©
2001 Rustamsjah Posted: 25 Oct.
2001 [rudyct]
Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut
Pertanian Bogor
October
2001
Dosen:
Prof
Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Rekayasa Biodegradasi Fenol Oleh Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27833
Oleh:
Rustamsjah
E016010061
Biodegradasi fenol dengan
kultur murni Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833 yang terlebih dahulu
diadaptasikan bertingkat pada konsentrasi komposisi nutrisi yang berbeda dan
dengan konsentrasi fenol sebesar 500 ppm. Analisa hasil degradasi ditentukkan
secara kolorimetri dengan menggunakan 4-aminoantipirin dan kalium ferrisianida
sebagai oksidator pada pH 10,2 untuk penentuan sisa fenol Diketahui bahwa untuk
kultur murni Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833 setelah diadaptasi tiga kali
selama sepuluh hari mampu mendegradasi fenol sebesar 495,88 ppm.
Industri yang
berkembang cepat, limbah rumah tangga yang semakin berlimpah ruah berakibat pencemaran dan dapat dipastikan
akan meningkat pula dari tahun ke tahun. Walaupun sejumlah usaha telah
dilakukan Pemerintah untuk mengatasi masalah ini, namun kesadaran masyarakat
yang masih rendah merupakan kendala utama, sehingga tidak berjalannya beberapa
program Pemerintah dalam penanggulangan limbah tersebut.
Fenol dan derivat-derivatnya merupakan polutan yang
sangat berbahaya di lingkungan karena bersifat racun dan sangat sulit
didegradasi oleh organisme pengurai 1. Fenol adalah senyawa kimia
yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi jaringan, kulit, mata dan
mengganggu pernapasan manusia. Nilai ambang batas senyawa fenol untuk baku mutu
air minum sebesar 0,001 ppm, mutu buangan air industri sebesar 0,3 ppm serta di
lingkungan para pekerja gas fenol adalah 0,3 ppm2. Fenol di alam
mengalami transformasi kimia, biokimia, dan fisika. Namun proses alami saja tidak cukup untuk menuntaskan
permasalahan yang timbul. Hal yang menimbulkan permasalahan harus segera
diatasi sehingga fenol dan derivat-derivatnya perlu ditiadakan atau dikurangi
sampai dengan nilai batas ambangnya. Manfaatnya adalah mencoba mengurangi
bahaya yang ditimbulkan oleh fenol, yaitu terbentuknya senyawa hasil degradasi
yang tidak membahayakan atau menimbulkan racun di alam
Penelitian biodegradasi ini
dilakukan pada skala laboratorium, yang difokuskan pada pemecahan komponen
tunggal dengan menggunakan kultur murni. Fenol merupakan racun protoplasmik
yang toksik terhadap segala jenis sel. Kadar fenol yang tinggi akan
mengendapkan protein, sedangkan kadar rendah akan mendenaturasi protein tanpa
koagulasi3. Biodegradasi fenol adalah terjadinya pengrusakkan cincin
aromatik oleh mikroba pada proses anaerobik dan aerobik4. Senyawa
aromatik baik secara total maupun sebagian dapat didegradasi oleh
mikroorganisme tergantung pada jumlah cincin dan jenis substituennya.
Reaksi-reaksi tersebut meliputi5 :
1.
infiltrasi kedalam sel, yaitu :
·
tidak ada resistensi dalam terhadap transportasi massa.
·
Biomassa terdistribusi serba sama melalui medium
2.
transformasi sisi rantai
3.
modifikasi pensubstitusi dan perubahan senyawa-senyawa
aromatik
MATERIAL DAN
METODA
Metoda
Pembuatan media pembiakan
Dilarutkan 2,5 g ekstrak daging, 1,25 g
ekstrak ragi (yeast), 1,25 g pepton, 0,4 g NaCl, 0,6 g glukosa dalam 100 mL air
destilasi, ditambahkan 2 g agar kemudian dipanaskan sehingga agar melarut,
selanjutnya disikan pada tabung reaksi sebanyak 3-5 mL, disumbat mulut tabung
reaksi dengan kapas yang sudah dibungkus dengan aluminium foil, disterilkan
dalam autoclave. Setelah sterilisasi
selesai, tabung reaksi tersebut diletakkan miring hampir horizontal, dan
dibiarkan dingin sampai mengental.
