ã
2002 Nurdjanah Posted
28 May 2002
Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702)
Program Pasca Sarjana / S3 - Program Studi DAS
Instutut
Pertanian Bogor
Mei 2002
Dosen :
Prof Dr.
Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
E-mail: nurjanah_harianto@yahoo.com
Kesehatan adalah yang
utama dibandingkan dengan kepuasan di bidang lain seperti pekerjaan , nama yang
terkenal, keberuntungan, kekuasaan, dan kecantikan. Sebab tanpa derajat kesehatan yang baik apapun yang diperoleh
tidak akan dapat dirasakan betapa nikmatnya sesuatu yang dirasakan nikmat oleh
orang yang sehat.
Orang yang sehat adalah
orang yang bahagia, sebaliknya orang yang tidak sehat tentu tidak bahagia,
apalagi kehidupannya sehari-hari disibukkan dengan memikirkan bagaimana agar
tetap hidup. Bagi orang yang malang ini
kebahagiaan tidak dapat diraih (Chang, 1997).
Seorang penguasa baik suatu ketika memanggil seorang bijak dan bertanya kepadanya “Apa yang paling berharga bagi seseorang? Saya ingin memberikan rakyat saya hadiah yang paling berharga di dunia.” Orang bijak itu menjawab, “Bukan hak anda untuk memberikan yang paling berharga di dunia. Karena setiap orang telah memilikinya yaitu hidup yang diberi oleh yang Maha Pencipta.
Hidup begitu misterius, sehingga walaupun setiap orang tahu rasanya hidup, tidak seorangpun dapat menjelaskan dengan tepat apa hidup itu. Kendatipun demikian, kita semua memahami pentingnya kesehatan bagi mutu hidup kita. Dengan mengetahui bagaimana tubuh bekerja, kita juga belajar tentang kondisi-kondisi yang ikut menyebabkan tubuh gagal berfungsi dengan benar. Kondisi-kondisi tersebut tidak hanya fisik, tetapi juga social, kejiwaan, dan budaya yang bersama-sama mempengaruhi kesehatan kita (Patel, 1998).
Untuk mendapatkan kesehatan yang optimal sekurangnya dapat diperoleh melalui diet yang sehat, olah raga yang cukup, dan gaya hidup yang benar. Relaksasi dalam menghadapi masalah dan sikap kita terhadap lingkungan. Pada tulisan ini hanya akan dibahas peranan diet omega 3 terhadap kesehatan. Dipilihnya judul ini mengingat potensi perikanan Indonesia yang kaya akan hasil perikanan, tapi ironisnya konsumsi ikan kita sangat rendah. Dilain pihak penyakit-penyakit degeneratif semakin meningkat terutama penyakit jantung.
Kita sudah sering mendengar
omega –3 baik pada produk pangan
fungsional maupun yang ditambahkan pada
produk makanan termasuk penambahan pada
susu, makanan bayi dan lain-lain.
Penambahan omega-3 dan omega-6 pada produk olahan menyebabkan harganya menjadi sangat mahal
bahkan bisa menjadi dua kali harga produk yang sama tetapi ditambahkan omega-3
dan omega 6. Bahkan produk alami seperti telur ayam dipromosikan mengandung
omega-3 dengan harga yang lebih mahal dari telur tanpa pemberian pakan yang
mengandung omega-3. Kalau begitu apakah
yang dimaksud dengan omega-3 dan apa pula keunggulannya?
Asam lemak omega-3 adalah
asam lemak tidak jenuh jamak yang
mempunyai ikatan rangkap banyak, ikatan rangkap pertama terletak pada atom
karbon ketiga dari gugus metil omega.
Ikatan rangkap berikutnya terletak pada nomor atom karbon ketiga dari
ikatan rangkap sebelumnya. Gugus metil omega adalah gugus terakhir dari rantai asam
lemak. Contoh asam lemak omega-3 adalah
asam lemak linolenat (C18:3, n-3), asam lemak eikosapentaenoat EPA (C20:5,
n-3), dan asam lemak dokosaheksaenoat (C22:6, n-3).
