© 2001 Sri Pujiyati
Posted 3 December 2001
Makalah Falsafah Sains (PPS 702)
Program
Pasca Sarjana/S3
Institut Pertanian Bogor
November 2001
Dosen :
Prof.
Dr. Rudy C. Tarumingkeng (Dosen Penanggung Jawab)
PEMBANGUNAN PERIKANAN
LAUT DI INDONESIA
Oleh :
Sri Pujiyati
Prog.Studi/Nrp : Teknologi Kelautan / C526010011
Wilayah
kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di cakrawala katulistiwa
dari 94 o sampai 141o
Bujur Timur dan 6 o Lintang
Utara sampai 11 o Lintang
Selatan, dan merupakan negara kepulauan.
Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar
dan kecil dan memiliki garis pantai 81.00 km terpanjang ke dua di dunia, serta
luas laut 5,8 juta km2 (G. Jusuf,
1999).
Wilayah laut Indonesia mencakup 12
mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki wilayah
yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil
dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai. Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang
hukum laut Internasional 1982, wilayah laut yang dapat dimanfaatkan
diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari 3,1 juta km2
perairan laut teritorial
Indonesia dan sisanya sekitar 2,7 juta km2 perairan ZEE.
Wilayah Indonesia juga memiliki
keanekaragaman hayati, hal ini dimungkinkan karena Indonesia terletak diatara
dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, juga diantara dua
benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia.
Wilayah laut menjadi sangat penting dengan
dicantumkannya pada GBHN tahun 1993, dan didirikannya Departemen Kelautan dan
Perikanan. Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 juga mencantumkan
kelautan sebagai bagian dari otonomi daerah.
Beberapa alasan
pembangunan kelautan antara lain:
¨
Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar
baik ditinjau dari kuantitas maupun keragamannya, Sumberdaya laut tersebut bila
ditinjau dari kuantitas sangat besar seperti yang diuraikan di sub bab potensi
sumberdaya laut di bagian bawah ini, adapun keragaman sumberdaya laut untuk
jenis ikan diketahui terdapat 8.500 jenis ikan pada kolom perairan yang sama,
1.800 jenis rumput laut dan 20.000
jenis moluska,
¨
Sumberdaya
laut merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan, artinya bahwa ikan
ataupun sumberdaya laut lainnya dapat dimanfaatkan, namun harus memperhatikan kelestariaannya,
sehingga nantinya masih terus dapat diusahakan
¨
Pusat Pertumbuhan ekonomi, dengan akan berlakunya
liberalisasi perdagangan di abad 21 ini, akan terbuka peluang untuk bersaing
memasarkan produk-produk kelautan dalam perdagangan internasional.
¨
Sumber protein hewani, sumberdaya ikan
mengandung protein yang tinggi khususnya untuk asam amino tak jenuh, atau
dikenal juga dengan kandungan OMEGA-3 yang sangat bermanfaat bagi tubuh
manusia.
¨
Penghasil devisa negara, udang dan beberapa
jenis ikan ekonomis penting seperti tuna, cakalang ataupun lobster, saat ini
merupakan komoditi eksport yang menghasilkan devisa negara diluar sektor
kehutanan maupun pertambangan.
¨
Memperluas lapangan kerja, dengan semakin
sempitnya lahan pertanian di areal daratan, dan semakin tingginya persaingan
tenaga kerja di bidang industri, maka salah satu alternatif dalam penyediaan lapangan
kerja adalah di sektor perikanan.
Apalagi dengan adanya otonomi daerah maka daerah-daerah yang memiliki
potensi di bidang perikanan yang cukup besar akan berlomba untuk mengembangkan
potensi perikanan laut yang ada, sehingga akan membuka peluang yang sangat
besar bagi penyediaan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa
Indonesia sekarang ini.
¨
Industri perikanan berhubungan luas dengan
industri-industri lainnya, industri perikanan berhubungan erat dengan industri
lainnya misalnya dalam pengadaan kapal, pengadaan bahan bakar minyak (BBM),
juga pengadaan sarana dan prasarana lainnya.
2. POTENSI
PERIKANAN LAUT DI INDONESIA
Potensi perikanan laut sesungguhnya
merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun asset ini belum dimanfaatkan secara
maksimal. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut, dan
industri bioteknologi kelautan. Potensi perikanan laut
menurut Rokhmin, D (2001) sebagai berikut :
·
Potensi
Perikanan Tangkap
Potensi perikanan tangkap
diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun dengan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan sebesar 5.007 juta ton atau 80% dari MSY (Maximum Sustainable Yield).
