© 2001
Sri Handayani Posted: 12 Dec. 2001 [rudyct]
Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut
Pertanian Bogor
December
2001
Dosen:
Prof Dr Ir
Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
PERAN HORMON
3,5,3'- TRIODOTIRONIN (T3) DALAM PAKAN TERHADAP PENINGKATAN
LAJU
PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN
GURAME (Osphronemus gouramy
Lac.)
Tabel 1. Komposisi proksimat dan kandungan energi pakan penelitian pada
setiap perlakuan
untuk kelompok I (% bobot kering)
Komposisi |
Dosis T3 (mg/kg pakan) |
||||
|
A (0,0) |
B (2,5) |
C (5,0) |
D (7,5) |
E (10,0) |
Protein |
43,35 |
43,28 |
43,17 |
43,35 |
43,03 |
Lemak |
16,08 |
16,12 |
16,06 |
16,10 |
16,11 |
Abu |
4,91 |
4,97 |
5,43 |
5,13 |
5,42 |
Serat kasar |
1,86 |
1,81 |
1,81 |
1,79 |
1,82 |
BETN |
33,81 |
33,83 |
33,54 |
33,63 |
33,63 |
Total energi (kkal DE/ kg) |
3664,68 |
3666,10 |
3650,14 |
3662,10 |
3651,41 |
C/ P (kkal DE/ g protein) |
8,46 |
8,47 |
8,46 |
8,45 |
8,487 |
Tabel
2. Komposisi proksimat dan kandungan
energi pakan penelitian pada setiap
perlakuan
untuk kelompok II dan III (% bobot kering)
Komposisi |
Dosis T3 (mg/kg pakan) |
||||
|
A (0,0) |
B (2,5) |
C (5,0) |
D (7,5) |
E (10,0) |
Protein |
32,08 |
32,29 |
32,27 |
32,24 |
32,24 |
Lemak |
1,99 |
1,95 |
1,97 |
1,98 |
1,96 |
Abu |
5,70 |
5,53 |
5,67 |
5,73 |
5,69 |
Serat kasar |
2,50 |
2,60 |
2,55 |
2,41 |
2,43 |
BETN |
57,74 |
57,64 |
57,55 |
57,65 |
57,69 |
Total energi (kkal DE/ kg) |
2726,91 |
2728,70 |
2727,65 |
2729,22 |
2728,88 |
C/ P (kkal DE/ g protein) |
8,50 |
8,45 |
8,45 |
8,47 |
8,46 |
2.3. Wadah Penelitian dan Air untuk Pemeliharaan Ikan
2.4.
Pelaksanaan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, ikan
gurame dimasukkan ke dalam bak penampungan untuk diadaptasikan dengan kondisi
laboratorium. Selanjutnya dilakukan
adaptasi terhadap pakan yang akan diberikan pada saat penelitian. Pakan yang diberikan pada saat adaptasi
adalah pakan kontrol. Adaptasi terhadap
pakan dilakukan sampai ikan uji memberikan respon yang baik terhadap pakan yang
diberikan. Setelah ikan uji telah
terbiasa dengan pakan yang diberikan, ikan dipuasakan selama satu hari,
kemudian ditimbang untuk mengetahui berat awalnya, dan selanjutnya penelitian dimulai.
Pemberian
pakan dilakukan secara ad libitum
(sampai kenyang) dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali sehari yaitu pada
pagi, siang dan sore hari. Selama
penelitian, setiap hari dilakukan penyiponan dan penggantian air sebanyak ±
75 % dari volume air yang digunakan.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh perlakuan terhadap rata-rata hasil, dilakukan analisis ragam dengan
tingkat kepercayaan 95 % dan 99 % dan
selanjutnya untuk menilai respon terbaik dari parameter uji terhadap dosis T3
maka dilakukan uji Polinomial Orthogonal.
2.6.
Peubah yang
diamati :
2.6.1.