Awal pengamatan berdasarkan fakta empiris dimana pada masyarakat Eskimo yang hidupnya
tidak terlepas dari konsumsi ikan
(hasil perikanan baik shellfish maupun finfish) tidak ditemukan atau jarang ditemukan
penyakit penyakit jantung. Kemudian diadakan penelitian terhadap
kolesterol total, trigliserida dan kolesterol low densitylipoprotein (LDL),
ternyata kadarnya lebih rendah dari
pada populasi masyarakat Eskimo yang sudah meninggalkan konsumsi ikan sebagai makanan sehari-harinya. Selain
itu ditemukan pula agregasi platelet
yang rendah dengan kecenderungan perdarahan (Dyerberg et al 1978 yang disitir
Fadilah,1987).
Dan yang terpenting dari
penelitian –penelitian tersebut adalah bahwa komposisi asam lemak pada lipid
plasma dan membran platetlet masyarakat Eskimo yang mempertahankan pola makan
tradisional (makan ikan) ternyata
sangat banyak mengandung asam lemak omega-3 yaitu EPA dan DHA yang berasal dari
ikan laut yang menjadi makanan mereka
sehari-hari (Bang et al, 1980, Dyerberg dan Bang, 1979; Barlow dan Stansby 1981 yang disitir Fadilah
1987).
Para ahli berpendapat bahwa
kandungan asam lemak pada ikan laut tersebutlah yang menyebabkan rendahnya
angka kejadian infrank jantung dan trombosis.
Kandungan asam lemak pada ikan tersebut diduga juga terdapat pada ikan-ikan
laut lainnya yang memakan fitoplankton.
Selain penelitian di atas
contoh-contoh secara empiris sudah banyak membawa para ahli untuk berfikir dan
menganalisa, mengapa asam lemak omega-3 berasal dari laut bukan dari tanaman
terrestrial atau hewan terrestrial (darat).?
Hal ini tentulah sesuai dengan kebutuhan hewan air (ikan dan lain lain) yang memerlukan kelenturan
dalam pergerakannya dan fluiditas yang tinggi, sehingga yang Maha
Pencipta menyiapkan tumbuhan laut baik
mikro maupun makro dapat mensintesa
asam lemak linolenat.
Pertanyaan tidak hanya cukup sampai disitu, tetapi diteruskan lagi dengan tingkat kesehatan secara menyeluruh. Sebagai contoh masyarakat Jepang dapat meningkatkan kesehatan, kecerdasan, tinggi badan , serta umur harapan hidup. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat konsumsi ikan masyarakat Jepang yang relatif tinggi yaitu 110 kg/kapita/tahun (Dahuri,2002).
Omega-3 terdapat pada
minyak ikan, dan minyak ikan telah lama digunakan dan dikenal luas di seluruh
dunia. Namun dimasa lalu belum
diketahui adanya omega-3, khasiat, serta bagaimana mekanismenya dalam
meningkatkan kesehatan, tetapi secara empiris dapat menyehatkan tubuh. Sebagai contoh di Skotlandia minyak ikan
digunakan untuk membantu pertumbuhan tulang belakang dan perkembangan syaraf
pusat. Di Inggris, Perancis, Jerman,
dan Belanda minyak hati ikan cod
digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru, rematik, dan penyakit
tulang lainnya. Berbagai penyakit
tersebut dapat disembuhkan karena minyak ikan mengandung asam lemak omega-3
(Duthie dan Barlow, 1992).
Asam
lemak omega-3 yang paling banyak pada ikan adalah EPA dan DHA yang dapat
menyembuhkan penyakit aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh
darah). trombosis, dan penyakit tulang atau persendian, asma, dan mencegah
proses penuaan (Duthie dan Barlow,1992).
