©
2002 Kardiman
Posted: 3 April 2002
[rudyct]
Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut
Pertanian Bogor
Maret 2002
Dosen:
Prof
Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
ANALISIS PENGARUH GEJOLAK
POLITIK DAN REGULASI TERHADAP GEJOLAK EKONOMI MONETER DI INDONESIA
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan
politik Indonesia menuju ke arah demokrasi,
namun masih mencari bentuk
demokrasi yang macam apa yang
cocok diterapkan di Indonesia.
Semenjak kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus tahun 1945 sampai tanggal 1
Oktober 1966 yaitu masa presiden pertama Ir. Seokarno berkuasa, demokrasi
diarahkan mendekati demokrasi terpimpin (orde lama).
Pada masa
Soeharto tahun 1966 sampai tahun 1998, selama 32 tahun Indonesia berada pada
rezim militer Orde Baru yang diwarnai banyaknya praktek Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme. Demokrasi disini sering disebut demokrasi Panca Sila.
Setelah orde baru
berkuasa tepatnya tanggal 21 Mei 1998,
kehidupan politik mengalami gelombang sangat besar ibarat kapal tak obahnya menghadapi badai
yang dahsyat. Selama 32 tahun negara
Indonesia hanya memiliki satu orang presiden,
sejak tahun 1998 sampai tahun 2001, Indonesia telah memiliki 3 orang
presiden. Pada zaman Soeharto jarang
dijumpai adanya demonstrasi masal,
sejak tahun 1998 demonstrasi merupakan kejadian sehari-hari, yang dilakukan oleh makin banyak kelompok
(pressure group) dengan spekrum politik yang beragam.
Kejadian-kejadian
diatas kalau dilihat dari kacamata sikap prilaku adalah proses transisi menuju
demokrasi yaitu munculnya masyarakat yang madani, masyarakat yang berhak menentukan sikap diri, kehidupannya
sendiri. Walaupun masyarakat semasa
Soeharto sangat stabil dibawah tangan besi,
tiba-tiba mendadak menjadi labil.
Soeharto pada tanggal
21 Mei 1998 digantikan oleh Prof.
Habibie. Masalah yang dihadapi Prof.
Habibie adalah masalah keabsaannya sebagai kepala pemerintahan karena dianggap
sebagai kepanjangan tangan dari Soeharto.
Tugas Prof. Habibie hanya sebagai orang yang mempersiapkan Pemilihan
Umum untuk mendapatkan seorang presiden yang dipilih rakyat.
Pada tanggal 28 Oktober
1999 dilakukan pemilihan umum, melalui proses yang unik maka terpilihlah KH. Abdurrahman wahid sebagai presiden secara demokratis oleh anggota-anggota MPR.
Pemerintahan
KH. Abdurrahman wahid ditandai dengan Instabilitas yang tinggi. Sebagian disebabkan oleh gaya
kepemimpinannya yang sering meremehkan persoalan-persoalan yang dihadapinya
serta sikapnya yang keras kepala dan kurang peduli terhadap penggalangan
kerjasama yang baik dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada dan sebagian
disebabkan oleh sikapnya yang terlalu berani melakukan restrukturisasi militer
dan menghidupkan kembali marxisme dan sebagian oleh goncangan-goncangan lawan
politiknya. Sehingga pemerintahan KH. Abdurrahman wahid ditandai dengan badai politik
yag terus menerus memanas sehingga orang kelelahan, apa lagi keadaan ekonomi
yang buruk.
Pada tanggal 23
Juli 2001 KH. Abdurrahman Wahid
diberhentikan jadi presiden melalui sidang istimewa MPR. Megawati Soekarno Putri segera dilantik sebagai presiden. Walaupun pada pemilihan umum tahun
1999, PDI-P adalah pemenang
Pemilu, namun kelemahan PDI-P pada
waktu itu adalah lamban dalam membentuk koalisi dengan partai-partai lain. Kelambanan dalam membentuk koalisi ini
menyebabkan kursi kepresidenan lolos dari tangan partai PDI-P pada tahun 1999.
Umumnya setiap
pergantian presiden terjadi gejolak politik sekaligus gejolak ekonomi atau
sebaliknya gejolak politik diawali dengan gejolak ekonomi sehingga antara
politik dan ekonomi tak obahnya seperti dua sisi mata uang dimana yang satu tak
dapat dipisahkan dengan yang lainnya. Konsekuensi lain dari setiap pergantian
pimpinan adalah terjadinya perubahan aturan-aturan atau regulasi sesuai
zamannya dan ini salah satu ciri negara berkembang atau menuju kematangan demokrasi.
