© 2002 Niki Elistus Lewaherilla                                                               Posted 23 May 2002

Makalah Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

Mei  2002

 

Dosen:

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

 

 

 

 

PARIWISATA BAHARI;

PEMANFAATAN POTENSI WILAYAH PESISIR dan LAUTAN

 

Oleh:

 

Niki Elistus Lewaherilla

C026014031

E-mail: Nikiel85@hotmail.com

 

PENDAHULUAN

          Sektor kepariwisataan  menunjukkan perkembangan  dan kontibusi ekonomi yang cukup menarik dibandingkan dengan sektor  lain di saat  Indonesia menghadapi  masa krisis  yang berkepanjangan. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara   sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9.18 hari/ orang) di tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan  jumlah hari kunjungan  12.26/orang pada tahun 2000.   Besarnya devisa  yang diperoleh sector pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5.75 milyar US$. Hal ini menunjukkan bahwa kepariwisataan sangat potensial untuk dikembangkan  di masa krisis.  Salah satu sumberdaya   wisata  yang  sangat    potensial yakni wilayah pesisir mempunyai kekayaan dan keragaman  yang tinggi  dalam berbagai bentuk  alam, struktur historic, adat,  budaya  dan berbagai sumberdaya yang lain yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Hal ini  merupakan karunia dan anugerah Tuhan untuk dapat dikembangkan bagi kesejahteraan manusia. Karena sebagai mahluk yang termulia  di beri kuasa untuk memanfaatkan alam serta segala isinya dengan penuh tanggung jawab. Alam dan sekitarnya  dengan berbagai keragaman  yang tinggi seperti wilayah  pesisir mempunyai   nilai atraktif  dan turistik  wajib dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan  melalui pariwisata bahari. Keragaman  daerah pesisir untuk pariwisata bahari  berupa bentuk alamnya  dan juga keterkaitan ekologisnya dapat menarik minat wisatawan baik untuk bermain, bersantai atau  sekedar menikmati pemandangan. 

Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata  potensial  termasuk di dalam kegiatan “Clean industry” . Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila memenuhi berbagai komponen  yakni terkaitnya  dengan kelestarian lingkungan alami,  kesejahteraan  penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan  komunitas dengan area pengembangannya (Siti Nurisyah, 1998).  Dengan  memperhatikan  komponen tersebut  maka wisata bahari  akan memberikan kontribusi nyata bagi  perekonomian masyarakat.

Konsep Pariwisata Bahari.

     Pembangunan pariwisata di arahkan untuk meningkatkan  kesejahteraan  yang berkelanjutan.  Wisata bahari  dengan kesan penuh makna   bukan semata-mata  memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan   tetapi juga diharapkan  wisatawan dapat berpartisipasi  langsung untuk mengembangkan konservasi  lingkungan  sekaligus pemahaman yang mendalam  tentang seluk beluk  ekosistem pesisir   sehingga membentuk kesadaran  bagaimana  harus bersikap untuk  melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini  dan masa yang akan datang.  Jenis  wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun  tidak langsung. Kegiatan langsung  diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing. Kegiatan tidak langsung  seperti  kegiatan  olahraga pantai, piknik menikmati atmosfer laut  (Siti Nurisyah, 1998).        Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya  dan karaktersitik  masyarakat sebagai kekuatan dasar  yang dimiliki oleh masing-masing daerah.  Wheat ( 1994) berpendapat bahwa  wisata bahari  adalah pasar khusus  untuk orang yang sadar akan lingkungan  dan tertarik  untuk mengamati alam. Steele (1993) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari   sebagai proses ekonomi  yang memasarkan ekosistem  yang menarik dan langka.  Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima factor  batasan yang mendasar  dalam penentuan prinsip utama  ekowisata, yaitu :

  1. Lingkungan; ecotourism bertumpu pada  lingkungan alam, budaya yang relative belum tercemar atau terganggu
  2. Masyarakat; ekotourism  harus memberikan manfaat  ekologi, social dan ekonomi  langsung kepada masyarakat.
  3. Pendidikan dan Pengalaman;  Ekotourism  harus dapat meningkatkan  pemahaman  akan lingkungan alam dan budaya  dengan adanya pengalaman yang dimiliki
  4. Berkelanjutan; Ekotourism  dapat memberikan  sumbangan positip  bagi keberlanjutan  ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
  5. Manajemen; ekotourism harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya  yang bertujuan untuk peningkatan  kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang.   

           Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan ecotourism  yang berkelanjutan.   Skema Konsep wisata bahari terlihat pada gambar 1.   

 

 

                   Gbr. 1. Skema konsep ekotourism Bahari (DKP,2002)         

 

Dari Gambar  1.  terlihat bahwa  output langsung yang di peroleh berupa hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni   adanya insentive yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konsevasi  alam. Output tidak langsung   yaitu berupa  tumbuhnya kesadaran  dalam diri setiap orang (wisatawan) untuk  memperhatikan sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada alam.  Kesadaran ini tumbuh sebagai akibat dari kesan yang mendalam  yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi secara langsung dengan  lingkungan bahari.

 

    Orientasi pemanfaatan utama pesisir  dan lautan serta  berbagai elemen pendukung lingkungannya  merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan secara terpadu  dalam usaha mengembangkan  kawasan wisata. Cultural   dan physical aspect merupakan  suatu kesatuan yang terintegrasi yang saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata  bahari.  Gunn (1993) mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata  yang baik dan berhasil  bila secara optimal didasarkan kepada  empat aspek yaitu :

1)      mempertahankan kelestarian lingkungannya

2)    meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut

3)    menjamin kepuasan pengunjung

4)    meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan  masyarakat di sekitar   kawasan dan zone pengembangannya.

 

     Disamping ke – 4  aspek di atas kemampuan daya dukung untuk setiap kawasan berbeda-beda sehingga perencanaan secara spatial akan bermakna. Secara umum ragam daya dukung  wisata bahari meliputi :

1).  Daya dukung ekologis ;Pigram (1983) dalam Nurisyah, S  dkk (2001) mengemukakan bahwa daya dukung ekologis sebagai tingkat maksimal penggunaan suatu kawasan . 2). Daya dukung  fisik. Suatu kawasan wiasata merupakan jumlah maksimum  penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan  dalam areal tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas. 3) daya dukung social. Suatu kawasan wisata dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan  dimana  melampauinya akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas  pengalaman atau kepuasan.4) daya dukung reakreasi merupakan suatu konsep pengelolaan  yang menempatkan kegiatan reakreasi  dalam berbagai objek yang terkait dengan kemampuan kawasan.

 

KONSEP RUANG,  SIRKULASI  dan TAPAK

           Manusia dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat yang  lain karena adanya dorongan  serta keinginan untuk mengetahui sesuatu ataupula  ada sesuatu yang dirasakan membosankan/tidak menyenangkan sehingga  mengarahkan perhatiannya untuk mememperoleh sesuatu  yang dinginkannya. Oleh karena itu perencanaan kawasan wisata bahari didasarkan pada  konsep ruang dan sirkulasi  serta tapak yang ideal dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan bagi  pengunjung  untuk merasakan sesuatu yang ingin diperolehnnya. Untuk maksud tersebut maka  suatu kawasan wisata bahari perlu mempertimbangkan :

1)      Jarak  atau rute yang praktis  dimana semua objek  dan elemen sepanjang rute terfasilitasi dan tergambarkan.  Ruang sebagai tempat pergerakan manusia hendaknya  menunjukkan keharmonisan  dan terintegrasi antara satu dengan yang lainnya.

2)    KOndisi Lingkungan merupakan objek dalam pergerakan  harus sesuai dengan persepsi pengunjung. Dengan demikian  kawasan wisata bahari  yang dibuat  bukan hanya mempertimbangkan objek  dengan ruang saja tetapi juga objek dengan pengunjung. 

3)    Rangkaian unsur –unsur dalam ruang  harus tertata dengan baik  dan dalam suatu rangkaian  yang dapat diintepretasikan oleh pengunjung.   Kaitannya dengan tapak  yang ideal dari suatu kawasan wisata bahari  maka fungsi suatu tapak  harus serasi dengan kondisi dari tapak itu sendiri.  Ada 3 aspek  utama yang harus diperhatikan  dalam perencanaan tapak wisata bahari yaitu :

1) Keterpaduan rencana dan desain; aspek ini mencakup profesionalisme  dalam pengembangan kawasan pemilik, pengembang, bank, industri, partisipasi masyarakat dan sebagainya. 2) criteria desain yang digunakan mencakup criteria fungsional, keterpaduan  dengan perencanaan lannya, pengalaman pengunjung, otentik, kepuasan, estetika 3). Sustainability dari tapak; aspek ini mencakup eco desaign ethics, tempat –tempat kultural, xeriscape, proteksi sumberdaya alam, peraturan pemerintah dan sebagainya.