Peremajaan biakan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833
Biakan bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833 diperbanyak dengan cara memindahkan biakan
bakteri pada pembiakan agar miring yang baru. Pemindahan dilakukan dengan kawat
oce yang ujungnya sudah dipijarkan dulu dengan nyala api reduksi dari Bunsen
sampai pijar sedangkan bagian lainnya cukup dilewatkan pada api itu saja dan
sambil didinginkan. Mulut tabung reaksi
dipanaskan setelah sumbatnya dibuka. Ujung kawat oce disentuhkan pada koloni bakteri induk,
digesekkan pada media baru dari bawah keatas media. Setelah selesai inokulasi
mulut tabung reaksi tempat pertumbuhan baru dipanasi dan disumbat kembali.
Penentuan konsentrasi fenol
maksimum sebagai substrat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833
Ditentukan dengan melalui pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa didalam larutan
fenol dengan konsentrasi berturut-turut, 100 ppm,150 ppm, 200 ppm, 250 ppm 300
ppm, 350 ppm, 400 ppm, 450 ppm, 500 ppm, 550 ppm, 600 ppm, 650 ppm,
700 ppm, 750 ppm, 800 ppm,
850 ppm, 900 ppm dengan volume tiap tabung reaksi
15 mL. Inkubasi dilaksanakan
selama 36 jam. Kemudian masing-masing tabung reaksi dengan konsentrasi tersebut
diukur kekeruhannya dengan menggunakan spektronik 20 D pada panjang glombang
505 nm serta media pertumbuhan fenol tanpa Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833 sebagai blanko.
Didapatkan kekeruhan tertinggi yang merupakan konsentrasi maksimum dari fenol
pada pertumbuhan Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27833.
Pembuatan kurva pertumbuhan
Pembuatan kurva pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833, yaitu jumlah
massa sel yang ada dalam medium versus interval waktu tertentu. Disiapkan
nutrisi cair yang mengandung ekstrak ragi 1,25 g, ekstrak daging 2,5 g, pepton
1,25 g,
0,4 g NaCl, 0,6 glukosa
seperti pada pembuatan media biakan terdahulu pada gelas Erlenmeyer dengan
volume 300 mL, dan disterilisasi dengan
autoclave, ditambahkan larutan fenol pada nutrisi, yaitu dengan konsentrasi
fenol maksimum untuk pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833
tersebut. Kemudian diinokulasikan bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833, dan diambil 15
mL untuk turbiditas jam ke 0 (nol), kemudian diinkubasikan pada shaker.
Pengukuran dilaksanakan pada jam 2, 4, 6, dan 12 untuk mengetahui permulaan
fasa eksponensial, yang kemudian pengukuran dilakukan pada setiap 6 jam.
Perlakuan adaptasi bertingkat
Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27833
Dilakukan adaptasi Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833 sebanyak 4
tingkat media yang kandungan nutrisinya makin berkurang pada tiap tingkatan
sedangkan konsentrasi fenolnya tetap, dilakukan inkubasi. Kemudian Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833 hasil
adaptasi tingkat pertama diambil setelah 24 jam inkubasi. Pengambilan dilakukan
dengan alat suntik steril sebanyak 5 mL, yang kemudian diadaptasikan pada
medium ke 2, dilakukan inkubasi selama 24 jam. Hal yang sama dilakukan pula pada tahap ke 3, dan tahap ke 4.
