu solid papan blok mempunyaai
keunggulan-keunggulan sebagai berikut:
1.
Konstruksi bersilang antara inti dan finir akan
meningkatkan ketahanan belah
2.
Lebih tahan terhadap serangan jamur dan insek karena di
dalam pembentukannya melalui peroses tertentu dengan menggunakan perekat.
3.
Permukaannya dapat dibuat lebih luas sesuai kegunaannya
atau dapat dibuat dengan ukuran-ukuran tertentu
4.
Papan blok merupakan lembaran setengah jadi, sehingga dalam
pengerjaan dan pemakaian lebih muda dan lebih sederhana.
5.
Perubahan dimensi karena pengaruh kelembaban lebih kecil
6.
Lebih kuat menahan paku dan skrup
7.
Seperti pada kayu lapis, papan blok juga dapat dibuat
lapisan permukaan yang lebih indah dengan melapiskan finir yang bernilai
dekoratif.
Desyanti, Edi S.B, Kurnia S. dan
Yusuf S.H (2000) meneliti tentang pemanfaatan kayu sawit sebagai inti papan
blok, dengan perlakuan ketebalan inti dan kondisi perekatan strip inti dengan
menggunakan perekat Urea Formaldehide memberikan hasil sifat fisis (Kadar air,
kerapatan, stabilitas dimensi), sifat mekanis (MOE, MOR dan keteguhan pegangan
skrup) dan keteguhan rekat (geser tarik dan delaminasi) kesemuanya dapat
memenuhi standar ASTM, SNI dan JIS kecuali untuk parameter delaminasi.
Pemanfaatan kayu sawit sebagai inti papan blok sampai dengan 80 % masih dapat
memenuhi standar tersebut di atas.
Xiang, G, Xiang dan Guo (1997),
meneliti tentang sifat papan blok yang intinya dibuat dari 10 jenis kayu dari
Cina Selatan. Sifat papan yang dihasilkan dapat memenuhi standar GB 5850-86,
namun memperlihatkan reaksi yang berbeda dari masing-masingnya. Hasilnya juga
mengidentifikasikan bahwa density, kekerasan dan susut dari inti mempengaruhi
sifat dari pemasaran block board.
Sulastiningsih, Sutigno dan Iskandar
(1995), meneliti tentang pembuatan papan blok 5 lapis dari kayu sengon dengan
ketebalan inti 1 cm dan 1,5 cm dengan variasi lebar strip inti ( 0,7 cm, 2,5 cm
dan 7,6 cm): Lebar strip ternyata mempengaruhi pengembangan tebal dan
pengembangan panjang dari papan blok. Tebal strip mempengaruhi pengembangan
panjang dan pengembangan lebar. Dari semua perlakuan hanya papan blok dengan
tebal strip 1 cm dan lebar strip 0,7 cm yang memenuhi standar jerman.
Daftar
Pustaka:
Desyanti, Edi
S.B, Kurnia, S dan Yusuf S.H (2000), Pemanfaatan Kayu Sawit Sebagai Inti papan
Blok, Proceeding MAPEKI III. Universitas Winaya Mukti Bandung.
FAO, 1966.
Plywood and Other Wood Based Panels. Food & Agricultural Organization.
Rome: 46 – 122.
Sulastiningsih,
I.M, P. Sutigno dan M.I. Iskandar (1995). The Effect of Strip Dimension on some
Properties of Sengon (Paraserianthes falcataria) Blockboard. Jurnal
Penelitian hasil Hutan. Bogor, 13(5):186-195.
Tsoumis, G.1991. Science and Technology of Wood:
Structure, Properties, Utilization. Van Nostrand Reinhold. Newyork.
Xiang,S Y. Guo,
S.I. Xiang, dan Y.Y Guo (1997). Effect of Wood Species from Southerm China on
Properties of Blockboard with These Species. China-wood Industry 11: 1, 7-9.