2002 Program Pasca Sarjana
IPB
Group
I Presentation
Posted 29 April 2002
Science
Philosophy (PPs 702)
Graduate
Program
Institut
Pertanian Bogor
April 2002
Instructor:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
MENGAPA HARUS TAKUT MENJADI TUA
Oleh:
Kelompok
6-A
[Hardjanto,
Aris Wibudi, M. Arief Soendjoto, M. Yusri Karim, R. Umar Hasan
Saputra, Sudibyo]
Bumi yang kita tempati saat ini sesungguhnya telah silih
berganti ditempati oleh berbagai mahluk hidup.
Sejarah telah mencatat bahwa bumi pernah ditempati oleh dinosaurus
selama 65 juta tahun dan oleh ichtyosaurus (ikan purba) selama 150 juta
tahun. Disamping secara populasi kedua
mahluk tersebut mampu hidup dalam waktu yang panjang, ternyata secara individu
pun kedua jenis mahluk tersebut mempunyai usia yang mencapai ribuan tahun. Suatu usia yang secara individu tidak akan
pernah dicapai oleh umat manusia.
Berbeda dengan dinosaurus maupun ichtiosaurus, kehidupan umat
manusia di bumi sesungguhnya baru dimulai 100.000 tahun lalu. Dalam kurun waktu tersebut, telah hidup
manusia dari berbagai generasi dan bangsa.
Yang sangat menarik adalah kualitas hidup umat manusia terus mengalami
penurunan seiring peningkatan usianya dari waktu ke waktu. Sebagai contoh Nabi Nuh mampu
terus bekerja dan berkarya sampai usia beliau mencapai 1000 tahun. Hal yang sama dapat juga kita amati bahwa
banyak orang tua yang hidup sebelum kita mampu bekerja sampai usianya mencapai
100 tahun. Padahal umat manusia saat ini banyak yang telah menjadi tua, atau
tidak dapat berkarya lagi pada usia sekitar 70 tahun.
Proses menjadi tua
merupakan keadaan yang harus dilalui oleh semua mahluk hidup, apabila memiliki
usia yang panjang. Proses ini
kadang-kadang merupakan momok yang paling ditakuti oleh yang mengalaminya
sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menghambat atau bahkan kalau bisa
menghindari proses ini. Permasalahannya
kini, apa yang sebenarnya terjadi sehingga apabila berumur panjang kita menjadi
tua dan benarkah penuaan ini merupakan proses yang menakutkan karena kulit
semakin mengeriput dan berbagai fungsi yang ada di dalam tubuh semakin menurun.
II. DASAR PEMIKIRAN
Penuaan sesungguhnya merupakan proses dediffensiasi (de-growth) dari sel, yaitu proses
terjadinya perubahan anatomi maupun penurunan fungsi dari sel. Ada banyak teori yang menjelaskan masalah
penuaan. Dalam makalah
ini akan disampaikan tiga buah teori.
a. Teori Pertama
Teori pertama menyatakan bahwa semakin cepat suatu organisme
hidup maka semakin cepat pula mereka menua.
Hal ini terjadi karena kehidupan cepat didefinisikan sebagai proses
differensiasi dari pertumbuhan yang cepat serta metabolisme yang tinggi
(Kimbal, 1983) sehingga sel-sel lebih cepat mengalami penuaan. Apabila disandarkan pada teori ini maka
pertumbuhan seorang manusia yang terlalu cepat, tidak baik bagi manusia
tersebut karena dia akan cepat mengalami penuaan. Namun demikian teori ini tidak menjelaskan bagaimana proses
tersebut dapat terjadi pada tingkat seluler sehingga pengambilan kesimpulan
yang hanya didasarkan pada teori ini banyak memiliki kekurangan.
b. Teori Kedua
Teori kedua menyatakan bahwa setiap sel
tidak dapat mengelak dari penumpukan sisa metabolit yang bersifat racun. Penumpukan tersebut secara berangsur-angsur
mengurangi kemampuan sel untuk berfungsi sehingga akhirnya menjadi tua. Sel tidak dapat mengelak dari penumpukan ini
karena kolagen sebagai protein struktural yang merupakan selubung ekstraseluler
sebagian besar sel tubuh menjadi tidak lentur dan tidak mudah larut. Seperti diketahui, ketika kolagen pertama
kali dibentuk, zat ini bersifat lentur dan mudah larut dan hal ini menunjukkan
bahwa sel belum menua. Namun demikian
lama-kelamaan rantai polipeptida yang terbuat dari kolagen terikat terus
bersama sehingga kelarutan dan kelenturan (permeabilitas) dari bahan tersebut
berkurang. Akibat pengurangan
permeabilitas ini maka lalu lintas bahan antar-sel mengalami banyak
hambatan. Kemungkinan ini pula yang
dijadikan dasar dalam pemunculan hipotesis bahwa penuaan mengakibatkan
terjadinya perubahan hormon (Hermann dan Berger, 1999) walaupun tidak ada
hubungan antara penuaan tersebut dengan perubahan komposisi asam lemak sel
(Stulnig et al., 1996).