Berhubung sulitnya data
pada zaman Orde Lama, makalah ini
dibatasi kajian tentang hubungan antara gejolak politik regulasi dengan gejolak
ekonomi berdasarkan data tahun 1995 -2001.
B. Batasan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka batasan masalah yang dibahas adalah :
1. Bagaimana hubungan gejolak
politik regulasi dengan gejolak ekonomi moneter di Indonesia semenjak tahun 1995-2002.
2. Faktor dominan apa saja dari
politik regulasi dan ekonomi yang perlu diwaspadai untuk masa datang ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk
melihat bubungan antara gejolak politik regulasi dengan gejolak ekonomi
meneter di Indonesia tahun 1995-2002.
2. Mengkaji
faktor dominan apa saja yang perlu diwaspadai dimasa datang berkenaan
dengan politik regulasi dan ekonomi ?
Sedangkan Kegunaan
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah wawasan penulis tentang
politik regulasi dan ekonomi sekaligus sebagai tugas perorangan mata kuliah
Falsafah Sains dibawah asuhan dosen Prof. DR. Rudy C. T tahun 2002 di IPB.
2. Dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dimasa datang terutama
bagi pembaca makalah ini.
II. LANDASAN TEORI, HIPOTESIS DAN METODOLOGI
A. Landasan
Teori
1. Pengertian
tentang Politik dan Regulasi
Menurut
Ibnu Khaldun dan Thomas Hobes dalam buku Abdulwahab-Al-Affendy (1998 : h.
9-10) Politik itu berkaitan dengan
kekuasaan dalam suatu negara. Kekuasaan
timbul karena 3 cara :
1. Kekuasaan karena kuat secara fisik, atau
identik hukum rimba dimana yang kuat akan menguasai yang lemah dalam suatu
wilayah jajahannya.
2. Kekuasaan karena rasional pemikiran, yaitu pertimbangan atas pemikiran seperti
baik atau buruk, sejahtera atau tidak, untung apa rugi dan sebagainya.
3. Kekuasaan karena adanya upaya untuk
mendapatkan harapan hidup yang baik di dunia dan akhirat.
Jadi titik puncak dari pengertian kekuasaan menurut Ibnu Khaldun dan
Thomas Hobes adalah kebenaran. Pengertian politik yang hakiki adalah setiap
upaya untuk mencapai kekuasaan
hendaknya digunakan dalam menegakkan kebenaran.
Menurut buku Abdul Muis
(2000 : h. 6) Politik adalah segala
upaya yang dilakukan dengan cerdas, pintar, licik dengan tujuan untuk menguasai masyarakat dan negara.
Upaya politik akan
menghasilkan kekuasaan, pimpinan yang
memegang kekuasaan akan menjalankan segala peraturan yang disebut dengan
Regulasi. Pengertian regulasi secara lengkap adalah :
Menurut Prof. DR. Isang Gonarsyah (2001) PPs-IPB,
regulasi adalah “upaya sadar oleh individu atau kelompok individu untuk
mempengaruhi sikap dari individu atau organisasi lainnya. Sifat regulasi berusaha membatasi prilaku
sesorang atau kelompok.
Menurut
Stigler regulasi adalah tanggapan pemerintah atas permintaan regulasi oleh
kelompok-kelompok orang atau lapisan masyarakat agar kepentingannya terpenuhi
walau terkadang merugikan kelompok lain.
2. Pengertian tentang Ekonomi Moneter.
Ekonomi
moneter adalah ekonomi yang membahas
tentang peredaran uang, nilai tukar, suku bunga, indeks harga saham, kebijakan
harga, tingkat inflasi dan
lain-lain. Dalam makalah ini hanya akan dibahas
beberapa dari indikator moneter diatas sebagai berikut :
a. Pengertian tentang Nilai Tukar Rupiah
terhadap Mata Uang Asing
(Foreign Exchange Rate)
Perdagangan
yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang dilakukan dalam satu
negara, karena mesti memakai dua mata
uang yang berbeda misalnya antara negara Indonesia dan Amerika Serikat,
Pengimpor Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang-barang dari
Indonesia. Sebaliknya Pengimpor
Indonesia harus membeli Dollar Amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap
barang yang dibelinya di Amerika.
Menurut Sadono Sukirno (1976 h. 292) besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk
memperoleh satu unit valuta asing
disebut dengan kurs mata uang asing.