Hingga saat ini jumlah tangkapan mencapai 3,5 juta ton sehingga tersisa
peluang sebesar 1,5 ton/tahun. Seluruh
potensi perikanan tangkap tersebut diperkirakan memiliki nilai ekonomi sebesar
US$15.1 milyar.
·
Potensi
Budidaya Laut
Potensi budidaya laut
terdiri dari total potensi budidaya ikan, udang, moluska dan budidaya rumput
laut. Potensi budidaya laut
diperkirakan sebesar 46,73 juta ton per tahun.
·
Potensi
bioteknologi Kelautan
Potensi bioteknologi
kelautan juga masih besar untuk mengembangkan industri bioteknologi kelautan
seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih
ikan dan udang, industri bahan pangan.
Nilai ekonomi dari potensi bioteknologi kelautan tersebut diperkirakan
mencapai US$ 40 milyar.
Perkiraan umum nilai ekonomi
dari potensi Sumberdaya Perikanan laut sebagai berikut:
Komoditi |
Potensi Lestari |
% |
Harga (US$/ton) |
Perkiraan Nilai (US$) |
Perikanan laut
|
|
|
|
|
Tuna/cakalang |
780.040 |
9,91 |
8.000 |
6.240.320.000 |
Udang |
59.272 |
0,75 |
14.125 |
837.217.000 |
Demersal |
1.429.080 |
18,15 |
4.500 |
6.430.860.000 |
Pelagis
kecil |
2.602.800 |
33,06 |
600 |
1.561.680.000 |
Lainnya |
77.632 |
0,99 |
450 |
34.934.400 |
Jumlah
|
4.948.824 |
62,86 |
3.052 |
15.105.011.400 |
Budidaya laut
|
|
|
|
|
Rumput laut |
482.400 |
6,13 |
450 |
217.080.000 |
Ikan dan kerang-kerangan |
46.000 |
0,58 |
5.000 |
230.000.000 |
Mutiara |
3 |
0,00 |
40.000.000 |
120.000.000 |
Jumlah
|
528.403 |
6,71 |
1.073 |
567.080.000 |
Bioteknologi Kelautan
|
- |
- |
- |
40.000.000.000 |
Total keseluruhan
|
- |
- |
- |
55.672.091.400 |
Sumber: Rokhmin
D. (2001)
Ditambahkan oleh J, Kusrin (1997), bahwa di
sepanjang pantai kepulauan Nusantara terdapat hutan mangrove yang luas dan di perairan
pesisirnya terdapat bentangan wilayah terumbu karang sepanjang 17.500 km, serta
rawa nipa dan rawa pasang surut disekitar muara delta sungai. Kesemuanya merupakan lingkungan bagi biota
laut dengan standing crop populasi
ikan yang tinggi serta tempat habitat fauna, yang berkembang kejurusan laut dan
darat, yang merupakan sumber bahan pangan, minuman, bahan bangunan, energi dan
lain-lain.
3. MASALAH DALAM PEMBANGUNAN PERIKANAN LAUT
Lambatnya
pembangunan di bidang perikanan laut ini disebabkan banyaknya kendala, dimana
Menurut A. Nontji (1997), dalam upaya pengembangan perikanan laut ditemui
berbagai kendala antara lain :
a.
Kondisi
geografis
Perairan Indonesia yang luas
dan terletak pada posisi silang antara dua samudera, yaitu samudera Hindia dan
Samudera Pasifik, dan antara dua benua yaitu Benua Australia dan Asia merupakan
wilayah yang rawan dalam segi HANKAMNAS dan berpotensi menimbulkan benturan
kepentingan.
Kondisi geografi dengan
banyak pulau bertebaran diseluruh perairan Indonesia membutuhkan sarana
perhubungan laut. Perhubungan laut ini diperlukan untuk mendukung perkembangan
ekonomi, sehingga memegang peranan yang sangat penting yang hingga kini
dirasakan masih merupakan kendala tersendiri.
b.
Sarana
dan Prasarana
Keterbatasan sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk menunjang pembangunan merupakan salah satu
faktor rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi (khususnya untuk daerah Indonesia
bagian Timur). Pengembangan infrastruktur
secara lengkap akan memacu perkembangan pembangunan kelautan yang merupakan
salah satu pintu keberhasilanan pembangunan.
