© 2001  Sri Handayani                                                                          Posted:   12 Dec. 2001   [rudyct]  

Makalah Falsafah Sains (PPs 702)   

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

December 2001

 

Dosen:

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

 

 

 

 

PERAN HORMON 3,5,3'- TRIODOTIRONIN (T3) DALAM PAKAN TERHADAP PENINGKATAN 

LAJU PERTUMBUHAN  DAN EFISIENSI PAKAN IKAN GURAME  (Osphronemus gouramy Lac.)

 

 

 

 

Oleh:

SRI HANDAYANI

C.016010021

E-mail :  sri_hdy@yahoo.com

 

 

 

I.  PENDAHULUAN

 

1.1.  Latar Belakang

Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang disukai oleh masyarakat Indonesia. Namun produksi dari usaha budidaya saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar, karena produksi ikan gurame masih rendah.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam budidaya ikan gurame adalah pertumbuhannya  relatif lambat dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Salah satu faktor internal yang mengontrol proses   pertumbuhan dan metabolisme pada ikan adalah faktor hormonal, yaitu  3,5,3'- triyodotironin (T3) (Matty, 1985).

           Hormon T3 berperan pada proses metabolisme, melalui interaksi hormon dengan reseptor pada inti sel yang mengakibatkan terjadinya pengaktifan gen khusus (DNA) yang memacu transkripsi messenger RNA (mRNA).  Meningkatnya mRNA dapat mengakibatkan peningkatan sintesis protein, termasuk enzim-enzim pencernaan yang dibutuhkan sebagai katalisator pada proses metabolisme (Djojosoebagio, 1990 ).

Peran hormon T3 terhadap laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh dosis hormon, dimana hormon T3 ini mempunyai sifat biphasic yaitu pada dosis rendah bersifat anabolik sedangkan pada dosis tinggi bersifat katabolik. Selain itu peran hormon T3 juga sangat dipengaruhi oleh ukuran/ umur ikan, keadaan nutrisi pakan dan keadaan fisiologis ikan (Lam, 1995).  Hal ini dijelaskan dalam penelitian Matty et al., (1982) terhadap pemberian hormon tiroksin (T4 dan T3) pada ikan tilapia dengan ukuran yang berbeda yaitu 5,4 g; 11,8 g; 41,8 g; dan 230 g.  Pada penelitian tersebut, hormon T3 ini hanya dapat meningkatkan sintesis protein dan RNA sampai ukuran ikan 41,8 g saja; sedangkan pada ukuran 230 g pengaruhnya sudah tidak terlihat lagi.

           Untuk mendapatkan informasi yang lebih luas mengenai hal ini maka dipandang perlu mengkaji peran hormon T3 terhadap laju pertumbuhan ikan gurame pada berbagai dosis pemberian hormon dan ukuran ikan yang berbeda.

 

1.2.          Perumusan dan Pendekatan Masalah

           Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika ada materi untuk membangun suatu struktur atau organ dan energi untuk proses pembangunannya.  Protein, karbohidrat, dan lemak diperlukan oleh tubuh ikan sebagai materi dan energi untuk pertumbuhan dan diperoleh dari pakan yang dikonsumsi.  Selanjutnya agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pakan yang dikonsumsi ikan akan mengalami proses metabolisme.  Salah satu faktor internal yang mengatur proses metabolisme pada ikan adalah faktor hormonal, diantaranya adalah hormon T3 (3,5,3’-triyodotironin).

           Peran hormon T3 pada proses metabolisme terjadi melalui interaksi hormon dengan reseptor pada inti sel yang mengakibatkan terjadinya pengaktifan gen khusus (DNA) yang memacu transkripsi messenger RNA (mRNA).  Meningkatnya mRNA dapat mengakibatkan meningkatnya sintesis protein, termasuk enzim-enzim pencernaan yang dibutuhkan sebagai katalisator pada proses metabolisme (Turner dan Bagnara, 1976; Djojosoebagio, 1990).

           Sehubungan dengan hal diatas, untuk mengetahui peran hormon T3 terhadap laju pertumbuhan ikan gurame perlu dikaji hal-hal sebagai berikut :

-         Respon pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan gurame terhadap berbagai dosis hormon yang diberikan pada berbagai ukuran ikan

-         Pengaruh hormon T3 terhadap retensi protein dan retensi lemak.