Besarnya
keinginan untuk mendapatkan suatu mata uang dalam kajian makalah ini bukanlah
untuk menyimpannya tapi untuk digunakan bagi membayar pembelian barang-barang
dari luar negeri, maka sifat
permintaannya berkaitan erat dengan sifat permintaan ke atas barang-barang dari
luar negeri tersebut, bila harga-harga
lebih mahal maka permintaannya berkurang atau sebaliknya, bila harga-harga lebih murah maka
permintaannya akan bertambah.
Beberapa
faktor penting yang mempunyai pengaruh atas perubahan kurs pertukaran
menurut Sadono Sukirno (1976 h. 296) adalah :
1. Perubahan
dalam cita rasa masyarakat. Bila
penduduk suatu negara lebih menyukai barang-barang dari negara lain maka nilai
mata uang asing tersebut akan semakin naik.
2. Perubahan harga dari barang-barang
ekspor. Semakin tinggi harga barang
yang akan diekspor, semakin turun nilai
mata uang pengekspor tersebut.
3. Kenaikan harga-harga umum (inflasi).
Semakin tinggi tingkat inflasi negara pengeskpor semkain turun nilai
mata uang negara tersebut.
4. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat
pengembalian investasi. Semakin tinggi
tingkat bunga investasi di negara tersebut
semakin tinggi nilai mata uang negara tersebut.
5. Perkembangan ekonomi. Semakin banyak nilai ekspor suatu negara
semakin kuat nilai mata uang negara tersebut.
b. Pengertian Pasar Modal
Pengertian
pasar modal sering disamakan dengan pasar uang. Pada hal kedua pasar tersebut
memiliki perbedaan yang jelas yaitu
:
Pasar Uang menurut Sirait
(1995: h.365) adalah pasar abstrak yang berkaitan dengan instrumen
keuangan jangka pendek seperti deposito, surat berharga (commercial paper) meliputi
Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
Pengertian pasar modal adalah :
Pasar modal menurut Sirait
(1995: h. 365) adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan
pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas.
Pasar modal menurut Scott dalam Dahlan Sirait (1995:h.365)
adalah pasar untuk dana jangka
panjang dimana saham biasa, saham preferen dan obligasi
diperdagangkan.
Dari pengertian di atas dapat dilihat
perbedaan antara pasar uang dengan pasar modal. Pasar uang berkaitan
dengan dana jangka pendek sedangkan pasar modal berkaitan dengan dana jangka
panjang yaitu 1 tahun ke atas.
Pengertian
pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dalam bentuk obligasi atau
saham. (Drs.Soemasono, 1995 :h.37)
Menurut Sharpe at al (1995:h.9) Cara untuk membedakan pasar sekuritas berhubungan dengan jangka
waktu aset finansial. Pasar uang (money
market) biasanya meliputi aset finansial yang memiliki jangka waktu
satu tahun atau kurang, sedangkan
pasar modal (capital market) meliputi aset finansial yang memiliki jangka
waktu lebih dari satu tahun.
Menurut
pengertian di atas maka surat hutang departemen keuangan diperdagangkan di
pasar uang dan obligasi pemerintah diperdagangkan di pasar modal.
B. Tinjauan Kepustakaan
1. Politik Regulasi dan Ekonomi
Menurut
Rachbini (2000 : h. 22) antara politik regulasi dengan
ekonomi tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Politik erat kaitannya dengan kekuasaan yang dapat menguasai sumber daya
ekonomi. Untuk membangun ekonomi suatu
masyarakat, harus memiliki kekuatan
dalam mempengaruhi kebijakan secara politik ditingkat pembuat kebijakan itu
sendiri.
2. Kriteria
pembelian suatu saham 1
Pembelian suatu saham didasarkan
pada 3 dasar yaitu :
a. Keamanan (safety)
dengan indikator debet
rasio atau rasio
hutang
terhadap nilai aset yang harus dipantau dari waktu ke waktu atau cash flow berjalan baik.
b. Likuiditas saham, meliputi minimum
perdagangan $ 1 juta per hari.
c. Tingkat
return atau dividen,
ditandai dengan nilai alpha adalah positif dengan tingkat resiko rendah.
Selain faktor
di atas Pasar Modal Indonesia ditentukan juga oleh faktor politik dan kondisi
hukum di Indonesia (law enforcement) dan dukungan pemerintah reformasi pada
dunia usaha.
C. Hipotesis
Berdasar latar belakang,
landasan teori dan daftar pustaka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai
berikut :
1. Diduga
setiap pergantian presiden di Indonesia terjadi gejolak politik dan regulasi
sehingga mengakibatkan gejolak ekonomi.
Hal ini ditandai dengan semakin turunnya nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika (kurs riil) dan turunnya indeks harga saham di BEJ.
D.