Laju
Pertumbuhan Harian Larva
Untuk
perhitungan laju pertumbuhan harian larva dilakukan penimbangaaan biomas larva
selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus :
Wt = Wo
(1 + 0,01 a ) t
Keterangan :
a
= Laju pertumbuhan harian
individu (%)
Wo = bobot
rata-rata ikan pada waktu awal (g)
Wt = bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)
t = waktu (hari)
2.6.2.
Efisiensi
Pakan
Untuk penghitungan
efisiensi pakan, setiap hari dilakukan penimbangan pakan yang diberikan, dan
kematian ikan selama penelitian ditimbang dan dihitung. Efisiensi
pakan dihitung dengan rumus :
E = {[(Wt
+ D) -
Wo] /F} x 100
Keterangan :
E = Efisiensi pakan (%)
Wt
= bobot ikan pada waktu
t (g)
Wo =
bobot ikan pada waktu awal (g)
D = jumlah ikan yang mati selama penelitian (g)
F = bobot pakan yang diberikan (g)
2.6.3.
Retensi
Protein dan Retensi Lemak
Untuk perhitungan retensi protein, lemak, pada awal dan
akhir penelitian dilakukan analisis proksimat ikan meliputi kadar protein dan kadar lemak, Kadar protein
dengan menggunakan metode Kjeldahl sedangkan kadar lemak dengan menggunakan
metode ekstraksi,
Retensi
protein (RP), retensi lemak (RL) dihitung dengan menggunakan rumus :
2.6.4.
Pengukuran
Aktivitas Enzim Pencernaan
Pengukuran aktivitas
enzim meliputi protease dan lipase,.
Ekstrak enzim pada penelitian ini diperoleh dari hasil penggerusan ikan
dari masing-masing kelompok ukuran dengan menggunakan mortar, lalu ditambahkan
akuades hingga lima kali bobot contoh. Campuran ini
kemudian disentrifus dengan kecepatan 15.000 rpm selama 20 menit pada 4oC. Supernatan digunakan sebagai ekstrak enzim
yang digunakan dalam pengukuran aktivitas enzim.
Aktivitas
protease ditentukan dengan mengukur kemampuan enzim untuk menghidrolisa protein
sehingga dihasilkan tyrosin. Tyrosin
yang dibebaskan diukur secara kalorimetri.
Prosedur yang digunakan
mengikuti prosedur yang digunakan Fengxie (1988) dalam Wijayanti (1993). Aktivitas protease dinyatakan sebagai satuan
unit aktivitas enzim per gram contoh.
Aktivitas lipase ditentukan dengan menggunakan Automatic Analysi Boehringer Mannheim- Lipase. Aktivitas lipase dinyatakan sebagai satuan unit aktivitas enzim per gram contoh.
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa
pemberian hormon T3 dalam pakan ikan gurame pada berbagai dosis memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap retensi protein, retensi lemak, aktivitas
protaese dan lipase, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan ikan gurame.
3.1. Retensi
protein, retensi lemak,
aktivitas protease dan lipase
Retensi
protein menggambarkan kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan protein
pakan. Sedangkan retensi lemak
menggambarkan kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan lemak pakan. Lemak pakan selain digunakan sebagai sumber
energi juga disimpan sebagai lemak struktural. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian hormon T3 dalam pakan ikan gurame pada
berbagai dosis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap retensi protein dan
retensi lemak ikan gurame disajikan pada tabel 3.
Pada kelompok
I dan II, retensi protein tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3
pada dosis 10 mg/kg yang berturut-turut diikuti oleh perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 7,5 mg/kg 5,0 mg/kg ; 2,5 mg/kg dan kontrol. Sedangkan pada kelompok III, retensi protein tertinggi
diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 2,5 mg/kg
pakan dan pemberian hormon T3 pada dosis yang lebih tinggi akan
menghasilkan retensi protein yang lebih rendah.
Tabel 3.