Komposisi
tiap nutrisi yang diberikan untuk tiap tingkat dapat dilihat pada Tabel I
berikut:
Tabel I. Komposisi nutrisi tiap adaptasi
Adaptasi ke-
Komposisi
nutrisi
I II III
IV
Ekstrak ragi (yeast)
g 1,25 1,00 0,75 0,50
Ekstrak daging g 2,5 2,00 1,50 1,00
Pepton g 1,25 1,00 0,75 0,50
Glukosa g 0,60
0,50 0,40 0,30
NaCl g 0,4 0,3 0,2 0,10
Air mL 100 100 100 100
Fenol ppm 500 500 500 500
Pengukuran
kadar fenol sisa hasil degradasi dilaksanakan tiap 24 jam sekali selama 10
hari. Pengukuran dilaksanakan dengan metoda kolorimetri setelah pemisahan
biomassa dengan menggunakan sentrifuge kecepatan 3000 rpm. Tata cara kerja
pengukuran, yaitu dengan mengencerkan 1 mL cuplikan menjadi 100 mL, diberi 2,5
mL NH4OH 0,5 M, kemudian diaduk dengan pengaduk dan ditambahkan larutan
penyangga fosfat pH 6,8 sehingga pH larutan menjadi 10,2, kemudian ditambahkan
lagi 1 mL 4-aminoantipirin 2 % dan
kalium Ferrisianida 8 %, larutan akan berwarna merah, diaduk selama 15
menit, kemudian diukur, yaitu dibaca serapannya pada panjang gelombang yang
telah didapatkan. Hal yang sama dilakukan pada pengukuran pelarut blanko tanpa
senyawa fenol.
Dari
data percobaan ditemukan bahwa Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833 tumbuh
dengan baik dan dapat menyesuaikan diri pada konsentrasi fenol 500 ppm.
Pada
kurva pertumbuhan Pseudomonas aeruginosaATCC 27833 terlihat pada jam ke
0 sampai jam ke 4 sangat lambat petumbuhannya. Keadaan ini terjadi karena
adanya penyesuaian diri terhadap lingkungan dan disebut fasa lag. Pada fasa ini
reaksi antara enzim dan substrat akan terjadi setelah konformasi enzim sesuai
dengan substratnya.
Sumber : Setiabudi, I. 1995 9
Gambar 1. Kurva pertumbuhan Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27833
Kemudian dari kurva tersebut
terlihat bahwa Pseudomonas aeruginosaATCC 27833 mulai dapat menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan. Makin lama terlihat kecepatan pertumbuhan sel yang
sangat tinggi nampak pada inkubasi diantara 10 – 36 jam, yang diikuti dengan
konsumsi mikroba terhadap nutrien yang berakibat nutrisi pada medium jauh
berkurang, keadaan seperti ini disebut fasa logaritmik, yang merupakan suatu
garis lurus hasil antara ln x (massa sel) versus waktu (t). Selama pertumbuhan
cairan yang berisikan komponen kimia terus menerus dikonsumsi dan sintesis yang
dihasilkan adalah produk metabolisma yang terjadi serta berakibat lingkungan
menjadi kurang stabil. Pada saat waktu inkubasi 36 jam sampai dengan 45 jam
pertumbuhan sel-sel Pseudomonas aeruginosa ATCC 27833 menjadi tetap yang
berarti bahwa jumlah sel yang mati sama dengan jumlah sel yang berkembang biak.
Kemudian pada saat inkubasi mulai
dari 45 jam sampai dengan seterusnya terjadi penurunan pertumbuhan sel, karena
kekurangan konsumsi makanan sehingga terjadi penurunan aktifitas sel. Fasa ini
disebut fasa kematian. Oleh karena itu pemindahan inokulum Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27833 dilakukan pada jam ke 15 sampai dengan jam ke 30,
yaitu pada saat pertumbuhan maksimum.
Adaptasi Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27833 pada medium yang mengandung konsentrasi fenol 500 ppm
bertujuan untuk menginduksi enzim pendegradasi fenol tersebut. Enzim akan
menyesuaikan konfomasi, sehingga terjadi reaksi antara enzim dengan substrat
yang produknya diharapkan tidak berbahaya bagi lingkungan. Enzim-enzim tersebut
antara lain adalah monooksigenase, 2,3-dioksigenase, dan dehidrogenase yang
sangat berperan terhadap reaksi berikut6,7 :
Menurut Gibson, T.D. et al. (1990) dan Wackett, L.P. et al. (1988) bahwa hasil degradasi adalah
asam asetat. Asam asetat merupakan senyawa
yang sangat diperlukan karena akan bereaksi dengan CoA menjadi asetil CoA yang
selanjutnya masuk kedalam siklus krebs dan rantai pernapasan yang akhirnya
terbentuk energi yang diperlukan untuk aktifitas hidup seperti perkembang
biakan, pertumbuhan, gerakan dan sebagainya. Sehingga jelas bahwa hasil
biodegradasi fenol adalah senyawa yang tidak beracun dan tidak membahayakan
lingkungan.