Metode Penelitian
Motode penelitian yang
dilakukan adalah metode telaah data sekunder dari Bank Indonesia dan Bursa Efek
Jakarta, yaitu data tentang nilai Kurs
Rupiah terhadap Dollar Amerika, data indeks harga saham pertanian enam tahun
terakhir (1995-2001).
a. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan
selama satu bulan yaitu 6 Januari 2002 sampai
1 Februari 2002 di Bank
Indonesia dan di Bursa Efek Jakarta.
b. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di
perpustakaan Bank Indonesia, di Bursa
Efek Jakarta dan di beberapa perpustakaan lainnya.
E. Model Analisis
Model analisis yang digunakan adalah :
1. Kurs riil
= Rp/$ x Pd
/ Pf (Mankiw 2000 :h.192)
Kurs riil = syarat perdagangan
(term of trade)
Rp = rupiah
$ = dollar
Amerika
Pd =
harga dalam negeri (domestik)
Pf = harga di Amerika (foreign)
2. Regresi linier sederhana
(Sharpe, 1995 : h.206) :
ri =
a +
brI +
e
.............................................. (1)
ri =
nilai kurs riil untuk periode tertentu.
r1
= masa gejolak politik
a = notasi titik potong
atau nilai rata-rata prediksi jika r1 = 0
b1 =
slope atau sensitivitas perubahan jika r1 berubah 1 satuan
e = kesalahan prediksi atau
penyebab oleh faktor lainnya
3. Analisis perbandingan kurva periode
pergantian presiden dan nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika (kurs riil) dan indeks harga saham gabungan
pertanian di Bursa Efek Jakarta secara time series.
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Tinjauan Umum
tentang Politik di Indonesia
Menurut UUD 1945
bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR). Presiden dipilih secara demokratis oleh MPR, sementara MPR dipilih oleh rakyat melalui Pemilihan Umum.
Tidak semua presdien
Indonesia dipilih secara demokrasi yang sesungguhnya. Presiden pertama Soekarno dipilih secara darurat, presiden kedua Soeharto dipilih melalui
tragedi G 30 S PKI dan presiden ketiga
yaitu wakil presiden Prof.DR.Habibie diangkat jadi presiden karena menggantikan
Presiden Soeharto.
Presiden pertama yang diangkat melalui pemilihan yang
demokratis oleh anggota MPR adalah KH. Abdurrahman Wahid walaupun melalui
proses yang kompleks dan menarik,
setelah itu adalah Megawati Soekarno Putri sebagai presiden kelima
RI.
Setiap
presiden dari lima presiden diatas memiliki masalah dan tantangan yang
berbeda-beda sesuai dengan situasi zamannya masing-masing, presiden pertama menghadapi masalah yang
sangat susah karena masa peralihan dengan sarana dan prasarana yang sangat
minim terutama sumber daya manusia dengan mutu sangat rendah, presiden kedua menghadapi konflik blok
barat dan blok timur diawal jabatannya sebagai presiden, setelah itu menghadapi masalah Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme yang sangat parah sehingga Indonesia berada pada titik
bangkrut dari segi ekonomi, gejolak
sosial politik dan disintegrasi bangsa
sehingga Indonesia hampir terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil.
Presiden
ketiga Prof.Habibie bermasalah karena kurang mendapat dukungan dari masyarakat
dan partai politik yang ada sebab dianggap sebagai kepanjangan tangan dari
pemerintahan Soeharto, tidak ada kestabilan politik dan ekonomi, lepasnya Timor Timur dari pangkuan Negara
Kesatuan RI.
Presiden
keempat menghadapi masalah karena menjabat pada masa peralihan dari bentuk
pemerintahan militer ke pemerintahan sipil disamping itu sifatnya memang
kontroversial dan sangat berani akhirnya tidak didukung lagi oleh partai
politik di MPR. Pada masa
KH.Abdurrahman Wahid tidak ada
ketenangan di masyarakat sehingga
pertumbuhan ekonomi sulit dicapai.
Presiden
kelima, tantangan yang dihadapi cukup
kompleks terutama menghadapi masalah hutang luar negeri RI yang sangat
besar, disintegrasi bangsa, adanya trauma masa lalu yaitu Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme gaya baru dengan
pelaku yang baru, serangan dari pihak
Islam yang radikal, mereka khawatir
kalau Megawati banyak dipengaruhi oleh penasehat politiknya dari kaum Kristen
dan sebagainya.
B. Tinjauan tentang Moneter Indonesia
Kebijakan
Moneter biasanya dilakukan oleh Bank Indonesia yang merupakan Bank
Sentral, yaitu suatu bank yang diberi
tugas oleh Pemerintah untuk mengatur jumlah uang yang beredar, tingkat suku
bunga Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (kurs),
mengatur dan mengawasi kegiatan badan-badan keuangan yang terdapat dalam
perekonomian.