Keterbatasan peralatan dan sarana fisik kelautan mengurangi keefektifan
kegiatan eksplorasi dan penelitian kelautan.
c.
Aktualisasi pemanfaatan tidak merata dan tidak
seimbang
Kegiatan penangkapan ikan di laut sebagian besar masih berkisar di
perairan pantai yang padat penduduknya.
Dengan
demikian pemanfaatan sumberdaya perikanan laut belum merata untuk wilayah
Indonesia. Khusus untuik perairan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) masih sangat sedikit diusahakan, sehingga memancing
timbulnya pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di wilayah Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia.
d.
Komitmen Pemerintah
Komitmen dan kelancaran
dukungan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, terhadap
suatu pembangunan merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan.
e.
Kualitas
Sumberdaya Manusia
Rendahnya tingkat
kesejahteraan masyarakat laut diakibatkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya
manusia (SDM). Dampak yang ditimbulkan
terungkap pada akses masyarakat terhadap sumberdaya laut dan penguasaan
teknologi kelautan yang masih rendah.
f.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Peran IPTEK dalam usaha
memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan secara efisien dan berkelanjutan
sangat jauh tertinggal. Dengan luasnya
wilayah laut Indonesia serta keberadaan sumberdaya alam, baik di laut, di dasar
laut mengharuskan kita memanfaatkan keunggulan IPTEK. Sistem pemantau maupun pemetaan sumberdaya alam di laut tidak
dapat lagi menggunakan teknologi konvensional.
4. PEMBANGUNAN PERIKANAN LAUT DI INDONESIA
Keberadaan Perairan
Indonesia yang luas dan terletak pada posisi silang di antara dua samudera dan
dua benua, mengharuskan Indonesia untuk berperan aktif dalam forum-forum regional
sehingga terjalin kerjasama dan kesatuan di antara negara-negara tetangga.
Kerjasama luar negeri baik itu bilateral, regional maupun internasional perlu
ditingkatkan untuk mengatur pemanfaatan
sumberdaya ikan, penelitian maupun pengelolaan laut, termasuk dalam pengaturan
batas ZEE.
Selain itu Pendayagunaan dan pemanfaatan fungsi wilayah laut
nasional dengan menerapkan konvensi hukum laut internasional meliputi penetapan
batas wilayah perairan indonesia maupun ZEE serta mengembangkan potensi nasional
merupakan kekuatan pertahanan keamanan di bidang maritim untuk menjamin
keselamatan dan pembangunan di laut.
Peran serta Departemen
Perhubungan khususnya perhubungan laut dalam pengadaan sarana-sarana
perhubungan laut akan memberi solusi bagi terbukanya wilayah yang terisolasi
sehingga memungkinkan pembangunan wilayah di pulau-pulau maupun wilayah yang
terpencil sekalipun.
Pembangunan sarana dan prasarana di bidang perikanan sangat
dibutuhkan, misalnya pelabuhan perikanan atau tempat pendaratan ikan. Pelabuhan perikanan dan juga tempat
pendaratan ikan merupakan pusat pengembangan masyarakat nelayan dan pertumbuhan
ekonomi perikanan, pengembangan agribisnis dan agroindustri perikanan. Pusat pelayanan tambat labuh kapal
perikanan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan dan hasil budidayaan, tempat
pelayanan kegiatan operasi kapal-kapal perikanan, pusat pemasaran dan
distribusi perikanan, tempat pengembangan usaha industi perikanan dan pelayan
eksport, tempat pelaksanaan pengawasan, penyuluhan dan pengumpulan data. Mengingat fungsi pelabuhan perikanan sangat
luas dan memiliki kekhususan, maka keberadaan pelabuhan perikanan harus
merupakan wilayah kerja tersendiri dan tidak dapat disatukan dengan pelabuhan
umum (Muchtar A, 1999). Pembangunan infrastuktur secara lengkap akan
memacu perkembangan pembangunan kelautan.
Khususnya untuk Daerah Indonesia bagian Timur dimana terdapat potensi
perikanan laut yang besar namun pemanfaatannya masih sangat rendah sangat
membutuhkan pembangunan fisik pelabuhan perikanan maupun tempat pendaratan ikan
berikut fasilitas yang diperlukan..