Retensi protein dan retensi lemak, aktivitas protease dan lipase
ikan gurame kelompok I, II, dan III
Pakan/dosis T3 mg/kg pakan |
Retensi protein (%) |
Retensi lemak (%) |
Aktivitas protease
(unit/g) |
Aktivitas lipase
(unit/g) |
1. Kelompok I (0,39 – 0,42 g/ekor |
||||
A (0,0) |
31,07 |
34,29 |
7,96 |
1,92 |
B(2,5) |
33,46 |
36,95 |
8,22 |
2,01 |
C (5,0) |
35,69 |
39,61 |
8,38 |
2,10 |
D (7,5) |
36,88 |
40,04 |
8,94 |
2,11 |
E (10,0) |
40.38 |
42,00 |
9,24 |
2,16 |
|
|
|
|
|
2. Kelompok II (19,11 – 21,99 g/ekor) |
||||
A (0,0) |
46,91 |
194,27 |
9,49 |
2,46 |
B(2,5) |
50,09 |
208,70 |
10,29 |
2,52 |
C (5,0) |
50,55 |
213,29 |
10,48 |
2,55 |
D (7,5) |
53,26 |
218,68 |
11,88 |
2,61 |
E (10,0) |
54,67 |
245,92 |
12,04 |
2,66 |
|
|
|
|
|
3. Kelompok III (37,52 – 40,79 g/ekor) |
||||
A (0,0) |
48,02 |
175,47 |
11,31 |
2,65 |
B(2,5) |
52,86 |
193,17 |
12,39 |
2,87 |
C (5,0) |
51,18 |
185,56 |
12,15 |
2,80 |
D (7,5) |
46,31 |
171,60 |
10,71 |
2,69 |
E (10,0) |
44,86 |
171,53 |
9,64 |
2,50 |
Berdasarkan uji lanjutan menggunakan uji
polinomial orthogonal diperoleh pola hubungan antara dosis hormon T3
dengan retensi protein. Pada kelompok I
dan II, pemberian hormon T3 memberikan pola hubungan yang
linier terhadap retensi protein (Y1
= 30,87 + 0,90X1 dan Y2 = 46,36+ 0,75X2) sedangkan pada kelompok III memberikan pola hubungan yang kuadratik (Y3 = 49,74 + 1,33X3 –
0,7X32).
Hal yang sama
terlihat bahwa pemberian hormon T3 dalam pakan ikan gurame pada
berbagai dosis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap retensi lemak. Pada
kelompok I dan II, retensi lemak tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian
hormon T3 pada dosis 10 mg/kg
yang berturut-turut diikuti oleh
perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 7,5 mg/kg ; 5,0 mg/kg ; 2,5 mg/kg dan kontrol. Sedangkan pada kelompok III, retensi lemak tertinggi diperoleh
pada perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 2,5 mg/kg pakan dan pemberian hormon T3 pada
dosis yang lebih tinggi akan menghasilkan retensi lemak yang lebih rendah.
Pada kelompok
I dan II, pemberian hormon T3 memberikan pola hubungan yang
linier terhadap retensi lemak (Y1
= 35,03 + 0,72X1 dan Y2 = 193,52 + 4,52X2), sedangkan pada kelompok III memberikan pola hubungan yang kuadratik (Y3
= 182,12 + 3,13 X3 – 0,46 X32 )
Tingginya
retensi protein dan lemak pada pemberian hormon T3 pada dosis 10
mg/kg pakan (kelompok I dan II) dan dosis 2,5 mg/kg (kelompok III) juga
disebabkan aktivitas protease daan lipase pada dosis ini juga lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Sehingga kemampuan cerna ikan akan protein dan lemak pakan yang
diberikan juga tinggi. Pemberian hormon T3 juga menyebabkan
peningkatan aktivitas protease dan lipase pada saluran pencernaan ikan Protease merupakan enzim yang menghidrolisis
protein menjadi asam-asam amino dan peptida sederhana. Sedangkan lipase merupakan enzim yang
menghidrolisis lemak menjadi monogliserida dan asam lemak. Pakan yang masuk ke dalam saluran pencernaan
akan dicerna menjadi partikel-partikel sederhana oleh enzim pencernaan untuk
dapat diabsorbsi melalui dinding usus.