 

Filosofi Pariwisata Bahari  berkelanjutan berbasis Masyarakat

             Pembangunan berkelanjutan  pada umumnya mempunyai sasaran memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengurangi manfaat bagi generasi mendatang. Charles Birch dalam Erari K,Ph (1999) membandingkan dunia sekarang  ibarat kapal titanic  dengan gunung es yang terlihat  sebanyak 5 pucuk  yang merupakan ancaman bagi kehidupan manusia antara lain : 1) ledakan penduduk, 2) krisis pangan  3) terkurasnya sumberdaya alam diperbaharui 4) pengrusakan lingkungan hidup dan  5) perang.  Selanjutnya disebutkan bahwa suatu tuntutan  akan perlunya masyarakat yang berkelanjutan , dan panggilan kemanusiaan untuk bertindak  sedemikian rupa agar kehidupan manusia  dan mahluk hidup lainnya menikmati hidup berkelanjutan di tengah keterbatasan dunia. Hal ini menunjukkan walaupun dunia yang  diibaratkan   tersebut maka peranan masyarakat untuk memelihara lingkungan demi kehidupan masa mendatang. Dengan demikian bahwa pariwisata berkelanjutan harus bertitik tolak dari kepentingan dan partisipatif  masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung   sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan kata lain bahwa  pengelolaan sumberdaya wisata bahari dilakukan sedemikian rupa  sehingga kebutuhan ekonomi, social dan estetika  dapat terpenuhi  dengan  memelihara  integritas cultural, proses ekologi yang esensial,  keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan.

Agar supaya wisata bahari dapat berkelanjutan maka produk pariwisata bahari yang ditampilkan  harus harmonis dengan lingkungan  local spesifik.  Dengan demikian masyarakat  akan peduli terhadap sumberadaya wisata  karena memberikan manfaat  sehingga masyarakat merasakan  kegiatan wisata sebagai suatu kesatuan  dalam kehidupannya. Cernea ( 1991)  dalam  Lindberg K and D E, Hawkins (1995) mengemukakan bahwa partisipasi local memberikan banyak peluang secara efektif dalam kegiatan pembangunan dimana hal ini berarti bahwa memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran social dan bukan subjek pasif  untuk mengelola sumberdaya membuat keputusan  dan melakukan control  terhadap kegiatan –kegiatan yang mempengaruh kehidupan sesuai dengan kemampuan mereka.  Adanya kegiatan wisata bahari haruslah menjamin  kelestarian lingkungannya terutama yang terkait dengan sumberdaya hayati renewable maupun non renewable  sehingga dapatmenjamin  peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.   Di Kawasan  wisata Nusa Dua Bali, Kawasan reakreasi Mangrove sungai Buloh di Singapore,  Kawasan Pantai Copacabana di Rio de Jeneiro (Brasil), Kawasan Historik Puerto Madero Buenos aires (Argentina) dan Pantai Wisata di Hawaii merupakan contoh bagi pengembangan wisata bahari yng cukup terkenal di Dunia.  Selain di Bali  di wilayah pesisir di beberapa daerah di Indonesia sangat potensial  bagi pengembangan wisata bahari karena berbagai ekosistem dan ekologis setempat disamping budaya yang khas  serta sejarah masa lampau sebagai bangsa bahari  dapat di racik sebagai  aktraksi wisata bahari.  Seperti halnya di beberapa kawasan poensial pengembangan wiasata bahari antara lain di Kepulauan Raja Ampat Sorong yang memiliki ekosistem terumbu karang yang terlengkap dan terbaik didunia (ekosistem), dari segi budaya masyakat setempat dengan pola hidup,adat dan budaya yang khas  merupakan modal bagi pengembangan wisat bahari berbasis masyarakat.  Jenis wisata bahari  dengan memanfaatkan  diantaranya berperahu, snorkeling, diving, berenang  serta  kegiatan di bagian daratatnya berupa  piknik olahraga pantai  serta menikmati atmosfer laut dsbnya.  Contoh lainnya Pelabuhan Sunda Kelapa  merupakan Bandar bahari 4 Zaman yakni Zaman Hindu, Islam, Kolonial dan Zaman Kemerdekaan. Sangat potensial untuk dikembangkan untuk tujuan wisata budaya bahari.   Selain sumberdaya fisik  dan alami maka sumberdaya lain seperti aspek budaya, sejarah  menjadi salah satu atraksi  yang dapat mendukung  pengembangan  kawasan wisata bahari hal ini didukung oleh keterkaitan etnik,  yang tinggi yang dimiliki oleh wilayah pesisir.   Walaupun mempunyai potensi untuk dikembangkan tanpa dukungan sarana prasarana transportasi, atraksi yang menarik, pelayanan yang baik serta informasi dan promosi  maka kurang dikenal.   Oleh karena itu     Sumberdaya pesisir  dan lautan untuk wisata bahari dapat dikembangkan  menjadi suatu pariwisata yang marketable jika memenuhi persayaratan sebagaimana gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Komponen Fungsi dari Sisi Persediaan (Gunn, 1993)