Jumlah PUFA yang optimum
untuk konsumsi adalah 6-10 % dari total energi yang dibutuhkan setiap
hari. Kekurangan PUFA dapat
menyebabkan risiko terkena kanker,
menurunkan kekebalan tubuh, meningkatkan risiko trombosis dan aterosklerosis,
menurunkan HDL, oksidasi dinding pembuluh darah, meningkatkan jumlah
peroksida sehingga mempercepat proses
penuaan dan meningkatkan risiko terkena batu empedu (Grudy, 1989 yang disitir
Duthie dan Barlow, 1992).
Berdasarkan pada
kenyataan banyaknya penyakit-penyakit
degeneratif dan obesitas, maka Amerika merekomendasikan untuk mengurangi
konsumsi lemak dari 35 % menjadi 30 % dengan komposisi SAFA 10 %, MUPA 10%, dan
PUFA 10 % (Anonimous, 1991). Organisasi
kesehatan WHO) dunia menyaran konsumsi lemak perhari adalah 35 % dari kebutuhan
energi dengan komposisi asam lenuh (SAFA) tidak lebih dari 15 % (Duthie dan
Barlow, 1992).
Sedangkan untuk Indonesia
anjuran untuk jenis asam lemak ini belum ada, tetapi rata-rata konsumsi yang
umum setiap hari untuk orang dewasa sehat kebutuhan kalori total 2250 +10
Kalori yang berasal dari lamak 20 %, protein 12 %, dan karbohidrat 68 %
(Fadilah, 1987).
Orang Eskimo mengkonsumsi
0mega-3 sekitar 6 gram perhari. Para
peneliti umumnya menggunakan dosis
omega-3 yang bervariasi berkisar antara
1-15 g dengan jangka pemberian dari satu minggu sampai beberapa bulan (Fadilah,
1987). Komposisi diit negara Barat
terdiri dari 40 % lemak, 20 % protein, dan 40 % karbohidrat. Menurut Dyerberg ,1976 yang dikutip Fadilah 1987, komposisi diit
masyarakat Eskimo terdiri dari 39 % lemek, 23 % protein, dan 38 % karbohidrat. Rasio PUFA terhadap SAFA masyarakat Barat 0,20-0,24; masyarakat Eskimo 0,84 %. Sedangkan pada hasil penelitian Fadilah (1987) menggunakan komposisi diit dengan
penambahan omega-3 sebesar 5,8 % dengan rasio PUFA terhadap SAFA yang sangat
rendah yaitu 0,15 %.
Hasil
penelitian Fadilah (1987) dengan pemberian omega-3 sebanyak 5,8 g berturut-turut setiap hari selama 3 minggu dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol LDL, agregasi platelet, dan meningkatkan kadar kolesterol HDL plasma secara bermakna. Tapi setelah diit omega-3
dihentikan selama 2 minggu diadakan tes, ternyata lipid plasma maupun agregasi platelet meningkat kembali seperti nilai semula.
Berbagai hasil riset
melaporkan peran DHA dalam membangun 14 biliun
sel otak (70 % massa otak terdiri dari lemak) pada masa kritis yaitu sebelum kelahiran atau selama kehamilan sampai 18 bulan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pada masa kritis akan sangat
baik bila gizi ibu dan bayi dicukupi dengan gizi mikro dan makro, termasuk asam
lemak esensial omega-3 dan omega-6 (Karyadi, 1995).
Terjadinya penyakit jantung
koroner hampir tidak dapat dipisahkan dengan proses aterosklerosis. Aterosklerosis erat kaitannya dengan diit
sehari-hari. Aterosklerosis merupakan
suatu penyakit dengan perjalanan lambat yang mengenai dinding pembuluh darah besar dan dimulai sejak usia
dini.