Sehingga kertersediaan enzim dalam saluran pencernaan sangat dibutuhkan,
karena bila jumlah enzim terbatas maka proses penyerapan nutrien akan terbatas
pula. Selain memudahkan dalam absorbsi
dan transportasi, hanya partikel-partikel sederhana inilah yang dapat digunakan
untuk sintesis senyawa baru (anabolik) atau dioksidasi untuk menghasilkan
energi (katabolik)(Affandi et al.,
1992).
Selain itu
tingginya retensi protein dan lemak pada penelitian ini juga diduga karena
adanya pengaruh hormon T3 pada metabolisme karbohidrat. Sehingga dengan peningkatan metabolisme
karbohidrat maka karbohidrat dapat berperan sebagai sparing action pada penggunaan sumber energi. Sehubungan dengan tidak adanya informasi
mengenai pengujian respon enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme
karbohidrat terhadap dosis hormon T3 pada ikan gurame, maka
pendekatan hanya dapat dilakukan dengan melihat hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Woo et al. (1991) menyatakan bahwa pemberian hormon T3 pada ikan red sea bream merubah pola metabolisme
karbohidrat melalui peningkatan aktivitas alkaline fosfatase dan a- amilase sehingga kecernaan dan absorbsi
karbohidrat menjadi tinggi. Peningkatan
penggunaan protein untuk pertumbuhan ikan yang diberi pakan yang mengandung
hormon T3 diduga disebabkan oleh pengaruh hormon terhadap absorbsi
nutrien dan penggunaan karbohidrat sebagai sumber energi melalui aktivasi
enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat (Hochachka, 1962; Le
Ray et al., 1979 dalam Fagerlund et al.,
1984). Selain itu pada ikan yang diberi
hormon T3 menyebabkan meningkatnya kandungan lemak tubuh, hal ini
mempertegas bahwa selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga digunakan sebagai
sintesis lemak (Degani, 1989; Fagerlund et
al., 1984).
Dari
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa peningkatan aktivitas protease dan
lipase diikuti dengan peningkatan retensi protein dan retensi lemak dan
sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari
kesamaan pola respon yang dihasilkan oleh aktivitas protease, lipase, retensi
protein dan retensi lemak. Penelitian
Woo et al. (1990) menunjukkan bahwa pemberian hormon T3 menstimulasi anabolisme
protein pada ikan red sea bream (Chrysophrys
major) yaitu ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas leucine
nitroanilidase dan g - glutamyltranspeptidase pada usus serta
meningkatkan kecernaan protein dan absorbsi asam-asam amino melalui usus.
Dalam
penelitian ini juga terlihat bahwa semakin tinggi retensi protein semakin
tinggi pula pertumbuhan ikan gurame.
Hal ini didukung oleh Gerking dalam
Braaten (1979) yang menyatakan bahwa peningkatan protein dalam tubuh
menunjukkan terjadinya proses pembentukan jaringan baru dalam tubuh ikan.
3.
Laju
pertumbuhan harian dan efisiensi pakan
Dari hasil penelitian ini
didapatkan bahwa pemberian hormon T3
pada ikan gurame memberikan pengaruh yang berbeda terhadap laju
pertumbuhan harian dan efisiensi pakan ikan gurame, yang disajikan pada tabel 4
berikut ini
.
Tabel 4.
Laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan ikan gurame kelompok
I, II dan III.
Pakan/dosis T3 (mg/kg pakan) |
Laju pertubuhan harian % bobot tubuh/hari |
Efisiensi pakan (%) |
1.
Kelompok I (0,39 – 0,42 g/ekor |
||
A (0,0) |
4,20 |
57,79 |
B(2,5) |
4,23 |
59,42 |
C (5,0) |
4,33 |
63,18 |
D (7,5) |
4,49 |
63,87 |
E (10,0) |
4,59 |
66,90 |
|
|
|
2.
Kelompok II (19,11 – 21,99 g/ekor) |
||
A (0,0) |
2,29 |
56,00 |
B(2,5) |
2,33 |
57,90 |
C (5,0) |
2,44 |
59,04 |
D (7,5) |
2,50 |
59,69 |
E (10,0) |
2,62 |
61,38 |
|
|
|
3.
