© Pipih
Suptijah Posted 5 June 2002
Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
Juni 2002
Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung
Jawab
RUMPUT
LAUT: PROSPEK DAN TANTANGANNYA
Oleh:
TKL C.
5260014011
E-mail: s_pipih@yahoo.com
Indonesia sebagai negara
maritim, mempunyai prospek yang cukup
cerah dalam memproduksi rumput laut dan
turunannya, terbukti beberapa daerah
yang telah menghasilkan berbagai jenis rumput laut yang mampu memasok bahan
baku produk primernya, untuk
meningkatkan produktivitasnya perlu ditingkatkan pula budidayanya, dan dengan kemajuan iptek serta sentuhan
biotek dapat kiranya dihasilkan rumput laut yang mempunyai kualitas yang
tinggi, dengan spesifikasi : kandungan
komponen primer yang tinggi, umur panen
lebih singkat, dan tahan terhadap penyakit serta kontaminan, bahkan kondisi lingkungan yang ekstrim
sekalipun.
Di beberapa
negara timur jauh dan kepulauan pasifik rumput laut digunakan sebagai sumber
makanan, sejumlah besar penduduk daerah
maritim secara langsung ataupun tidak langsung mengkonsumsi atau berhubungan
dengan berbagai bentuk produk alga laut,
dimana rumput laut ini berguna bagi makanan manusia ataupun untuk
hewan, juga obat-obatan, agar kultur, dan sebagai sumber bahan baku berbagai industri (Graft. 1982).
Setiap hari
sekitar 168 species alga telah dikomersilkan,
di Jepang, China, Taiwan dan Korea,
diantaranya : Porphyra (nori),
Laminaria (kombu), Undaria
(wakane).
Di Jepang
industri nori dan porphyra
mencapai hasil panen
seluas 60.000 ha.
Di
negara-negara barat, rumput laut
merupakan sumber “phycocoloid” agar, karagenan, dan alginat. USA merupakan industri dan konsumen terbesar
dari pikokoloid, tetapi tetap
menggunakan bahan baku impor,
(Anggadireja dkk, 1996). Oleh
karena itu maka kesempatan Indonesia untuk memproduksi secara besar-besaran di
perairan Indonesia yang cocok bagi pertumbuhan alge sebagai bahan baku
pikokoloid untuk memenuhi kebutuhan negara-negara pengimpor. Bahkan produk jadipun merupakan tantangan
bagi Indonesia untuk memproduksinya.
Dengan teknologi proses yang sudah dimodifikasi tentu mampu menghasilkan
produk bermutu sesuai dengan standar Internasional, tinggal bagaimana cara mempromosikannya ke negera-negara
pengguna, sementara kebutuhan lokalpun masih di dominasi oleh produk
impor, padahal kita mampu
memproduksinya sendiri.
Rumput laut
merupakan bagian dari tanaman perairan (alge) yang diklasifikasikan ke dalam 2
kelas yaitu makro alge dan mikro alge.
Rumput laut termasuk pada kelas makro alge, yaitu penghasil
bahan-bahan hidrokoloid, selain
mengandung bahan hidrokoloid sebagai komponen primernya, rumput lautpun
mengandung komponen sekunder yang
kegunaannya cukup menarik yaitu sebagai
obat-obatan dan keperluan lain yang cukup penting seperti kosmetik dan industri
lainnya.
Rumput lautpun
banyak digunakan sebagai bahan makanan secara langsung karena mempunyai
kandungan gizi yang cukup baik sehingga dapat menyehatkan.
Hipotesis : Luas perairan Indonesia cukup potensial
bagi budidaya penghasil makro alge,
artinya dapat menghasilkan bahan baku atau produk jadi yang cukup besar
dengan tantangan produk berstandar Internasional, sehingga impor dapat dikurangi bahkan ekpor dapat ditingkatkan.
§
Agar-agar 1. Terpenoid
berhalogen, pada alga merah
§
Karagenan 2.
Aktogenin bromine, sebagai anti biotik
§
Alginat 3. Halogen & klorin,
pada alga biru
§
Fulcelaran 4. Terpenoid aromatik, pada alga
coklat
5. Laminin – dari laminaria angustata, -
sebagai
hipotensif
6. Isoprenoid – dari plocanium
cartilagine-
um punya efek hiperrefleksia
7. Terpen – dari plocanium costatum,
sebagai insektisida
8. Di terpen alkohol – dari caulerpa
Sp =
caulerpol dalam garam asetat
9.
Diethyol –A dan Pachydietyol A – dari
Dictyotis Sp.