-         Pengamatan aktivitas enzim-enzim pencernaan, meliputi protease dan lipase.

 

 

1.3.  Tujuan Penelitian

           Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis optimum T3 terhadap pertumbuhan ikan gurame pada berbagai ukuran ikan.

 

II.  METODOLOGI

2.1.  Ikan uji

           Ikan gurame yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari petani ikan lokal.  Ikan gurame yang digunakan terdiri dari tiga ukuran ikan, yaitu kelompok I dengan bobot individu 0,39-0,42 g, kelompok II dengan bobot individu 19,11 - 21,99 g dan kelompok III dengan bobot individu 37,52 - 40,79 g.

 

2.2.  Pakan uji

           Ikan diberi pakan yang mempunyai kandungan protein dan energi relatif sama (Tabel 1 dan 2).  Untuk kelompok I, kadar protein pakan yang diberikan adalah 43,29% (Mokoginta et al, 1994). Sedangkan untuk kelompok II dan III, kadar protein pakan yang diberikan adalah 32,14% (Suprayudi et al, 1994), akan tetapi rasio energi - protein pakan antar penelitian relatif sama yaitu 8 kkal DE/ g protein. Komposisi pakan antar perlakuan terdapat pada Tabel 1 dan 2.

 

 

Tabel  1.     Komposisi proksimat dan kandungan energi pakan penelitian pada setiap perlakuan

untuk kelompok I (% bobot kering)

 

Komposisi

Dosis T3 (mg/kg pakan)

     

 

A

(0,0)

B

(2,5)

C

(5,0)

D

(7,5)

E

(10,0)

Protein

43,35

43,28

43,17

43,35

43,03

Lemak

16,08

16,12

16,06

16,10

16,11

Abu

4,91

4,97

5,43

5,13

5,42

Serat kasar

 1,86

1,81

1,81

1,79

1,82

BETN

33,81

33,83

33,54

33,63

33,63

Total energi

(kkal DE/ kg)

3664,68

 3666,10

3650,14

3662,10

3651,41

C/ P

(kkal DE/ g protein)

 8,46

8,47

8,46

8,45

8,487

 

 

 

Tabel 2.      Komposisi proksimat dan kandungan energi pakan penelitian pada setiap

perlakuan untuk kelompok II dan III (% bobot kering)

 

Komposisi

Dosis T3 (mg/kg pakan)

 

A

(0,0)

B

(2,5)

C

(5,0)

D

(7,5)

E

(10,0)

Protein

32,08

32,29

32,27

32,24

32,24

Lemak

 1,99

1,95

 1,97

1,98

1,96

Abu

5,70

5,53

5,67

5,73

5,69

Serat kasar

2,50

2,60

2,55

2,41

2,43

BETN

57,74

57,64

57,55

57,65

57,69

Total energi

(kkal DE/ kg)

2726,91

2728,70

2727,65

2729,22

2728,88

C/ P

(kkal DE/ g protein)

8,50

8,45

8,45

8,47

8,46

 

 

2.3.  Wadah Penelitian dan Air untuk Pemeliharaan Ikan

           Wadah penelitian adalah akuarium yang berukuran 50x30x35 cm sebanyak 45 buah, yang diisi dengan 20 liter air. Masing-masing akuarium dilengkapi dengan aerator.  Air yang digunakan berasal dari PDAM yang telah diendapkan dan diaerasi.  Sebelum digunakan akuarium terlebih dahulu dibersihkan dan direndam dengan larutan Kalium Permanganat sebagai desinfektan selama 1 hari, kemudian dibilas sampai bersih dan dikeringkan.

 

 

2.4.  Pelaksanaan Penelitian

          Sebelum penelitian dilakukan, ikan gurame dimasukkan ke dalam bak penampungan untuk diadaptasikan dengan kondisi laboratorium.  Selanjutnya dilakukan adaptasi terhadap pakan yang akan diberikan pada saat penelitian.  Pakan yang diberikan pada saat adaptasi adalah pakan kontrol.  Adaptasi terhadap pakan dilakukan sampai ikan uji memberikan respon yang baik terhadap pakan yang diberikan.   Setelah ikan uji telah terbiasa dengan pakan yang diberikan, ikan dipuasakan selama satu hari, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat awalnya, dan selanjutnya penelitian dimulai.

Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum (sampai kenyang) dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari.  Selama penelitian, setiap hari dilakukan penyiponan dan penggantian air sebanyak ± 75 % dari volume air yang digunakan. 

 

2.5.  Rancangan Penelitian dan Analisis Data

           Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).  Perlakuan dalam penelitian ini adalah dosis hormon T3 dalam pakan. Pakan perlakuan A yaitu pakan kontrol (tidak diberi T3), sedangkan  pakan perlakuan B (2,5 mg/kg), C (5,0 mg/kg), D (7,5 mg/kg), dan E (10 mg/kg). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga dihasilkan 15 kombinasi perlakuan dan ulangan untuk setiap ukuran ikan yang diuji.. 

          Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perlakuan terhadap rata-rata hasil, dilakukan analisis ragam dengan tingkat kepercayaan 95 % dan 99 % dan selanjutnya untuk menilai respon terbaik dari parameter uji terhadap dosis T3 maka dilakukan uji Polinomial Orthogonal.

 

2.6.     Peubah yang diamati :

 

2.6.1.                    Laju Pertumbuhan Harian Larva

Untuk perhitungan laju pertumbuhan harian larva dilakukan penimbangaaan biomas larva selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus :

 

Wt  =  Wo (1 + 0,01 a ) t

Keterangan :

 a  =  Laju pertumbuhan harian individu (%)

Wo = bobot rata-rata ikan pada waktu awal (g)

Wt  = bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)

 t    = waktu (hari)

 

 

2.6.2.                    Efisiensi Pakan

Untuk penghitungan efisiensi pakan, setiap hari dilakukan penimbangan pakan yang diberikan, dan kematian ikan selama penelitian ditimbang dan dihitung.  Efisiensi pakan dihitung dengan rumus :

 

E  =  {[(Wt + D)  -  Wo] /F}  x 100

 

Keterangan :

  E      =    Efisiensi pakan (%)

  Wt    =    bobot ikan pada waktu t (g)

  Wo   =    bobot ikan pada waktu awal (g)

   D     =    jumlah ikan yang mati selama penelitian (g)

   F      =    bobot pakan yang diberikan (g)

 

2.6.3.                    Retensi Protein dan Retensi Lemak

Untuk perhitungan retensi protein, lemak, pada awal dan akhir penelitian dilakukan analisis proksimat ikan meliputi kadar  protein dan kadar lemak, Kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldahl sedangkan kadar lemak dengan menggunakan metode ekstraksi,

Retensi protein (RP), retensi lemak (RL) dihitung dengan menggunakan rumus :  

 


 

 


2.6.4.                    Pengukuran Aktivitas Enzim Pencernaan

Pengukuran aktivitas enzim meliputi protease dan lipase,.  Ekstrak enzim pada penelitian ini diperoleh dari hasil penggerusan ikan dari masing-masing kelompok ukuran dengan menggunakan mortar, lalu ditambahkan akuades hingga lima kali bobot contoh.  Campuran ini kemudian disentrifus dengan kecepatan 15.000 rpm selama 20 menit pada 4oC.  Supernatan digunakan sebagai ekstrak enzim yang digunakan dalam pengukuran aktivitas enzim. 

Aktivitas protease ditentukan dengan mengukur kemampuan enzim untuk menghidrolisa protein sehingga dihasilkan tyrosin.  Tyrosin yang dibebaskan diukur secara kalorimetri.  Prosedur yang digunakan mengikuti prosedur yang digunakan Fengxie (1988) dalam Wijayanti (1993).  Aktivitas protease dinyatakan sebagai satuan unit aktivitas enzim per gram contoh.

Aktivitas lipase ditentukan dengan menggunakan Automatic Analysi Boehringer Mannheim- Lipase.  Aktivitas lipase dinyatakan sebagai satuan unit aktivitas enzim per gram contoh.