 

 

 

Gambar 3. Pengaruh luar sistem Pariwisata (Gunn,1993)

 

          Dari Gambar 3 bahwa factor luar sangat berperanan bagi keberhasilan pengembangan wisata bahari.  Pendekatan pengembangan wisata  Bahari berkelanjutan sesuai tujuan  tidak mengurangi kesejahteraan generasi masa yang akan datang.

          Dengan demikian  sumberdaya pariwisata bahari akan berhasil dengan adanya ukuran keberhasilan mencakup kepuasan pengunjung, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

 

 

Secara Harafiah pembangunan berkelanjutan  yaitu pemmbangunan  yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa  mengorbankan generasi yang akan datang. Bahwa pembangunan pariwisata bahari berkelanjutan  tidak boleh membahayakan sistem alam yang mendukung  semua aspek kehidupan. Pembangunan pariwisata berbasis  masyarakat mengacu kepada  upaya pemeliharaan  sistem alam yang bertujuan untuk kesejateraan masyarakat.   

 

Penutup

Wilayah pesisir di   Indonesia sangat potensial untuk di manfaatkan untuk kegiatan wisata Bahari  baik secara langsung  maupun tidak langsung. Pengembangan wisata bahari di dasarkan kepada kondisi lokal spesifik  dengan melibatkan masyarakat sekitarnya  akan berkelanjutan. Perencanaan dan Pengembangan wisata bahari  harus dilakukan secara terpadu  sesuai dengan kondisi lokal spesifik,  ekologis, bentang alam, adat dan budaya yang merupakan komponen ciptaan Allah untuk dapat dikelola, dimanfaatkan sebaik mungkin  demi kemuliaan Pencipta dan kehidupan manusia di dunia (Kej 1 : 26 – 28, 3 : 22 – 23).     

 

DAFTAR PUSTAKA

Andrew Holden 2001, Enviroment and Tourism. Rontledge Introduction to Enviroment Series.

Clare A. Gunn, 1994. Tourism Planning. Basics, Concepts, Cases. Third Edition. Taylor & Francis Publisher.

Dahuri R, Rais J, Sapta P.G., Sitepu M, 2001. Pengelolaan Sumberaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara terpadu (Edisi Revisi).

Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002. Draf Akademik Pengelolaan Pesisir dan Lautan.

Erari, K.Ph, 1999. Tanah Kita Hidup Kita. Hubungan Manusia dan Tanah di Irian Jaya Sebagai Persoalan  Teologis (Ekotologis Dalam Perspektif Malenesia). 

Kreg Lindberg dan Donald E Hawkins, 1995. Ekoturisme : Petunjuk Untuk  Perencanaan dan  Pengelolaan. The Ecotourism Society. North Benington, Vermont.

Siti Nurisyah, 2001. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia.  Bulettin  Taman Dan Lanskap Indonesia. Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Volume 3, Nomor 2, 2000. Studio Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian IPB Bogor.