© 2001 Kelompok 2 TKL / E Posted: 22 Nov. 2001 [rudyct]
Makalah Falsafah Sains (PPs
702)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
November 2001
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
(Penanggung Jawab)
PERANAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PELABUHANRATU (PPNP) DALAM
MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERIKANAN
Oleh:
Kiagus Abdul Aziz C5260; Rientje Victor Kawengian C5260;
Djoko Kusyanto C5260 dan Bustami
Mahyuddin C526010164
Program
Studi Teknologi Kelautan (TKL)
1.1. Latar Belakang
Semula
nelayan mendaratkan kapal dan hasil tangkapannya berupa ikan disepanjang pantai
yang terlindung dari hantaman gelombang, di teluk-teluk yang sempit dan
terlindung, di selat-selat yang sempit dan tenang, dan di muara-muara sungai
dekat pemukiman mereka. Kondisi ini tidak bertahan lama karena kapal yang
mereka miliki cepat rusak, tidak aman, hasil ikan yang mereka peroleh mutunya
tidak terjaga, ikan yang terjual harganya tergantung kepada harga yang
ditetapkan pembeli dan mereka merasakan bahwa tidak ada persatuan diantara
mereka. Sehingga mereka membutuhkan tempat khusus untuk pendaratan yang disebut
Pelabuhan Perikanan. Pembangunan pelabuhan perikanan yakni terdiri dari
bangunan darat dan bangunan laut memerlukan biaya pembangunan yang cukup mahal
dan kondisi ini tidak memungkinkan nelayan biasa untuk membangun pelabuhan
perikanan. Kalaupun ada nelayan yang membangun
pelabuhan perikanan bentuknya sangat sederhana seperti tangkahan (di
Sumatera Utara).
Berdasarkan
UU No 9 tahun 1985 pada pasal 18 menyebutkan bahwa Pemerintah berkewajiban
untuk membangun dan membina prasarana perikanan (pelabuhan perikanan dan
saluran irigasi tambak). Pemerintah sejak Pelita II telah membangun pelabuhan
perikanan sampai sekarang berjumlah 594 buah pelabuhan perikanan yang terdiri
dari 33 buah pelabuhan perikanan dan
561 buah pangkalan pendaratan ikan , dalam hal ini termasuk pembangunan
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu.
Penetapan lokasi
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu yang berada di kota Pelabuhanratu
pada posisi 7o LS dan 106,8o BB dengan pertimbangan
bahwa:
(1) Lokasi ini
menghadap Samudera Hindia yang merupakan
daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang paling dekat dari
Pelabuhanratu dan kondisi potensi ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang
masih cukup potensial untuk dieksploitasi,
(2) Lokasi ini sudah
sejak lama menjadi tempat pendaratan kapal nelayan setempat dan merupakan
perkampungan nelayan,
(3) Dekat dengan
daerah pemasaran Jakarta dan Bandung, kalau ditempuh melalui jalan darat hanya
memerlukan waktu 3-4 jam dan melalui rantai dingin, ikan dapat diekspor melalui
Jakarta.
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu
telah mengikuti kaedah proses pembangunan yakni survey, identification, design,
construction, operation and maintenance (SIDCOM). Studi kelayakan dan
penyusunan master plan telah dilakukan oleh konsultan Rogge Marine Enginering Consultant
GmBh (Jerman) , desain rancang bangun pembangunan tahap I telah dilakukan oleh
Konsultan PT Tri Patra dan pembangunan fisiknya dilakukan oleh kontraktor PT.
Pembangunan Perumahan dan selesai serta telah diresmikan operasionalnya oleh
Presiden RI tanggal 18 Pebruari 1993.
Selama
kurun waktu operasionalnya sampai sekarang, Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuhanratu telah berfungsi baik. Segenap fasilitas yang ada telah
difungsikan dan telah dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas kapal melaut, pemasaran
ikan, penanganan, pengolahan dan pembinaan mutu ikan, pengumpulan data
statistik perikanan, pengendalian dan pengawasan kapal ikan, penyampaian
informasi perikanan kepada nelayan, pengembangan masyarakat nelayan,
pengembangan wisata bahari, dan pembinaan masyarakat pantai. Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu tetap merupakan unit pelaksana teknis
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Walaupun
pelabuhan ini telah berfungsi baik, namun banyak kendala dan hambatan yang
ditemui didalam operasionalnya. Masalah pokoknya adalah layanan yang diberikan
belum optimal karena kondisi fasilitas yang ada sudah tidak mampu menampung
jumlah dan aktivitas kapal perikanan yang ada. Sehingga untuk melayani
kapal-kapal yang ada dan kapal-kapal yang akan berpangkalan di pelabuhan ini,
maka perlu diupayakan pengembangannya. Dengan adanya pengembangan pelabuhan ini
maka aktivitas perikanan di wilayah ini akan meningkat pula.