 

 

III.  HASIL DAN PEMBAHASAN

 

       Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pemberian hormon T3 dalam pakan ikan gurame pada berbagai dosis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap retensi protein, retensi lemak, aktivitas protaese dan lipase, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan ikan gurame.

3.1.  Retensi  protein,  retensi lemak, aktivitas protease dan lipase

Retensi protein menggambarkan kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan protein pakan.  Sedangkan retensi lemak menggambarkan kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan lemak pakan.  Lemak pakan selain digunakan sebagai sumber energi juga disimpan sebagai lemak struktural.   Hasil penelitian ini menunjukkan  pemberian hormon T3 dalam pakan ikan gurame pada berbagai dosis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap retensi protein dan retensi lemak ikan gurame disajikan pada tabel 3.

Pada kelompok I dan II, retensi protein tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 10 mg/kg yang berturut-turut diikuti oleh  perlakuan pemberian hormon T3  pada dosis 7,5 mg/kg  5,0 mg/kg ; 2,5 mg/kg  dan kontrol.     Sedangkan pada kelompok III, retensi protein tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 2,5 mg/kg pakan dan pemberian hormon T3 pada dosis yang lebih tinggi akan menghasilkan retensi protein yang lebih rendah.

 

Tabel 3.  Retensi protein dan retensi lemak, aktivitas protease dan lipase

                  ikan gurame kelompok I, II, dan III

 

Pakan/dosis T3

mg/kg pakan

Retensi protein

 (%)

Retensi lemak

(%)

Aktivitas protease (unit/g)

Aktivitas lipase (unit/g)

1.  Kelompok I (0,39 – 0,42 g/ekor

A (0,0)

31,07

34,29

7,96

1,92

B(2,5)

33,46

36,95

8,22

2,01

C (5,0)

35,69

39,61

8,38

2,10

D (7,5)

36,88

40,04

8,94

2,11

E (10,0)

40.38

42,00

9,24

2,16

 

 

 

 

 

2.  Kelompok II (19,11 – 21,99 g/ekor)

A (0,0)

46,91

194,27

9,49

2,46

B(2,5)

50,09

208,70

10,29

2,52

C (5,0)

50,55

213,29

10,48

2,55

D (7,5)

53,26

218,68

11,88

2,61

E (10,0)

54,67

245,92

12,04

2,66

 

 

 

 

 

3.  Kelompok III (37,52 – 40,79 g/ekor)

A (0,0)

48,02

175,47

11,31

2,65

B(2,5)

52,86

193,17

12,39

2,87

C (5,0)

51,18

185,56

12,15

2,80

D (7,5)

46,31

171,60

10,71

2,69

E (10,0)

44,86

171,53

9,64

2,50

 

 Berdasarkan uji lanjutan menggunakan uji polinomial orthogonal diperoleh pola hubungan antara dosis hormon T3 dengan retensi protein.  Pada kelompok I dan II, pemberian hormon T3 memberikan pola hubungan yang linier  terhadap retensi protein (Y1 = 30,87 + 0,90X1 dan Y2 = 46,36+ 0,75X2)  sedangkan pada kelompok III  memberikan pola hubungan yang kuadratik  (Y3 = 49,74 + 1,33X3 – 0,7X32).  

Hal yang sama terlihat bahwa pemberian hormon T3 dalam pakan ikan gurame pada berbagai dosis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap retensi lemak. Pada kelompok I dan II, retensi lemak tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 10 mg/kg  yang berturut-turut diikuti oleh  perlakuan pemberian hormon T3  pada dosis 7,5 mg/kg ; 5,0 mg/kg ; 2,5 mg/kg  dan kontrol.   Sedangkan pada kelompok III, retensi lemak tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 2,5 mg/kg pakan  dan pemberian hormon T3 pada dosis yang lebih tinggi akan menghasilkan retensi lemak yang lebih rendah.