c. Teori Ketiga
Teori ketiga menyatakan bahwa penuaan
terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan yang merugikan gen-gen yang
berhubungan dengan sel badan atau sel-sel somatik (Kanungo, 1994). Menurut Burnet dalam Kimbal (1983) mutasi
gen somatik yang tidak dengan cepat diperbaiki oleh enzim DNA polimerase akan
menumpuk pada sel sehingga gen-gen tersebut mulai menghasilkan protein yang
tidak sempurna yang mengakibatkan efisiensi sel berkurang. Apabila protein yang tidak sempurna ini
menjadi enzim maka proses mutasi somatik akan terjadi secara lebih cepat. Akibatnya, sel akan mati (merupakan proses
penuaan) atau bahkan mengalami kanker. Akibat lain penuaan adalah merangsang
mutasi DNA mitokondria (Fukagawa et al., 1999).
III. DAMPAK MENJADI TUA
Ketiga teori di atas merupakan teori biologi yang dianggap mampu
menjelaskan berbagai penurunan kondisi baik penurunan bentuk anatomis maupun secara
fisiologis (fungsi tubuh) apabila seorang manusia mengalami penuaan.
a. Dampak Secara Anatomis
Penuaan akan mengakibatkan penurunan
kondisi anatomis dari sel akibat terjadinya penumpukan metabolit yang terjadi
di dalam sel (Teori II). Metabolit yang
menumpuk tersebut tentunya bersifat racun terhadap sel sehingga bentuk dan
komposisi pembangun sel sendiri akan mengalami perubahan. Disamping itu karena permeabilitas kolagen
yang ada di dalam sel telah sangat jauh berkurang, maka kekenyalan dan kekencangan
dari otot, terutama pada bagian integumen akan sangat jauh menurun. Hal inilah yang secara kasat mata dapat
dilihat berupa kulit keriput pada manusia yang mengalami proses penuaan. Sesungguhnya proses perubahan di atas hampir
terjadi di setiap sel, hanya saja karena sel kulit (sistem integumen) merupakan
lapisan luar tubuh yang berhubungan dengan dunia luar, maka sel inilah yang
jelas dapat langsung dilihat.
b. Dampak Secara Fisiologis
Perubahan anatomis yang terjadi dalam
suatu sel baik secara bentuk maupun komposisi zat pembangunnya dipastikan akan
mempengaruhi fungsi dari sel maupun organisme tersebut secara keseluruhan. Ada berbagai macam fungsi
dipengaruhi oleh tubuh yang mengalami
penuaan ini, antara lain :
1) Fungsi Seksualitas
Fungsi seksualitas sangat terkait
dengan hormon seks yang ada di dalam tubuh.
Keberadaan dan perubahan hormon berhubungan erat dengan usia (Vermuelen, 1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pria, peningkatan usia
tidak selalu diiringi dengan penurunan hormon.
Sebaliknya, wanita yang mengalami masa tua akan mengalami menopause; hal
ini ditandai dengan berhentinya menstruasi yang menunjukkan telah berhentinya
kemampuan reproduksi dari wanita tersebut.
Kejadian seperti menopause ini sesungguhnya tidak pernah
terjadi pada pria. Madersbacher et al., (1993)
telah mengadakan penelitian tentang perubahan hormon yang dialami pria mulai
usia 30 tahun sampai 80 tahun. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa seiring perubahan usia, hanya hormon
testoteron yang mengalami penurunan, sedangkan luteinizing hormone (LH) dan
follicle stimulating hormon (FSH) tetap mengalami peningkatan. Dari fenomena
ini (biasa disebut cross of andropause)
beberapa ahli menyatakan bahwa tidak ada andropause yang sesungguhnya
(Herman and Berger, 1999), atau dengan kata lain kemampuan reproduksi pria
tidak pernah berhenti sama sekali.
Walaupun kemampuan reproduksinya tidak
sama sekali terhenti, aktivitas seksual pada pria akan mengalami
penurunan. Hal ini terkait erat dengan
ketersediaan hormon androgen yang terdapat di dalam tubuh.