Setelah
bayi lahir terbentuklah garis lemak pada dinding aorta. Lesi ini berwarna kekuning-kuningan di
dalamnya berisi kolesterol ester, dan semakin bertambah banyak sesuai
perkembangan umur. Kira-kira umur 15
tahun garis lemak mulai terdapat pada dinding pembuluh darah koroner, akan
tetapi tidak selalu menjadi aterosklerosis, adakalanya tidak menimbulkan gejala
apa-apa sampai akhir hayat. Tetapi ada
juga yang berkembang menjadi lesi yang lebih lanjut yang disebut plaq
fibrosa. Lesi ini mulai terjadi
kira-kira umur 25 tahun, biasanya akan
berkembang terus menjadi lesi yang kompleks atau ateroma. Mekanisme perkembangan dari garis lemak menjadi ateroma belum
jelas. Beberapa hipotesis yang
menerangkan tentang aterogenesis adalah kerusakan pada endotel yang
mengakibatkan melekatnya platelet dan platelet akan beragregasi membentuk
trombus yang berakibat penyumbatan (Fadilah,1987).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan endotel, disebut faktor risiko. Faktor risiko diantaranya adalah: genetik, umur, pola hidup termasuk kebiasaan makan dan aktifitas hidup, merokok, stress, minum alcohol, hipertensi, dan diabetes.
Sejak abad ke 19, proses
aterosklerosis telah dikaitkan dengan diit lemak. Akhir-akhir ini banyak dilaporkan bahwa asam lemak tidak jenuh
jamak (PUFA) dengan ikatan rangkap banyak
grup omega-3 mempunyai efek anti trombogenik.
Pengaruh diit asam lemak omega-3 terhadap aterosklerosis dapat terjadi dengan jalan meningkatkan atau menurunkan lipoprotein yang beredar dalam sirkulasi, terutama VLDL dan LDL yang merupakan pembawa kolesterol dan trigliserida (Bruckner, 1986). Dalam pembentukan gumpalan thrombus, diit sehari-hari dapat mempengaruhi melalui sintesis prostaglandin.
Diit yang kaya asam lemak
tidak jenuh jamak (PUFA) akan menurunkan kadar kolesterol, terutama bila
diadakan subtitusi asam lemak jenuh dengan asam lemak tidak jenuh (Bruckner.
1986). Mekanisme penurunan kolesterol
dengan diit omega-3 diduga karena omega-3 dapat meningkatkan ekskresi steroid
pada feses, merubah komposisi asam
lemak yang terdapat pada lipoprotein, sehingga mengakibatkan fluiditas
lipoprotein akan meningkat, dan akan mempengaruhi aktifitas enzim lipolitik;
merubah kecepatan sintesis dan katabolisme VLDL.
Kolesterol merupakan suatu sterol yang tidak larut air sehingga membutuhkan protein transpor. Ada 3 macam protein tranpor yang dibedakan berdasarkan densitasnya, yaitu: Hihg Density Lipoprotein (HDL) yang mengangkut kolesterol keluar jaringan tubuh, Very Low Density Lipoprotein (VLDL) yang merangsang pembentukan lipida darah yaitu trigliserida, kolesterol, dan ester-ester kolesterol; Low Density Lipoprotein (LDL) yang mengangkut lipida darah ke dalam sel-sel tubuh. Berdasarkan masing-masing fungsi protein tranpor, maka diharapkan tingkat VLDL dan LDL yang rendah, sedang HDL tinggi dalm darah (Duthie danBarlow,1992).
Pengaruh Diit Asam Lemak Omega-3 terhadap Trigliserida .
Trigliserida
dimetabolisme dalam hati dari asam lemak hasil lipolisis karbohidrat, protein,
lemak, dan alkohol yang dikonsumsi sehari-hari. Trigliserida bersama APO-B lipoprotein membentuk VLDL yang
diekskresi ke dalam sirkulasi darah. VLDL
dipisahkan dari trigliserida oleh enzim
lipoprotein lipase yang kemudian menjadi Intermediet Density Lipoprotein
(IDL) yang bakal menjadi LDL. Mekanismenya
adalah sebagai berikut: asam lemek omega-3 akan menekan sintesis trigliserida
dalam hati, dengan sendirinya menekan VLDL dalam plasma; Omega-3 mempengaruhi lipolisis jaringan
lemak, sehingga trigliserida tidak terbentuk melalui reaksi asam lemak bebas
dengan gliserol; Omega-3 dapat
meningkatkan clearance VLDL.