Pada kelompok I dan II, pemberian hormon T3 memberikan pola hubungan yang linier  terhadap retensi lemak (Y1 = 35,03 + 0,72X1 dan Y2 = 193,52 + 4,52X2),  sedangkan pada kelompok III  memberikan pola hubungan yang kuadratik (Y3 = 182,12 + 3,13 X3 – 0,46 X32 )  

Tingginya retensi protein dan lemak pada pemberian hormon T3 pada dosis 10 mg/kg pakan (kelompok I dan II) dan dosis 2,5 mg/kg (kelompok III) juga disebabkan aktivitas protease daan lipase pada dosis ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.  Sehingga kemampuan cerna ikan akan protein dan lemak pakan yang diberikan juga tinggi. Pemberian hormon T3 juga menyebabkan peningkatan aktivitas protease dan lipase pada saluran pencernaan ikan  Protease merupakan enzim yang menghidrolisis protein menjadi asam-asam amino dan peptida sederhana.  Sedangkan lipase merupakan enzim yang menghidrolisis lemak menjadi monogliserida dan asam lemak.  Pakan yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan dicerna menjadi partikel-partikel sederhana oleh enzim pencernaan untuk dapat diabsorbsi melalui dinding usus.  Sehingga kertersediaan enzim dalam saluran pencernaan sangat dibutuhkan, karena bila jumlah enzim terbatas maka proses penyerapan nutrien akan terbatas pula.  Selain memudahkan dalam absorbsi dan transportasi, hanya partikel-partikel sederhana inilah yang dapat digunakan untuk sintesis senyawa baru (anabolik) atau dioksidasi untuk menghasilkan energi (katabolik)(Affandi et al., 1992).

Selain itu tingginya retensi protein dan lemak pada penelitian ini juga diduga karena adanya pengaruh hormon T3 pada metabolisme karbohidrat.   Sehingga dengan peningkatan metabolisme karbohidrat maka karbohidrat dapat berperan sebagai sparing action pada penggunaan sumber energi.  Sehubungan dengan tidak adanya informasi mengenai pengujian respon enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat terhadap dosis hormon T3 pada ikan gurame, maka pendekatan hanya dapat dilakukan dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti.  Woo et al. (1991) menyatakan bahwa  pemberian hormon T3 pada ikan red sea bream merubah pola metabolisme karbohidrat melalui peningkatan aktivitas alkaline fosfatase dan a- amilase sehingga kecernaan dan absorbsi karbohidrat menjadi tinggi.  Peningkatan penggunaan protein untuk pertumbuhan ikan yang diberi pakan yang mengandung hormon T3 diduga disebabkan oleh pengaruh hormon terhadap absorbsi nutrien dan penggunaan karbohidrat sebagai sumber energi melalui aktivasi enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat (Hochachka, 1962; Le Ray et al., 1979 dalam Fagerlund et al., 1984).  Selain itu pada ikan yang diberi hormon T3 menyebabkan meningkatnya kandungan lemak tubuh, hal ini mempertegas bahwa selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga digunakan sebagai sintesis lemak (Degani, 1989; Fagerlund et al., 1984).

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa peningkatan aktivitas protease dan lipase diikuti dengan peningkatan retensi protein dan retensi lemak dan sebaliknya.  Hal ini dapat dilihat dari kesamaan pola respon yang dihasilkan oleh aktivitas protease, lipase, retensi protein dan retensi lemak.  Penelitian Woo et al. (1990) menunjukkan bahwa pemberian hormon T3 menstimulasi anabolisme protein pada ikan red sea bream  (Chrysophrys major) yaitu ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas leucine nitroanilidase dan g - glutamyltranspeptidase pada usus serta meningkatkan kecernaan protein dan absorbsi asam-asam amino melalui usus.

Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa semakin tinggi retensi protein semakin tinggi pula pertumbuhan ikan gurame.  Hal ini didukung oleh Gerking dalam Braaten (1979) yang menyatakan bahwa peningkatan protein dalam tubuh menunjukkan terjadinya proses pembentukan jaringan baru dalam tubuh ikan.

 

3.          Laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pemberian hormon T3  pada ikan gurame memberikan pengaruh yang berbeda terhadap laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan ikan gurame, yang disajikan pada tabel 4 berikut ini

.  

Tabel 4.  Laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan ikan gurame kelompok

               I, II dan III.