2)
Fungsi Indera
Seperti
juga fungsi seksual fungsi indera akan menurun setelah manusia mengalami
penuaan. Indera pada hakekatnya
merupakan suatu organ yang tersusun dari jaringan, sedangkan jaringan sendiri
merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi yang sama. Karena sel telah mengalami perubahan bentuk
maupun komposisi zat pembangun (sel tidak normal) ketika mengalami proses
penuaan, maka secara secara otomatis fungsi indera pun akan mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat pada
orang tua yang secara berangsur-angsur mengalami penurunan kemampuan
pendengaran dan penglihatan serta kemampuan inderawi lainnya.
3)
Fungsi
Rasio dan Naluri
Fungsi rasio maupun naluri sangat
terkait dengan sistem syaraf dan otak.
4)
Fungsi Nurani dan Intuisi.
Kecuali
setelah mengalami pikun, tidak diperoleh data yang valid yang dapat menunjukkan
adanya penurunan fungsi nurani maupun instuisi akibat adanya proses penuaan.
Fungsi rasio, naluri dan indera sangat terkait dengan pengembangan
ilmu-ilmu fisik material. Karena telah
terjadi penurunan fungsi akibat penuaan, maka dipastikan kemampuan seseorang
dalam pengembangan ilmu-ilmu fisik material akan sangat jauh menurun atau
bahkan terhenti sama sekali. Bila
ditinjau dari fungsi nurani, ada kecendrungan bahwa manusia memahami siapa
dirinya dan mau kemana dia pada akhirnya,
Hal ini muncul karena selama proses kehidupan, proses pembelajaran dan
pengalaman terjadi. Proses ini mendidik
rasionya untuk selalu bekerja dan berfikir.
IV. UPAYA MENGHAMBAT PENUAAN
Walaupun bukan
sesuatu yang ditakuti semua orang, namun apabila semua manusia berkata jujur,
penuaan adalah kondisi yang pasti tidak disukai. Buktinya, banyak upaya yang dilakukan manusia untuk menghambat proses
penuaan tersebut. Dengan didasarkan
pada teori proses penuaan ada, maka upaya menghambat penuaan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a.
Hidup
dalam lingkungan tidak tercemar
Kondisi lingkungan yang tercemar merupakan kondisi lingkungan
yang merugikan gen-gen yang berada dalam sel.
Apabila sel tersebut terpapar lama pada lingkungan tercemar maka sel
akan cepat mengalami penuaan. Salah
satu contoh adalah proses terjadinya penurunan pendengaran (penulian) pada
telinga. Pemaparan suara bising yang
terlalu lama dan berintensitas tinggi akan menjadikan seseorang
berangsur-angsur menjadi tuli. Ketulian
ini dipicu oleh penebalan sel-sel pada dinding alat pendengaran. Contoh lain adalah pengakumulasian
antibiotik yang menjadikan seseoran resisten terhadap antibiotik. Dengan demikian tidaklah mengherankan
apabila kondisi lingkungan pada jaman dulu yang tidak tercemar diduga menjadi
penyebab bahwa umur manusia jaman dulu lebih lama daripada umur manusia masa kini
dan kualitas hidupnya pun lebih baik daripada kualitas hidup manusia masa kini
(catatan: pengertian kualitas hidup disini lebih dititikberatkan pada
kesehatan).
b.
Mengkonsumsi
makanan yang bergizi
Makanan yang masuk ke dalam tubuh merupakan penentu utama
tingkat pertumbuhan maupun kualitas matriks sel. Karena sel menuntut asupan matriks yang sesuai dengan
kebutuhannya, konsekuensinya adalah bahwa makanan harus mempunyai kualitas yang
sesuai dengan kebutuhan sel tersebut.
Secara umum, kualitas makanan yang sesuai adalah makanan yang seimbang
secara gizi, baik jumlah karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineralnya.
c.
Mencegah
kegemukan atau kekurusan
Kegemukan atau kekurusan merupakan kondisi yang tidak ideal bagi
tubuh. Kegemukan akan mengakibatkan
penumpukan metabolit pada sel, sedangkan kekurusan akan mengakibatkan tidak
terpenuhinya matriks sel yang diperlukan sel untuk berada pada kondisi
normal. Secara keseluruhan, apabila
kedua kondisi tidak ideal ini terjadi, sel akan cepat mengalami penuaan dan
manusianya pun akan cepat tua.
d.