Secara
garis besar tugas-tugas dari Bank Indonesia yang diberikan oleh pemerintah
adalah :
o
Bertindak sebagai
bank kepada pemerintah (mencetak obligasi)
o
Bertindak sebagai
bank kepada bank-bank umum (lender of last resort)
o
Mengawasi kegiatan
bank umum dan badan-badan keuangan lainnya (kebijaksanaan moneter).
o Mengawasi
keseimbangan kegiatan perdagangan luar negeri (mengatur nilai kurs).
o
Mencetak uang logam
dan uang kertas yang diperlukan untuk melancarkan kegiatan produksi dan
perdagangan (money demand and money supply)
C.
Tinjauan Umum tentang Pasar Modal (BEJ)
Pasar
modal Indonesia sebenarnya dimulai
sejak Pemerintah Hindia Belanda dengan didirikannya Bursa Efek di
Batavia tanggal 14 Desember 1912 yang
diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel. Tujuan pendirian bursa efek waktu itu adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik
Belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia.
Semenjak berdiri pada
tahun 1912 oleh Pemerintah Hindia Belanda yang waktu itu dinamakan Bursa Efek
Batavia sampai sekarang Bursa Efek
Jakarta telah berkembang dengan pesat, jika pada tahun 1977 hanya ada 24
perusahaan yang go publik dengan dana Rp 131,1 miliar, tahun 1991 ada 145 perusahaan go publik
dengan dana yang dihimpun 16,4 triliun, tahun 1993 ada 231 perusahaan go
publik dengan dana dihimpun Rp 106,99
triliun dan pada tahun 1998 ada sekitar 259 perusahaan yang sudah go publik
dengan dana dihimpun sekitar Rp 180 triliun.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pergantian Presiden dan Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika
Nilai
tukar (kurs) terbagi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Untuk melihat perubahan nilai tukar nominal
rupiah terhadap dollar Amerika atau tingkat Volatilitas nilai tukar rupiah
selama enam tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Pada
Gambar 1 dapat dilihat bahwa dari tahun
1995 sampai pertengahan tahun 1997 nila tukar rupiah terhadap dollar Amerika
cukup stabil berkisar Rp 2000 / $ dan Rp 3000 / $. Akhir tahun 1997 terjadi tekanan terhadap mata uang regional
negara-negara ASEAN sehingga berpengaruh pada mata uang rupiah. Soeharto masih
menjabat sebagai Presiden hasil Pemilu tahun 1995.
Krisis moneter mulai
terjadi pada awal tahun 1998 yaitu terjadinya tekanan yang sangat kuat terhadap
nilai tukar rupiah dari Rp 3000 / $ ke
sekitar Rp 10.000,- / $. Bulan Maret 1998 sempat menguat ke level Rp 8.000,- /$
namun eskalasi suhu politik semakin meningkat seperti adanya demonstrasi
besar-besaran anti Orde Baru, anti
Soeharto dan penembakan terhadap para aktivis di Semanggi I, Semanggi II,
penembakan mahasiswa Trisakti dan mahasiswa Atma Jaya sampai pada puncaknya pendudukan gedung MPR dan DPR oleh
mahasiswa dan aktivis reformasi. Pada
tanggal 21 Mei 1998 Soeharto terpaksa mengundurkan diri, nilai tukar rupiah sempat mencapai
level sekitar Rp 15.000 / $.
Setelah Soeharto
mengundurkan diri lalu digantikan oleh Wakil Presiden Prof. Habibie nilai
tukar rupiah kembali normal dari Rp
15.000,- / $ ke tingkat Rp 8.000,- / $.
Namun adanya kesangsian pihak yang anti Orde Baru kepada Prof.Habibie
sebagai kepanjangan tangan Soeharto maka demonstrasi kembali memanas agar
segera diadakan Pemilihan Umum. Eskalasi
politik kembali menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika ke level Rp 8.500 / $.
Pada tanggal 20 Oktober
1999 Prof.Habibie diberhentikan sebagai presiden dan diganti dengan
KH.Abdurrahman wahid (Gus Dur), nilai tukar rupiah menguat ke level Rp 7000,- /
$. Karena
sifat presiden terpilih ini yang kontroversial dan plin-plan, pada pertengahan tahun 2000 suhu politik
kembali memanas dengan kasus Bulog Gate I.