Mekanisme menurunnya
agregasi pada diit yang kaya omega-3 telah banyak diteliti oleh para ahli baik
secara in vivo maupun in vitro. Para
peneliti berpendapat bahwa diit yang kaya omega-3 dalam jumlah tertentu dan
waktu tertentu akan mempengaruhi kandungan asam lemak fosfolipi merman platelet
(Fadilah, 1987). Mekanismenya adalah sebagai berikut:
Dalam
membran platelet AA dikonversi menjadi prostaglandin G2 (PGG2) dengan bantuan
enzim siklooksigenase. Kemudian dengan
melalui siklik endoperoksida, tromboksan sintetase mempengaruhi prostaglandin
H2 menjadi tromboksan A-2 (TXA2) yang mempunyai efek proagregator dan vasokonstriktor.
Di dalam endothelium vascular AA dikonversi oleh enzim
siklooksigenase ke siklik endoperoksidase, dan kemudian dengan pengaruh
prostasiklin sintetase dirubah menjadi prostasiklin (PGI2) yang berefek anti
aggregator dan vasodilator.
Keseimbangan dari TXA2 dan
PGI2 inilah yang mempunyai peranan penting dalam kelancaran sirkulasi
darah. Diit yang kaya omega-3 diduga
mempengaruhi prostaglandin dengan mengurangi produksi TXA2 dan PGI2, karena
omega-3 merupakan inhibitor kompetitif dari AA pada proses siklooksigenase.
Diit omega-3 juga dapat
mengakibatkan terbentuknya
prostaglandin seri 3 yaitu TXA3 (tromboksan A3) yang berperan in aktif
atau sebagai proagregator lemah dan PGI3
yang berperan sebagai antiagregator yang lebih kuat dari PGI2. Pembentukan seri 3 dari TXA3 dan PGI3 juga
diikuti oleh penurunan PGI2 dan
TXA2. Maka dengan sendirinya terjadi ketidak
seimbangan antara proagregator dan antiagregator, sehingga menurunkan agregasi
pada platelet.
Selain dikonversi menjadi prostaglandin, AA juga dikonversi oleh enzim lipoksigenase menjadi leukotrin (LT4) yang merupakan suatu bahan dalam sel darah putih sebagai mediator untuk sistem kekebalan tubuh, yang mempunyai efek terhadap permeabilitas vascular dan kemotaksis leukosit serta konstriksi bronkus dan pembuluh darah. Dengan diit omega-3 akan terbentuk leukotrin seri 5 yang merupakan bentuk in aktif dari seri 4.
Bruckner (1986) mengajukan
beberapa hipotesis tentang mekanisme omega-3 mempengaruhi platelet sebagai berikut:
1.Omega-3 di membran platelet dikonversi menjadi TXA3 yang merupakan
proagregatorlemah, dan di endothelium vascular dikonversi menjadi PGI3 yang
merupakan antiagregator dan vasodilator yang kuat.
2.Omega-3 merupakan inhibitor kompetitif pada proses siklooksigenase,
sehingga menurunkan pembentukan TXA2 dan PGI2.
3.Omega-3 mempengaruhi reseptor yang ada di membran sehingga menurunkan
reaksi terhadap agen proagregator.
4.Omega-3 mempengaruhi fluiditas membran platelet sehingga menurunkan
kemampuan untuk melekat pada sub endothelium vascular.
5. Omega-3 menghambat desaturase dan elongase sehingga menurunkan
AA..
Dosis omega-3 yang
cukup berpengaruh adalah 4-15 g per hari yang diberikan sekurang-kurangnya 2 minggu.