 

Pakan/dosis T3

(mg/kg pakan)

Laju pertubuhan harian

% bobot tubuh/hari

Efisiensi pakan (%)

1.  Kelompok I (0,39 – 0,42 g/ekor

A (0,0)

4,20

57,79

B(2,5)

4,23

59,42

C (5,0)

4,33

63,18

D (7,5)

4,49

63,87

E (10,0)

4,59

66,90

 

 

 

2.  Kelompok II (19,11 – 21,99 g/ekor)

A (0,0)

2,29

56,00

B(2,5)

2,33

57,90

C (5,0)

2,44

59,04

D (7,5)

2,50

59,69

E (10,0)

2,62

61,38

 

 

 

3.  Kelompok III (37,52 – 40,79 g/ekor)

A (0,0)

1,71

47,75

B(2,5)

2,01

51,57

C (5,0)

1,95

50,19

D (7,5)

1,68

46,40

E (10,0)

1,65

46,25

 

 

Pada kelompok I dan II laju pertumbuhan harian tertinggi diperoleh pada ikan yang diberi hormon T3  pada dosis 10 mg/kg pakan  yang berturut-turut diikuti oleh perlakuan pemberian hormon T3  pada dosis 7,5 mg/kg  ;  5,0 mg/kg ; 2,5 mg/kg  dan kontrol .  Sedangkan pada kelompok III, laju pertumbuhan harian ikan gurame tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 2,5 mg/kg pakan, selanjutnya pemberian hormon T3 pada dosis yang lebih tinggi  menyebabkan laju pertumbuhan harian yang lebih rendah.  Dari kelompok III ini juga terlihat bahwa pemberian hormon T3 pada dosis 7,5 mg/kg dan 10 mg/kg pakan menghasilkan laju pertumbuhan harian yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.

Pada kelompok 1 dan II respon laju pertumbuhan harian ikan gurame terhadap dosis hormon T3 adalah berpola linier, yang berarti bahwa laju pertumbuhan harian semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis hormon T3  (Y1 = 4,17 + 0,04X11 dan Y2 = 2,27 + 0,03X2.  Sedangkan pada kelompok III, pemberian hormon T3 pada ikan gurame memberikan respon laju pertumbuhan harian  ikan gurame terhadap dosis hormon T3 berpola kuadratik (Y3 = 1,83 +0,07 X3 – 0,009 X32 ),   yang berarti laju pertumbuhan harian semakin meningkat dengan meningkatnya dosis hormon T3, kemudian menurun kembali. 

Dari kelompok I, II, dan III terlihat bahwa pemberian hormon T3 pada berbagai dosis memberikan respon yang berbeda terhadap laju pertumbuhan harian ikan gurame, yang bergantung pada dosis hormon T3 dan ukuran ikan pada saat awal pemberian hormon. 

Peningkatan laju pertumbuhan harian ikan erat hubungannya dengan efisiensii pakan.  Efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektivitas pakan (NRC, 1977).  Jika efisiensi pakan rendah maka laju pertumbuhan ikan akan rendah pula.  Tingginya efisiensi pakan menunjukkan  penggunaan pakan yang lebih efisien  untuk pertumbuhan. 

          Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa pemberian hormon T3 pada berbagai dosis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap efisiensi pakan  ikan gurame.  Pada kelompok I dan II, efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 10 mg/kg  yang berturut-turut diikuti oleh  perlakuan pemberian hormon T3  pada dosis 7,5 mg/kg ; 5,0 mg/kg ; 2,5 mg/kg  dan kontrol.   Sedangkan pada kelompok III, efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 2,5 mg/kg pakan selanjutnya pemberian hormon T3 pada dosis yang lebih tinggi diperoleh efisiensi pakan yang lebih rendah.  Bahkan pemberian hormon T3 pada dosis 7,5 mg/kg dan 10 mg/kg pakan menghasilkan efisiensi pakan yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.