Dalam kasus Bulog Gate I KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dilibatkan
sebagai orang yang ikut mencairkan dana non-budgeter Bulog kepada tukang
pijitnya Suwondo dan kasus Brunei Gate yang bernuansa politis untuk menjatuhkan
Gus Dur. Pada akhir tahun 2000 Nilai
tukar rupiah kembali ke level Rp 11.000,- / $.
Pertengahan tahun 2001 yaitu
menjelang sidang istimewa MPR untuk menjatuhkan Gus Dur eskalasi politik menyebabkan ketidakpastian
dibidang ekonomi dan bisniss sehingga nilai tukar rupiah mencapai Rp 12.000,- /
$. Pada tanggal 23 Juli 2001 KH. Abdurrahman
Wahid diberhentikan sebagai presiden oleh MPR yang diawali dengan adanya Dekrit
Gus Dur yang tidak mendapat dukungan dari Angkatan Bersenjata. Megawati
selaku Wakil Presiden diangkat menjadi Presiden dengan DR.Hamzah Haz sebagai
Wakil Presiden.
Setelah
Megawati diangkat menjadi Presiden dan Hamzah Haz sebagai wakil presiden pada
tanggal 23 Juli tahun 2001 sampai akhir tahun 2001 suhu politik kembali
normal, nilai tukar rupiah stabil pada
kisaran Rp 10.000,- / $. Menurut prediksi analis nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika cenderung stabil bahkan menguat karena optimisme pada
stabilitas keamanan, stabilitas politik, sosial pada pemerintahan Megawati. Namun dipihak lain terjadi goncangan ekonomi
dunia yaitu serangan teroris pada gedung WTC New York sehingga membuat ekonomi
Amerika mengalami krisis dan berdampak terhadap menurunnya ekspor Indonesia ke
negara tersebut.
Untuk
melihat pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika yang sesungguhnya dapat dilihat dari kurs riil, karena kurs riil mencerminkan tekanan
terhadap nilai rupiah sehingga kurs riil menurun. Untuk melihat lebih detil kurs riil rupiah terhadap dollar
Amerika dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gb. 2. Grafik Kurs Riil Rupiah terhadap Dollar Amerika
1996-2001
Grafik
2. Menunjukkan nilai kurs riil rupiah terhadap dollar Amerika. Pada tahun 1995
terlihat bahwa nilai kurs riil masih tinggi yaitu Rp 2000 / $ namun cenderung
turun, terutama pada tahun 1998 saat
Soeharto turun tanggal 21 Mei 1998.
Bedasarkan
kurva kecendrungan (trend) gambar 2.
nilai kurs riil mencapai titik minimum terendah selama 34 tahun terakhir
pada awal tahun 2001, setelah itu nilai
kurs cenderung bergerak naik. Trend ini
berarti ada kecendrungan krisis moneter akan berakhir dengan harapan baru,
kehidupan yang lebih baik. Untuk
melihat hubungan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (kurs riil) dengan
perubahan waktu dapat dibuat regresi
sederhana berdasarkan time series sebagai berikut :
ri = a + brI + e
ri =
nilai kurs riil rupiah terhadap $
r1 =
lamanya waktu gejolak politik (dalam tahun)
b =
sensitifitas politik berdasarkan waktu
a = Constanta
e = faktor lain
yaitu : ri =
0,0004 - 6 x 10-6 r1 + e
Pengertian angka ini
adalah bahwa antara nilai kurs riil rupiah terhadap lamanya gejolak politik
berbanding terbalik atau berbanding negatif, semakin lama gejolak politik
berlangsung, nilai kurs riil rupiah
terhadap dollar Amerika semakin rendah berarti semakin kurang tingkat
kepercayaan masyarakat lokal maupun masyarakat luar negeri terhadap nilai mata
uang rupiah, secara umum semakin buruk ekonomi Indonesia di mata investor.
Turunnya nilai
kurs riil rupiah dalam kaitan dengan daya saing barang Indonesia di luar negeri
adalah baik, menyebabkan barang Indonesia lebih murah dari pada barang sejenis
dari negara lain, namun pada situasi
ekonomi dunia dalam keadaan krisis seperti tahun 2001 ini turunnya kurs riil
berakibat buruk, sebab daya beli
masyarakat Internasional menurun.
B. Pergantian Presiden dan Dampaknya terhadap
Indeks Harga Saham Pertanian di BEJ
(1995 - 2001).