Kegiatan penangkapan ikan di
laut sebagian besar masih berkisar di perairan pantai yang padat penduduknya
seperti perairan Utara Jawa, Selat Bali, dan selat Makasar. Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya
perikanan laut selanjutnya dihadapkan kepada tantangan untuk dapat memanfaatkan
sumberdaya yang optimal dan merata serta sekaligus dapat mengurangi
tekanan/intensitas pemanfaatan secara berlebihan di daerah-daerah yang kritis. Selain itu juga perlu meningkatkan
pengoperasian di wilayah ZEE secara bertahap.
Untuk itu perlu pengaturan zona.
Dimana zona atau daerah-daerah yang sudah mengalami tekanan yang tinggi penangkapan harus
mengurangi armada perikanannya sedang untuk daerah-daerah yang masih memiliki
potensi yang besar namun memiliki sedikit armada kapal, harus mulai dilakukan
penambahan armada. Selain itu perlu
dibangun armada-armada kapal perikanan yang besar yang sanggup beroperasi di daerah
ZEE. Hal ini perlu agar potensi perikanan laut di daerah ZEE
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Selain itu kebijakan eksport kapal-kapal bekas dapat dilanjutkan tetapi hal ini tanpa mematikan pengadaan kapal-kapal dalam negeri. Selain itu perlunya dorongan bagi
pembangunan industri kapal perikanan dalam negeri dan meningkatkan kemampuan
rancang bangun serta perekayasaan kapal dan alat penangkapan ikan.
Komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan perikanan laut,
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan di Sektor perikanan
laut. Melihat rumitnya struktur
kelembagaan yang ikut ambil bagian dalam menangani persoalan-persoalan
perikanan laut membuat semakin banyaknya masalah-masalah yang timbul, untuk itu
perlu penataan kembali lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang perikanan laut
sehingga wewenang dan fungsinya jelas dan optimal. Perlunya sikap rendah hati dari setiap pimpinan lembaga untuk
melepaskan capurtangannya dan menyerahkan kepada lembaga yang terkait.
Pembuatan perundang-undangan
yang tepat serta pengawasan yang ketat akan menghasilkan pengelolaan sumberdaya
laut yang efektif dan efisien tanpa merusak sumberdaya laut yang ada. Oleh karena itu sebelum pemerintah membuat
perundang-undangan hendaknya diperlukan informasi dan data, serta kajian yang
lengkap dan matang sehingga perundang-undangan yang berlaku menjadi sangat
efektif untuk dilaksanakan. Kegiatan
pengawasan menurut Muchtar A, (1999)
mutlak diperlukan dengan konsep monitoring,
controlling dan survaillance (MCS). Pengawasan perlu dilakukan juga terhadap
pemanfaatan sumberdaya ikan di ZEE oleh kapal-kapal ikan asing yang mendapat
ijin untuk beroperasi di Perairan ZEEI, sehingga pencurian ikan oleh kapal
asing dapat ditekan sedemikian rupa sehingga sumberdaya ikan tidak mengalami
kerusakan.
Pendidikan dan pelatihan bagi sumberdaya manusia terus
diupayakan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia baik dari
segi pola pikir maupun dalam ketrampilan, sehingga nantinya dapat memiliki
wawasan ke depan serta dapat menguasi teknologi dan mempunyai inovasi
menghadapi tantangan-tantangan jaman.
Menurut Muchtar, A (1999) untuk dapat meningkatkan kemampuan
memanfaatkan sumberdaya perikanan laut, khususnya di perairan ZEE, diperlukan
nelayan yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan teknis pengoperasian kapal
besar..
Dalam pembangunan Perikanan laut, penguasaan teknologi perlu
ditingkatkan. Teknologi yang perlu
ditingkatkan dalam pembangunan perikanan laut (Rohmin D, 1997) antara lain:
·
Pengembangan
kemampuan armada penangkapan ikan nasional, dari yang bersifat hunting menjadi lebih bersifat harvesting. Ini memerlukan penguasaan dan penerapan IPTEK baru, antara lain
sensor system, remote sensing dan GIS, permodelan dan simulasi komputer, artificial inteligence dan decision support system, teknologi
penangkapan dan kapal penangkapan ikan yang modern dan effisien untuk
eksploitasi Sumberdaya ikan di ZEE.