Melaksanakan olah raga secara teratur
Terdapat dua keuntungan yang diperoleh apabila seseorang
melakukan olah raga secara teratur.
Pertama, metabolit dapat dikeluarkan lebih cepat sehingga tidak menumpuk
pada sel. Kedua, sel menjadi terlatih
sehingga keluar masuknya bahan antar sel atau permeabilitas kolagen akan lebih
terjaga. Kedua hal inilah yang
dipastikan akan menghambat penuaan sel. Dalam ilmu
fisiologi fenomena ini dibahas dalam fisiologi latihan (Exercise Physiology).
e.
Terus
menggunakan otak untuk berfikir
Seperti juga
adanya proses latihan pada sel, kemampuan berfikir pun harus terus
dilatih. Sesungguhnya proses berfikir
adalah proses latihan (olah raga) pada sel otak sehingga membuat kondisi
sel-sel otak lebih terjaga sehingga proses penuaan atau pikun akan dapat
dihambat.
f.
Menghindari
stress
Secara fisiologis, stress akan mengakibatkan proses metabolisme
berjalan secara tidak normal.
Metabolisme yang tidak normal akan mempercepat penumpukan metabolit,
atau terbentuknya protein yang tidak sempurna sehingga efisiensi sel
berkurang. Karena umumnya manusia yang
mengalami stress malas untuk ber-olah raga, metabolitnya menumpuk relatif cepat
dalam sel dan memperbesar peluang protein yang tidak sempurna untuk menjadi enzim. Pada gilirannya, proses penuaan pun
biasanya berlangsung secara cepat.
V. FALSIFIKASI POPPER DALAM TEORI PENUAAN
Kaum falsifikasionis memandang ilmu sebagai suatu perangkat hipotesa yang dikemukakan secara tiba-tiba dengan tujuan melukiskan secara akurat perilaku dunia atau alam semesta. Untuk menjadi suatu teori ilmiah, maka hipotesa harus falsifiabel (dapat dinyatakan sebagai tidak benar atau salah). Suatu hipotesa falsifiabel apabila terdapat suatu keterangan observasi atau suatu perangkat keterangan observasi yang tidak konsisiten dengannya, yakni apabila ia dinyatakan sebagai benar maka ia akan memfalsifikasi hipotesa itu.
Contoh : 1. Tidak pernah hujan pada hari minggu -- falsifiabel
2. Di Bogor sedang hujan ataupun sedang tidak hujan -- tidak falsifiabel karena tidak ada keterangan observasi logis yang dapat menyalahkannya.
Jadi kalau dalam hal penuaan kita temukan pernyataan : Penuaan akan mengakibatkan penurunan kondisi anatomis dari sel, ini berarti falsifiabel, artinya ia dapat difalsifikasi bila ditemukan bahwa penuaan tidak mengakibatkan penurunan kondisi anatomis sel, sungguhpun hanya satu kasus. Begitupun tentu dampak penuaan secara fisiologis yang disajikan pada tulisan ini semuanya bersifat falsifiabel.
Selanjutnya seluruh upaya menghambat penuaan yang telah banyak diakui bahkan diyakini banyak orang, juga masih memiliki sifat falsifiabel. Karena dalam falsifikasi pada intinya mempersoalkan sesuatu untuk mendapatkan kebenaran , maka dalam konteks tulisan ini kita dapat memulainya dengan pertanyaan seperti : benarkah hidup dalam lingkungan tidak tercemar dapat menghambat penuaan ?; benarkah terus menggunakan otak untuk berpikir, atau menghindari stress dapat menghambat penuaan ? Apabila ditemukan suatu fakta yang tidak sesuai dengan kebenaran yang telah diakui/diyakini tersebut maka artinya kebenaran tersebut menjadi tidak benar. Di lain pihak , falsifikasionis justru mensyaratkan bahwa suatu hipotesa ilmiah harus falsiafiabel. Hal ini berarti bahwa seluruh teori tentang penuaan tersebut adalah benar, namun tetap terus terbuka untuk ditemukan kebenaran baru terhadap teori-teori tersebut. Teori-teori baru tersebut baik berupa “koreksi” terhadap teori terdahulu maupun sesuatu yang benar-benar baru.