Kelompok III (37,52 – 40,79 g/ekor) |
||
A (0,0) |
1,71 |
47,75 |
B(2,5) |
2,01 |
51,57 |
C (5,0) |
1,95 |
50,19 |
D (7,5) |
1,68 |
46,40 |
E (10,0) |
1,65 |
46,25 |
Pada kelompok I dan II laju pertumbuhan harian tertinggi diperoleh pada
ikan yang diberi hormon T3 pada dosis 10 mg/kg pakan
yang berturut-turut diikuti oleh perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 7,5 mg/kg ;
5,0 mg/kg ; 2,5 mg/kg dan
kontrol . Sedangkan pada kelompok III,
laju pertumbuhan harian ikan gurame tertinggi diperoleh pada perlakuan
pemberian hormon T3 pada dosis 2,5 mg/kg pakan, selanjutnya
pemberian hormon T3 pada dosis yang lebih tinggi menyebabkan laju pertumbuhan harian yang
lebih rendah. Dari kelompok III ini
juga terlihat bahwa pemberian hormon T3 pada dosis 7,5 mg/kg dan 10
mg/kg pakan menghasilkan laju pertumbuhan harian yang lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol.
Pada kelompok
1 dan II respon laju pertumbuhan harian ikan gurame terhadap dosis hormon T3
adalah berpola linier, yang berarti bahwa laju pertumbuhan harian semakin
meningkat dengan semakin meningkatnya dosis hormon T3 (Y1 = 4,17 + 0,04X11
dan Y2 = 2,27 + 0,03X2.
Sedangkan pada kelompok III, pemberian hormon T3 pada ikan gurame
memberikan respon laju pertumbuhan harian
ikan gurame terhadap dosis hormon T3 berpola kuadratik (Y3
= 1,83 +0,07 X3 – 0,009 X32 ), yang berarti laju pertumbuhan harian
semakin meningkat dengan meningkatnya dosis hormon T3, kemudian
menurun kembali.
Dari kelompok
I, II, dan III terlihat bahwa pemberian hormon T3 pada berbagai
dosis memberikan respon yang berbeda terhadap laju pertumbuhan harian ikan
gurame, yang bergantung pada dosis hormon T3 dan ukuran ikan pada
saat awal pemberian hormon.
Peningkatan
laju pertumbuhan harian ikan erat hubungannya dengan efisiensii pakan. Efisiensi pakan merupakan indikator untuk
menentukan efektivitas pakan (NRC, 1977).
Jika efisiensi pakan rendah maka laju pertumbuhan ikan akan rendah
pula. Tingginya efisiensi pakan
menunjukkan penggunaan pakan yang lebih
efisien untuk pertumbuhan.
Dari
hasil penelitian ini terlihat bahwa pemberian hormon T3 pada
berbagai dosis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap efisiensi pakan ikan gurame. Pada kelompok I dan II, efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada
perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 10 mg/kg yang berturut-turut diikuti oleh perlakuan pemberian hormon T3 pada dosis 7,5 mg/kg ; 5,0 mg/kg ; 2,5
mg/kg dan kontrol. Sedangkan pada kelompok III, efisiensi
pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian hormon T3 pada
dosis 2,5 mg/kg pakan selanjutnya pemberian hormon T3 pada dosis
yang lebih tinggi diperoleh efisiensi pakan yang lebih rendah. Bahkan pemberian hormon T3 pada
dosis 7,5 mg/kg dan 10 mg/kg pakan menghasilkan efisiensi pakan yang lebih
rendah dibandingkan dengan kontrol.