Potensi Rumput Laut
Dalam Industri Obat
Anti
Hipotensi |
Anti
Bloodcholesterol |
Anti Toksik |
Anti Sedatif |
Anti Hiperrefleksia |
Anti Bakteri |
Anti Cholinergic |
Anti Imflamatory |
Anti Fungal |
Anti Tumor |
Anti Confulsant |
Anti Piretik |
Anti Lifemic |
Anti Inotropic |
Anti Oksidasi |
Laminaria Japonica, Sargasum fusi forme, Ulva Sp,
Porphyra Sp untuk Beri-beri,
Cacingan, Gondongan, Batuk,
Bronhitis, Asma, Gangguan Kelenjar,
Anti Piretik dan Lotin Penyegar.
Kandungan gizi rumput laut : Karbohidrat : 39 - 51
%
Protein : 17,2 - 27,13 %
Lemak : 0,08
Abu
: 1,5 %
Mineral : K, Ca, P, Na, Fe,
I
Vitamin : A, B1, B2, B6, B12, C (caroten)
Karagenan diberi nama berdasarkan
persentase kandungan ester sulfatnya :
Kappa : 25-30%, Iota : 28-35% dan lambda : 32 –39%. Larut dalam air panas (70oC), air dingin,
susu dan larutan gula, sehingga
sering digunakan sebagai pengental/penstabil pada berbagai minuman atau
makanan. Dapat membentuk gel dengan
baik, sehingga banyak digunakan
sebagai penggel dan thichemen.
Karagenen
dapat diaplikasikan pada berbagai produk sebagai pembentuk gel atau
penstabil, pensuspensi, pembentuk tekstur emulsi dll, terutama pada
produk-produk jeli, jamu, saus, permen,
sirup, puding, dodol, salad dressing, gel ikan, nugget, produk susu, dll, bahkan juga untuk industri kosmetik,
tekstil, cat, obat-obatan, pakan ternak dll.
Aplikasi Agar-agar
Agar-agar paling
banyak digunakan sebagai hidrokoloid, terutama pada pangan, farmasi dan
kosmetik. Bidang mikrobiologi dan bioteknologi lebih banyak menggunakan agar-agar dengan kemurnian yang tinggi, yang
hanya dapat dipenuhi oleh produk impor, bahkan media pertumbuhan mikroorganisme
dan preparasi kultur jaringanpun, menggunakan agar-agar impor yang sangat
banyak, yang merupakan tantangan bagi kita untuk merebutnya.
KESIMPULAN
Dari contoh-contoh tersebut dapat disarikan bahwa
betapa besarnya potensi rumput laut di Indonesia untuk dimanfaatkan diberbagai
bidang : industri, kesehatan, farmasi, kosmetik, pangan, tekstil dll, baik dari
komponen primernya ataupun komponen sekundernya, khususnya yang menggunakan
komponen hidrokoloid. Akhirnya
bagaimana upaya kita untuk meningkatkan budidaya dan produksinya, sehingga setiap tempat yang berpotensi dapat dimanfaatkan secara optimal. Kita harus yakin bahwa kita mampu
memproduksi berbagai produk primer dan
sekunder dari rumput laut yang cukup berlimpah di perairan kita sendiri, bahkan dengan mutu yang baik (Internasional)
yang mampu menyaingi produk impor. Contoh
untuk karagenan dan agar-agar yang diproses dengan baik sesuai standar mutu
Internasional tentu akan mampu menutupi kebutuhan lokal yang sampai saat ini
80% masih dipenuhi oleh impor,
khususnya agar-agar yang banyak digunakan untuk media pertumbuhan mikroorganisme
dilaboratorium mikrobiologi dan biotek yang semuanya produk impor. Sudah saatnya kita memproduksi sendiri
dengan mutu yang sama dan dapat bermanfaat unrtuk sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi yang membutuhkannya. Disamping
itu diversifikasi produk dari agar-agar dan caragenan-pun dapat dijadikan
produk-produk yang menyehatkan karena berserat tinggi.
Kata
Kunci : Prospek dan Tantangan
1.
Anggadireja J. 1986.
Manfaat dari Pengolahan Rumput Laut,
Jurnal Penelitian BPPT, Jakarta.
2. Lonwell
R.R. Anthony, JS Eray P. 1984.
Biotechnology in the Marine Science John Wiley & Sons Inc, United State of Amerika.
3. Fenema.
1985. Food Chemistry 2nd
Edition. Marchel Dekker
Inc, New York.
4. Glicksman M. 1983.
Food Hidrocolloids Vol. II,
CRS Press Inc, Boca Raton
Florida.
5. Anggadireja J, S. Irawati 1996 & Kusmiyati 1996. Protein dan Manfaat Rumput Laut Indonesia Dalam Bidang Farmasi. Seminar Nasional Industri Rumput Laut, Jakarta 13 Juli 1996.