VI. INDUKSI DAN DEDUKSI DALAM FENOMENA PENUAAN
Penuaan masih bersifat fenomenal setidaknya dalam arti bahwa belum cukup kepastian untuk menyatakan proses penuaan secara universal. Walaupun dilain pihak bukti-bukti kebenaran telah dapat diungkapkan para ilmuwan dibidangnya, namun masih terus bersifat falsifiabel. Pendekatan induktif dan deduktif masih terbuka untuk mengungkap proses, dampak maupun upaya pencegahan penuaan. Dengan demikian masih sangat luas obyek-obyek yang dapat dilakukan oleh para peneliti biologi. Dalam hal ini yang penting diperhatikan bagi para penelitinya adalah agar disiplin dalam menggunakan setiap pendekatan yang dipilih.
Bagi peneliti dengan pendekatan induktif, mereka berupaya menemukan kebenaran bukan bersandar dari logika , tetapi dari pengalaman. Namun demikian untuk membuat generalisasi tidaklah mudah. Mereka harus memenuhi :
a. Jumlah observasi yang membentuk dasar untuk generalisasi harus besar.
b. Observasi harus diulang-ulang pada variasi kondisi yang luas
c. Keterangan observasi yang sudah dapat diterima tidak boleh bertentangan dengan hukum universal yang menjadi kesimpulannya.
Jadi dalam konteks penuaan ini kita dapat membuat sejumlah besar upaya membangun ilmu baru melalui pendekatan induktif. Perlu diingat bahwa pendekatan induktif ini memerlukan sumberdaya yang tidak kecil serta waktu yang
lama untuk mencapai suatu kesimpulan yang bersifat universal, karena pendekatan induktif bertumpu pada pengalaman.
Bagi peneliti dengan pendekatan deduktif, sekali seorang ilmuwan memiliki hukum-hukum dan teori-teori universal, maka baginya dapat menarik konsekuensi-konsekuensi yang bisa digunakan untuk memberikan penjelasan-penjelasan dan ramalan-ramalan. Misalnya pada teori penuaan kedua yang menyatakan bahwa setiap sel tidak dapat mengelak dari penumpukkan sisa metabolit yang bersifat racun yang berangsur-angsur mengurangi kemampuan sel, sehingga menjadi tua. Maka ramalan logis yang dapat dijelaskan adalah semakin banyak dan cepat terjadinya penumpukan sisa metabolit bersifat racun, orang menjadi cepat tua. Dari sinilah akhirnya memicu perkembangan ilmu-ilmu yang harus dilakukan baik untuk melengkapi teori penuaan yang sudah maupun yang akhirnya membantah ilmu penuaan yang sudah ada sekalipun.
Jika dicermati lebih lanjut, kedua pendekatan tersebut pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tetapi dapat dipastikan pula bahwa peranan keduanya adalah sama pentingnya, walaupun selalu saja terjadi perdebatan diantara para pengikutnya.
VII.
PENUTUP
Penurunan
fungsi maupun anatomis tubuh dari kondisi sebelumnya merupakan bentuk dari
proses penuaan. Penuaan adalah
konsekuensi yang harus ditanggung apabila kita berumur panjang. Ketakutan menghadapi proses ini merupakan
hal yang wajar. sehingga apabila kita
takut menghadapi penuaan, berdoalah
kepada Tuhan agar diberi umur yang pendek saja.
DAFTAR PUSTAKA
Fukugawa, N.K., M. Li, P. Liang, J.C.
Russel, B. E. Sobel and P.M. Absher.
1999. Aging and high
concentration of glucose potentiate injury to mitocondrial DNA. Free Radical Biology and Medicine. 27(11/12):1437-1443.
Hermann, M. and P. Berger. 1999.
Hormon replacement in the aging male?.
Exp. Geronto. 34:923-933.
Kanungo,
M.S. 1994. Genes and
aging. Cambridge Univ. Press. Cambridge.
Kimbal,
J.W. 1983. Biologi
(Jilid I dan II). Alih
bahasa: S. Soetarmi dan N. Sugiri. PT.
Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Maderbacher, S., Stulnig, T., Huber,
L.A., Schonitzer, D., Dimhofer, S., Wick, G., and Berger, P. 1993.
Serum glicoprotein hormones and their free alpha-subunit in a healthy elderly
population selected according to the SENIEUR protocol. Analyses with ultrasensitive time resolved
fluoroimmunoassays. Mech Aging Dev.
71:223-233.
Stulnig, T.M., G. Jürgens, Q. Chen, D.
Moll, D. Schönitzer, E. Jarosch and G. Wick. 1996. Properties of low density lipoprotein relevant to oxidative
modivications change padoxically during aging.
Atherosclerosis. 126:85-94.
Vermuelen, A. 1998. Some reflection on
the endocrinology of the aging male.
Aging Male. I:163-168.