Perekonomian yang maju
ditandai pergerakkan harga saham yang baik, secara garis besar dapat dilihat
dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
salah satu dari indikator indeks harga saham tersebut adalah indeks
harga saham sektor pertanian (IHSP). Jika
indeks harga saham naik mencerminkan kegairahan pelaku bisnis dalam
berinvestasi, sebaliknya jika indeks
harga saham turun menunjukkan turunnya kepercayaan para investor terhadap
prospek investasi di Indonesia sekaligus lesunya kegiatan ekonomi.
Gambar 3. menunjukkan bahwa faktor gejolak politik
berdampak langsung terhadap ekspektasi
para pelaku bisnis dalam pasar bursa.
Tahun 1995 sampai tahu 1997 indeks harga saham sektor pertanian cukup
stabil sekitar 350, namun gejolak moneter di tingkat regional
menyebabkan situasi di pasar modal (BEJ) menjadi panik (panic baying) sehingga
investor banyak yang mencari selamat dengan membeli saham yang stabil yaitu
saham sektor pertanian, IHSP waktu itu sempat
mencapai angka 500 yaitu sutau level yang sangat bagus, kemudian turun ke level 400 saat nilai tukar
rupiah sedikit menguat pada awal tahun
1998. Pada pertengahan tahun 1998 saat
domosntrasi besar-besaran anti Soeharto terjadi, IHSP kembali naik ke
level 500, kemudian turun ke level 450. Pada tanggal 21 Mei 1998 IHSP kembali naik
mencapai level 500.
Setelah Prof.Habibie
naik menjadi Presiden maka Indeks Harga Saham Pertanian merosot tajam dari 500
ke level dibawah 300. Hal ini
disebabkan oleh prediksi para investor
bahwa Prof.Habibie lebih cenderung membangun sektor industri dari pada sektor
pertanian. Pada masa KH. Abdurrahman
wahid IHSP terus cenderung turun sampai pada masa Presiden Megawati IHSP tidak
lagi punya prospek sama sekali terutama karena ekonomi Indonesia secara
keseluruhan sulit bangkit atau kepercayaan investor asing maupun lokal sudah
lemah sekali untuk berbisnis di pasar Bursa Efek Jakarta. Untuk melihat hubungan nilai kurs riil
dengan indeks harga saham pertanian di BEJ dapat dilihat pada gambar 4 berikut
ini.
Dari
Gb. 4 dapat dilihat bahwa semakin kuat nilai tukar rupiah terhadap Dollar
Amerika (kurs riil), semakin naik
Indeks Harga Saham Pertanian, berarti juga semakin bergairah transaksi di Pasar
Modal (BEJ), sebaliknya semakin turun nilai tukar rupiah semakin kurang
bergairah pasar modal. Dapat dirumuskan
sebagi berikut :
ri = 6,7 x 10-5 + 5
x 10-7 r1 + e
ri = nilai kurs riil rupiah terhadap $
r1 =
Harga Saham Pertanian (rupiah per lembar)
b =
sensitifitas Harga saham pertanian
a = Constanta
e = faktor lain
Berarti untuk menaikkan
nilai kurs riil rupiah terhadap dollar Amerika salah satu caranya adalah
membuat iklim investasi di BEJ semakin baik dan bergairah atau manaikkan Indeks
Harga Saham Pertanian.
C. Faktor Dominan yang Perlu Diwaspadai Dimasa
Datang Berkenaan dengan Politik
Regulasi dan Ekonomi.
Setelah melihat masalah
ekonomi sangat dipengaruhi oleh faktor politik dan regulasi, maka berikut ini
hal-hal yang perlu diwaspadai dimasa datang sebab dapat berpengaruh terhadap
gejolak politik regulasi dan gejolak ekonomi yaitu ;
1. Keadaan ekonomi tidak
membaik, harga-harga terus naik akan
berakibat gejolak sosial, akhirnya berakibat kestabilan politik jadi
terganggu. Krisis ekonomi bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor nasional tapi juga dipengaruhi oleh krisis ekonomi global. Apalagi
tim ekonomi Presiden Megawati disebut sebagai tim yang kurang sensitif terhadap
golongan miskin.
2. Pemberlakuan UU Otonomi Daerah, akan menimbulkan gejolak tersendiri di
beberapa daerah dan perebutan aset negara yang selama ini dikuasai pemerintah
pusat, sekarang direbut oleh pemerintah daerah seperti kasus PT. Semen
Padang, kasus ekspor pasir timah oleh
masyarakat di pulau Buton dan Bangka Belitung
yang menyebabkan PT.Timah Tbk terancam bangkrut. Perebutan aset-aset ini bukan hanya
terbatas pada masalah ekonomi tapi juga masalah politik serta berpengaruh pada
stabilitas investasi pada perusahaan yang bersangkutan.