Pada kelompok I dan II, respon efisiensi pakan ikan gurame terhadap dosis hormon T3 adalah berpola linier (Y1 = 58,08 + 0,88X1 dan Y2 = 56,29 + 0,50X2) sedangkan pada kelompok III  memberikan pola hubungan yang kuadratik  (Y3 = 49,30 + 0,77 X3 – 0,12 X32 ), 

 

KESIMPULAN

 

Dari  hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan :

1.  Pemberian hormon T3 (3, 5, 3'-Triyodotironin) pada dosis 10 mg/ kg pakan  pada ikan gurame yang berukuran 0,39-0,42 gram (kelompok I) dan 19,11-21,99 gram (kelompok II) menghasilkan retensi protein, retensi lemak, aktivitas protease dan lipase,  laju pertumbuhan serta efisiensi pakan yang terbaik.  Tetapi pada ikan gurame yang berukuran 37,52-40,79 gram (kelompok III) pemberian hormon T3 pada dosis 2,5 mg/kg pakan sudah menghasilkan retensi protein, retensi lemak, aktivitas protease dan lipase,  laju pertumbuhan serta efisiensi pakan yang terbaik, sedangkan  pemberian hormon pada   dosis yang lebih tinggi yaitu 5,0 mg/ kg, 7,5 mg/ kg dan 10 mg/ kg akan menurunkan retensi protein, retensi lemak, aktivitas protease dan lipase,  laju pertumbuhan serta efisiensi pakan.

2.   Pemberian hormon T3 masih efektif diberikan pada ketiga kelompok ukuran ikan.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Affandi, R., D. S. Sjafei, M. F. Rahardjo dan Sulistiono. 1992.  Fisiologi Ikan.  Pencernaan.  Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.  Institut Pertanian Bogor. 215 hal.

 

Braaten, B. R. 1979.  Bioenergetic : A Review on Methodology, p. 461-504.  In Halver, J. E dan K. Tiews (Eds), Proc. World Symp. on Finfish Nutrition and Fish Feed Technology, Hamburg, 20-23 Juli 1978, Berlin.

 

Degani, G, 1989.  The Effect of 3,5,3'-Triodo-L-Thyronine on Oxygen Consumption, Body Protein, Lipid Content,  Fatty Acid Composition, and  Aldolase Activity of the European eel (Anguilla anguilla).  Aquaculture: A Biotechnology in Progress.  821-827

 

Djojosoebagio, S.  1990.  Fisiologi Kelenjar Endokrin I.  Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.  Institut Pertanian Bogor. 247 hal.

 

Fagerlund, U. H. M., I. McCallum, D. A. Higgs dan  J. R. McBride. 1984.  Diet Composition as a Factor in The Anabolic Efficacy of 3, 5, 3'- Triiodo-L-Thyronine Administrated Orally To Steelhead Trout (Salmo gairdneri).  Aquaculture, 36 : 49-59

 

Matty, A. J., M. A.  Chaudhry, dan K. P. Lone.  1982.  The Effect of Thyroid Hormone and Temperature on Protein and Nucleic Acid Contents of Liver and Muscle of Sarotherodon mossambica.  Gen. Comp. Endocrinol., 47 : 497-507

 

Matty, A. J.  1985.  Fish Endocrinology.  Croom Helm, London.   267 p.

 

Mokoginta, I., M.A. Suprayudi dan M. Setiawati.  1995.  Kebutuhan Optimum Protein dan Energi Makanan Benih Ikan Gurame (Oshpronemus gouramy Lac.) Fakultas Perikanan.  Institut Pertanian Bogor.  15 hal.

 

Suprayudi, M.A., M. Setiawati, dan I. Mokoginta.  1994.  Pengaruh Rasio Protein Energi yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Ikan Gurame (Oshpronemus gouramy Lac.). Fakultas Perikanan.  Institut Pertanian Bogor. 68 hal.

 

National Research Council (NRC).  1977.  Nutrient Requirment of Warmwater Fishs and Shellfish.  National Academy Press, Washington D. C. 78 p.

 

Turner, C. D. dan J. T.  Bagnara. 1976.  General Endocrinology.  W. B.  Saunder Company,  Philadelphia. 

 

Wijayanti, D.  1993.  Studi Aktivitas Protease pada Benih Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac) dengan Perbedaan Saat Awal Pemberian Pakan Buatan.  Skripsi.  Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.  Institut Pertanian Bogor.

 

Woo, N. Y. S., A. S. B. Chung, dan T. B.  Ng.  1991.  Influence of Oral Administration of  3, 5, 3'-Triiodothyronine on Growth, Digestion, Food Conversion and Metabolism in the Underyearling Red sea Bream (Crysophrys major).  J. Fish Biol.,  39 : 459-468.