·
Pengembangan
teknologi budidaya laut (mariculture),
termasuk sea ranching, untuk
sumberdaya ikan yang sudah dibudidayakan maupun yang belum (baru).
·
Penerapan
bioteknologi untuk budidaya laut, termasuk teknik ekstrasi bioactive
subtances atau marine natural products untuk industri pangan,
obat-obatan dan kosmetika.
·
Pengembangan
teknologi pengelolaan (konservasi) sumberdaya perikanan dan lingkungan laut
serta rehabilitasi habitat ikan yang telah rusak, sehingga kelestarian produksi
sumberdaya ikan dapat dipelihara.
·
Pengembangan
ilmu dan teknologi kelautan, khususnya dalam bidang fisika oseanografi.
Selain penguasaan teknologi seperti yang telah dikemukakan di
atas, diperlukan juga teknologi pasca
panen untuk mendapatkan produk yang berkualitas yang dapat oleh pasar
internasional maupun lokal. Indonesia
juga harus mengembangkan rekayasa kelautan dimana Indonesia dipacu untuk dapat
menghasilkan peralatan yang dibutuhkan dalam bidang perikanan tanpa harus terus
menerus mengadalakan peralatan buatan luar negeri. Pengembangan ini dapat dilakukan secara bersama-sama antara
instansi pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta yang bergerak dalam bidang
IPTEK kelautan secara menyeluruh.
Selain teknologi yang terus ditingkatkan juga perlu diimbangi
dengan sistem informasi dan data yang akurat bagi kepentingan nelayan
maupun instansi terkait untuk
pengambilan kebijakan. Misalnya
informasi mengenai daerah penangkapan ikan, potensi sumberdaya ikan di suatu
perairan tertentu sehingga informasi-informasi ini dapat mengarahkan nelayan
melakukan penangkapan.
Dalam pembangunan perikanan
laut juga perlu pengembangan pola kemitraan.
Pola kemitraan harus ditingkatkan
untuk mendorong keterpaduan kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan antara
pengusaha skala kecil (nelayan) dengan pengusaha skala besar dan BUMN. Juga perlunya kemudahan investasi,
keringanan bunga oleh bank-bank pemerintahan dan keringanan perpajakan.
Bila digambarkan, faktor-faktor yang mendukung keberhasilan
pembangunan perikanan laut adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
perikanan laut
Pembangunan sektor kelautan
di Indonesia merupakan hal yang sangat penting sebagai usaha untuk menumbuhkan
perekonomian indonesia yang dewasa ini sedang mengalami kelesuhan akibat krisis
ekonomi sejak tahun 1997, serta untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat Indonesia.
Pembangunan Perikanan laut
meliputi pembangunan sumberdaya manusia, teknologi, sarana dan prasarana
perikanan laut, pengaturan kelembagaan,
perundang-undangan, kemitraan dan perlunya pengawasan dalam segala bidang yang
berhubungan dengan sumberdaya laut sehingga nantinya akan memberikan solusi
bagi masalah-masalah yang ada..
6. DAFTAR PUSTAKA
J. Kusrin. 1997.
Matra Laut Sebagai Sektor Andalan Abad 21: Perspektif Hankam. Proseding Workshop Program Pelita VII
PUSLITBANG Oseanologi LIPI dalam Rangka Menyongsong Penelitian Kelautan Abad
21, Jakarta 2-4 April 1997. Jakarta.
Muchtar A. 1999. Kebijakaan Pengembangan Perikanan Laut di Indonesia
dalam Prosiding Seminar Tentang Oseanologi dan Ilmu Lingkungan Laut. Puslitbang Oseanografi LIPI. Jakarta. Hal : 1-7
Rokhmin D. 1997. Pandangan Universitas Terhadap Misi
PUSLITBANG Oseanologi LIPI ditinjau Dari Segi Pendidikan Kelautan Untuk Abad
21. Proseding
Workshop Program Pelita VII PUSLITBANG Oseanologi LIPI dalam Rangka Menyongsong
Penelitian Kelautan Abad 21, Jakarta 2-4 April 1997. Jakarta.
Rokhmin D. 2001. Menggali Potensi Kelautan dan Perikanan
Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Menuju Bangsa Indonesia yang Maju, Makmur dan
Berkeadilan. Makalah Pada Acara Temu
Akrab CIVA-FPIK, tanggal 25 Agustus 2001. Bogor.