3. Masalah krusial yang harus diwaspadai
adalah menyangkut penegakkan hukum (law enforcement) terutama pada kasus KKN
Mantan Presiden Soeharto dan keluarganya sampai kepada para pembantunya di
kalangan militer dan Golkar.
Penegakkan hukum sangat sulit dilakukan karena lemahnya aparat penegak
hukum seperti Kejaksaan maupun kehakiman,
banyak keputusan pengadilan yang terkesan “aneh”.
4. Prilaku aparat negara seperti anggota
legislatif tingkat pusat maupun daerah yang lebih memperhatikan fasilitas
dirinya daripada memperhatikan kepentingan rakyat yang diwakilinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari
bahasan materi bab-bab terdahulu berikut ini dapat dibuat sautu kesimpulan sebagai berikut :
1. Gejolak politik
dan regulasi berdampak langsung terhadap gejolak ekonomi, semakin lama gejolak
politik dan regulasi terjadi, semakin
lemah kurs riil rupiah terhadap dollar Amerika dan semakin lemah ekonomi
Indonesia sehingga semakin banyak masyarakat yang miskin.
2. Gejolak politik dan regulasi dalam jangka
pendek di Indonesia berdampak poisitf
terhadap indeks harga saham pertanian karena banyaknya investor yang
mencari jalan selamat dengan membeli saham-saham yang stabil yaitu di
sektor pertanian. Namun dalam jangka panjang karena sektor
yang lain mengalami penurunan maka gejolak politik dan regulasi berdampak
sangat buruk terhadap saham sektor pertanian di pasar Bursa.
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan dalam makalah ini
adalah :
1. Dimasa datang
kepada pemerintah dan masyarakat disarankan untuk dapat menjaga gejolak politik dan regulasi agar
ekonomi dapat tumbuh dengan baik dan
stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Affendy A Wahab,
Masyarakat tanpa Negara, LKIS UGM Jogyakarta, 2000
Bacelius
Ruru, Makalah Seminar Pemuda Panca
Marga, Jakarta 1997.
Budiman Arief . Dr,
Kehidupan Politik Indonesia 2002 sebuah ekstrapolasi, Makalah seminart, Jakarta 2001.
----------, Laporan
Bulanan Bank Indonesia dari tahun 1995 - 2001, Percetakan Bank Indonesia,
Jakarta.
----------, Laporan
Tri Wulan Bank Indonesia Vol 1, No.2 April- Juni 2001, Percetakan BI, Jakarta 2001.
Copeland Weston,
Financial Management, Ed.8.
University of California, Los Angeles,
1992.
Goldfeld M.
Stephen & Lester V. Chandler, Ekonomi Uang dan Bank, Ed.9, Bina Aksara, Jakarta 1989.
Husnan
Suad, DR, MBA, Dasar-dasar
Portofolio dan Analisis Sekuritas. Ed.2. AMP YKPN.
Yogyakarta. (1996).
-----------, Risiko
dalam Keputusan Investasi, BPFE
Yogyakarta, 1984.
Jogiyanto, DR,
HM, MBA, Teori Portofolio dan Analisis
Investasi, BPFE, Yogyakarta,
1996.
Kuncoro
Mudrajat, Manajemen Keuangan
Internasional, BPFE Yogyakarta
Krugman Paul R
& Maurice Obstfeld, Ekonomi
Internasional teori dan Kebijakan ed. 2 terjemahan Faisal H.Basri, PAU-FE UI
& HarperCollins Publisher, 1997.
Mankiw Gregory.
N, alih bahasa Iman Nurmawan, SE, Teori
Makroekonomi ed. 4. Erlangga
Jakarta, 2000.
Muis Abdul, Titian Menuju Demokrasi, Gramedia,
Jakarta, 2000
Sharpe F William at
all, (terjemahan) Investasi, PT. Perhalindo, Jakarta, 1995.
Shapiro C. Alan,
Multinational Financial
Management, Ed. 5th, Prentice Hall, Upper Sadle River, New Jersey,
United State s of Amarica, 1996.
Sirait Dahlan,
Manajemen Keuangan,
Intermedia Jakarta, 1995
Soemarsono Drs, S.R,
Kamus Keuangan, Rineka
Cipta, Jakarta, 1995
Sukirno
Sadono, Ilmu Ekonomi Makro, Gramedia Jakarta, 1980.
Sunariyah SE,
Msi, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal,
UPP. AMP YKPN, Yogyakarta, 1997
Stevens B. Joe, The
Economics of Collective Choice, Westview Press, USA, 1993
Usman Marzuki, Manajemen Lembaga Keuangan, Intermedia Jakarta,
1995