Pada kelompok
I dan II, respon efisiensi pakan ikan gurame terhadap dosis hormon T3
adalah berpola linier (Y1 = 58,08 + 0,88X1 dan Y2
= 56,29 + 0,50X2) sedangkan pada kelompok III memberikan pola hubungan yang kuadratik (Y3 = 49,30 + 0,77 X3
– 0,12 X32 ),
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan :
1. Pemberian hormon T3 (3, 5,
3'-Triyodotironin) pada dosis 10 mg/ kg pakan
pada ikan gurame yang berukuran 0,39-0,42 gram (kelompok I) dan
19,11-21,99 gram (kelompok II) menghasilkan retensi protein, retensi lemak,
aktivitas protease dan lipase, laju
pertumbuhan serta efisiensi pakan yang terbaik. Tetapi pada ikan gurame yang berukuran 37,52-40,79 gram (kelompok
III) pemberian hormon T3 pada dosis 2,5 mg/kg pakan sudah
menghasilkan retensi protein, retensi lemak, aktivitas protease dan
lipase, laju pertumbuhan serta
efisiensi pakan yang terbaik, sedangkan
pemberian hormon pada dosis
yang lebih tinggi yaitu 5,0 mg/ kg, 7,5 mg/ kg dan 10 mg/ kg akan menurunkan
retensi protein, retensi lemak, aktivitas protease dan lipase, laju pertumbuhan serta efisiensi pakan.
2. Pemberian hormon T3 masih
efektif diberikan pada ketiga kelompok ukuran ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D. S. Sjafei, M. F. Rahardjo
dan Sulistiono. 1992. Fisiologi
Ikan. Pencernaan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. 215 hal.
Braaten, B. R. 1979. Bioenergetic : A Review on Methodology, p.
461-504. In Halver, J. E dan K. Tiews (Eds), Proc. World Symp. on Finfish
Nutrition and Fish Feed Technology, Hamburg, 20-23 Juli 1978, Berlin.
Degani, G, 1989. The Effect of 3,5,3'-Triodo-L-Thyronine on Oxygen Consumption,
Body Protein, Lipid Content, Fatty Acid
Composition, and Aldolase Activity of
the European eel (Anguilla anguilla). Aquaculture: A Biotechnology in
Progress. 821-827
Djojosoebagio, S. 1990. Fisiologi Kelenjar
Endokrin I. Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.
247 hal.
Fagerlund, U. H. M., I. McCallum, D. A.
Higgs dan J. R. McBride. 1984. Diet Composition as a Factor in The Anabolic
Efficacy of 3, 5, 3'- Triiodo-L-Thyronine Administrated Orally To Steelhead
Trout (Salmo gairdneri). Aquaculture, 36 : 49-59
Matty, A. J., M. A. Chaudhry, dan K. P. Lone.
1982. The Effect of Thyroid
Hormone and Temperature on Protein and Nucleic Acid Contents of Liver and
Muscle of Sarotherodon mossambica. Gen. Comp. Endocrinol., 47 : 497-507
Matty, A. J. 1985. Fish
Endocrinology. Croom Helm, London. 267 p.
Mokoginta, I., M.A. Suprayudi dan M.
Setiawati. 1995. Kebutuhan Optimum Protein dan Energi Makanan
Benih Ikan Gurame (Oshpronemus gouramy
Lac.) Fakultas Perikanan. Institut
Pertanian Bogor. 15 hal.
Suprayudi, M.A., M. Setiawati, dan I.
Mokoginta. 1994. Pengaruh Rasio Protein Energi yang Berbeda
terhadap Pertumbuhan Ikan Gurame (Oshpronemus
gouramy Lac.). Fakultas Perikanan. Institut
Pertanian Bogor. 68 hal.
National Research Council (NRC). 1977.
Nutrient Requirment of Warmwater Fishs and Shellfish. National Academy Press, Washington D. C. 78
p.
Turner, C. D. dan J. T. Bagnara. 1976. General Endocrinology. W.
B. Saunder Company, Philadelphia.
Wijayanti, D. 1993. Studi Aktivitas
Protease pada Benih Ikan Gurame (Osphronemus
goramy Lac) dengan Perbedaan Saat Awal Pemberian Pakan Buatan. Skripsi.
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor.
Woo, N. Y. S., A. S. B. Chung, dan T.
B. Ng.
1991. Influence of Oral
Administration of 3, 5, 3'-Triiodothyronine
on Growth, Digestion, Food Conversion and Metabolism in the Underyearling Red
sea Bream (Crysophrys major). J. Fish Biol., 39 : 459-468.