Sebelum analisa kadar
fenol dilakukan maka terlebih dahulu harus ditentukan panjang gelombang pada
serapan maksimum untuk menganalisa fenol. Dari hasil yang diperoleh didapatkan
sebesar 505 nm. Kemudian panjang gelombang pada serapan maksimum 505 nm
digunakan untuk membuat kurva standar fenol dan ditemukan persamaan garis
lurus:
Y = 1,345x10-3 X + 3,830x10-2
dengan sumbu ordinat adalah absorbansi dan sumbu absis adalah konsentrasi fenol.
Kurva standar fenol yang telah dibuat dari konsentrasi-konsentrasi tertentu yang telah diketahui versus absorbansi, yang akan digunakan untuk menghitung sisa fenol dari hasil yang telah didegradasi.
Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27833 yang telah mengalami adapasi sebanyak 3 x sampai
dengan hari kesepuluh masih tersisa fenol sebanyak 4,12 ppm. Berarti kalau
percobaan ini mau diterapkan ke lapangan, sangat jauh dari hasil yang
diharapkan mengingat nilai batas ambang yang diperbolehkan. Oleh karena itu
disarankan untuk dicobakan pada strain lain dari Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27833 atau dengan menggunakan perhitungan yang dinyatakan oleh Uden
(1986), yang merupakan modifikasi persamaan Monod dengan memperhatikan :
· pengaruh kecepatan pengaturan spesifik
· faktor hasil maksimum
·
transportasi
substrat kedalam sel
Persamaannya adalah sebagai berikut 8 :
m = {Ym km S/(Ks + S)}- b
m = kenaikkan massa bakteri persatuan substrat yang
dikonsumsi untuk energi
km = kecepatan pada saat substrat dikonsumsi untuk
energi persatuan massa bakteri
S
= konsentrasi substrat pada
batas kecepatan
pertumbuhan
Ks = koefisien yang
menyatakan bahwa pada saat
substrat mempunyai konsentrasi tertentu
maka kecepatan pertumbuhannya ½x
kecepatan maksimum
b = koefisien yang menyatakan peluruhan sel
= kecepatan pemeliharaan spesifik terhadap
penurunan massa mikroba melalui respirasi
endogen, kematian dan lisis
Dengan menggunakan perhitungan ini didapatkan hasil yang lebih teliti dan mendekati keadaan yang sesungguhnya.
1. Molin,Goran and Nilson, I. 1985. Degradation of Phenol by Pseudomonas Putida
ATCC 11172 In Continuous Culture at Different Ratios of Biofilm surface to Culture Volume. Applied and Environment Microbiology. 946-950, American Society for Microbiology.
2. Anonymous, 1990. Lampiran Peraturan
peraturan Pemerintah R I Nomor 20. Daftar
Kriteria Kualitas Air
Golongan A.
3. Ketchum, A.P.1988. Microbiology,Concept and Application, John A Wiley and Sons,
Inc., NY.
4. Wouter, A.D. et al. 1994, Competition in
Chemostat Culture between Pseudomonas
strain That Use Differet
Pathway for the Degradation of Toluene. Applied and
Environment Microbiology. 2858-2863. American Society for Microbiology.
5. UTCHEM BIODEGRADATION MODEL DESCRIPTION AND CAPABILITIES
http://www.ce.utexas.edu/prof/mckinney/papers/UTCHEM_BIO/UTCHEM_Bio.html.2000
6. Gibson, T.D. 1990 Microbial Transformation of Aromatic Pollutant Proceeding
International of Microbiology, Pergamon Press, NY.
7. Wackett,L.P. and David T.Gibson.1988 Degradation
of Trichloroethylene by
Toluene deoxygenase in Whole-Cell Studies with Pseudomonas putida F1. Applied and Environment Microbiology. 1703-1705. American Society for Microbiology.
8. Bailey, James E. and David F. Ollis. 1986. Biochemical Engineering Fundametals.
Second Edition. McGraw-Hill International Edition. NY.
9. Setabudi, I., 1995, Degradasi
Fenol oleh Pseudomonas aeroginosa dan Pseudomonas
spp, Jurusan KIMIA, FMIPA ITS, Tidak dipublikasikan