. Setelah diketahui hubungan
atau peranan omega-3 terhadap penyakit jantung, terutama mengenai kemampuan
omega-3 yang dapat menurunkan kolesterol, trigliserida serta dapat meningkatkan
HDL, juga melalui pengalaman empiris pada masyrakat Eskimo yang jarang
ditemukan penyakit degeneratif, maka para pakar mencoba mengkaitkan omega-3
dengan retina dan tingkat kecerdasan otak.
Mekanisme serta peran omega-3 dan omega-6 terhadap pertumbuhan otak yang dikaitkan dengan kecerdasan belum dapat dijelaskan. Namun dapat diketahui dari hasil riset terhadap hewan percobaan (tikus) pada masa kritis yaitu umur 7-15 hari malnutrisi PUFA dapat menyebabkan terganggunya proses perumbuhan otak dan berakibat permanen. Malnutrisi asam lemak khususnya omega-3 dapat menyebabkan hewan-hewan percobaan mengalami penurunan kemampuan belajar, menurunnya berat badan dan otak, serta rendahnya kandungan DHA dalam otak (Anderson dan Connor, 1995).
Defisiensi omega-3 pada
anak perempuan yang berumur 6 tahun dapat menyebankan ganggguan berupa pandangan mata kabur, dan sukar untuk
dapat berjalan (Holdman et al, 1982).
Pengamatan terhadap ibu yang mengandung dan mengkonsumsi asam lemak esensial dalam jumlah sedikit brakibat melahirkan bayi dengan berat kurang, lebih pendek dan lebih kecil dibandingkan dengan ibu hamil yang mengkonsumsi asam lemak esensial lebih banyak. Defisiensi asam lemak esensial pada awal kehamilan dapat mengganggu kesehatan , perkembangan plasenta dan akibat selanjutnya mengganggu perkembangan janin dan syaraf (Crawford et al 1988 yang dikutip oleh Nettleton, 1993).
Asam lemak
DHA telah terbukti berpengaruh terhadap
retina mata hewan percobaan. Komponen
asam lemak pada membran sel otak dan retina
berpengaruh terhadap fluiditas dan sifat-sifat yang berhububungan dengan
aktivitas penglihatan dan reseptor sel syaraf, permeabilitas sel terhadap ion,
aktivitas enzim,serta inisiasi dan transmisi sel syaraf (Uauy dan Valenzuela,
1992 yang dikutip Astawan,1998).
Anderson, G.J dan W.E. Connor. 1994. Acreation of fatty acids in the brain and retina of chick fed a low linolenic acid diet supplemented with DHA. Am. J. Clin. Nutr. 59: 1338-1346.
Bruckner, G. 1986. Fats, their positional isomer, and platelete function. J. Med. Tech. 3 (1): 24-27.
Chang, H. 1997. Makanan Organik. Hidup Sehat dengan Kembali ke Alam. Gramedia. Jakarta.
Dahuri, R. 2002. Membangun
Kembali Perekonomian Indonesia melalui
Sektor Perikanan dan Kelautan. LISPI. Jakarta.
Duthie, I.F. dan S.M. Barlow. 1992. Dietary lipid exemplified by fish oils and their n-3 fatty acid. Food Sci. Technol. 6: 20-35.
Fadilah, S. 1987. Pengaruh Diit Minyak Ikan Lemuru terhadap Kadar Lipid Plasma dan Agregasi Platelet pada Orang Sehat. Tesis. FKUI. Jakarta.
Holdman, R.T; S.B. Johnson dan T.F. Hatch. 1982. A case of human linolenic acid deficiency involving neurological abnormalities. Am. J. Clin. Nutr. 35: 617-622.
Karyadi.D. 1995. Rekayasa gizi otak untuk mencerdaskan
bangsa. Warta
DRN. Edisi Juni.
Nettleton, J.A. 1993. Are n-3 fatty acid essential nutrients for fetal infant development?. J. Am. Diet Assoc. 93: 58-64.
Patel. C. 1998. Petunjuk Praktis Mencegah dan Mengobati Penyakit Jantung. Gramedia. Jakarta.