Sampai sejauh mana kontribusi dan peranan pelabuhan
perikanan ini didalam mendukung pembangunan perikanan perlu diungkap secara
jelas didalam makalah ini.
1.2. Identifikasi Masalah
Fungsi
pokok Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu adalah sebagai prasarana
pendukung aktivitas nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut,
penanganan dan pengolahan hasil ikan tangkapan, dan pemasaran serta sebagai
tempat untuk melakukan pengawasan kapal ikan. Berdasarkan fungsi itu maka
tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
oleh pelabuhan ini adalah dengan pelayanan yang diberikan diharapkan produktivitas
kapal dan pendapatan nelayan meningkat.
Berbagai kendala dan
hambatan yang dihadapi Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu dalam
operasionalnya adalah:
a. Kondisi
kapasitas fasilitas yang ada
Kolam pelabuhan seluas 3 Ha
dengan kedalaman bervariasi dari -2m, -2,5 m dan -3 m tidak mampu lagi
menampung jumlah kapal sebanyak 416 unit (dari ukuran 5 - 38 GT) yang seharusnya daya muat kolam hanya
125 buah kapal (ukuran 5 - 100 GT). Hal ini terjadi karena perencanaan awalnya
kurang memperhitungkan perkembangan aktivitas kapal penangkapan ikan yang akan
mendarat di Pelabuhan ini. Bahwa kapal penangkap ikan tidak saja berasal dari
Pelabuhanratu tetapi juga berasal dari luar Pelabuhanratu seperti dari Jakarta,
Cilacap, Lampung, dan dari 6 pangkalan pendaratan ikan lainnya di Sukabumi
yakni Cisolok, Cibangban, Mina Jaya, Ujung Genteng, Ciwaru,dan Loji. Selain itu terjadi pendangkalan di
kolam akibat masuknya sedimen dari sungai yang sering meluap pada saat banjir
dan sedimen yang masuk dari mulut kolam.
Terbatas areal yang ada yakni
kondisi saat ini dengan luas areal 10 Ha (termasuk luas kolam 3 ha) tidak dapat
mengakomodir minat investor untuk membuka industri perikanan di pelabuhan.
Tanah bekas air strip dibagian Selatan yang telah diperuntukkan bagi
pengembangan pelabuhan ini belum dilakukan pembebasannya karena terbatasnya
dana.
b. Kondisi
pengelolaannya.
Sebagai unit pelaksana teknis
Departemen Kelautan dan Perikanan banyak aturan kepelabuhanan perikanan yang
belum disiapkan. Peraturan Pemerintah tentang Pelabuhan Perikanan sebagai
penjabaran dari UU No 9/1985 belum ada. Sehingga didalam pembangunan dan
operasionalnya mengacu kepada aturan dari Menteri Perhubungan seperti SK Menhub
No KM 35/AL.106/PHB-85 , UU No 21/1992 tentang pelayaran, PP 70/1996 tentang
kepelabuhanan.
Selain itu banyak SK Menteri
Pertanian untuk operasional pelabuhan perikanan yang sudah tidak sesuai dengan kondisi lapangan seperti SK
Menteri Pertanian No 613/1983 tentang tarif.
Pelaksanaan pelelangan ikan
diatur oleh Perda No 10 dan Perda No 11 yang dikeluarkan oleh Propinsi Jawa
Barat, yang menetapkan bahwa penyelenggara lelang adalah KUD Mina setempat.
Dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan yakni proses lelang tidak dapat
dilaksanakan sesuai aturan (retribusi sebesar 5 % tetap diambil). Kondisi ini disebabkan oleh manajemen KUD Mina tidak
sehat.
Kondisi diatas menyebabkan kinerja pelabuhan tidak sesuai
yang diharapkan.
c. Kondisi nelayan
Nelayan belum optimal
memanfaatkan fasilitas pelabuhan karena sikap nelayan yang belum mematuhi tata
tertib yang ada.
1.3. Perumusan Masalah
Dari
kendala dan hambatan diatas dapat dirmuskan permasalahannya adalah:
a. Seberapa besarkah kontribusi Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pelabuhanratu terhadap pembangunan perikanan.
b. Bagaimana upaya meningkatkan kontribusi Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu terhadap pembangunan perikanan.
1.4. Tinjauan Epistemologi
Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian kasus dan penelitian lapangan yang
bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang kontribusi Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu terhadap pembangunan perikanan.
(1) Metode
Pengumpulan data
Metode
pengumpulan data yang dilaksanakan adalah dengan cara survey di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu melalui pengumpulan data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian
dan wawancara terhadap responden melalui pengisian daftar pertanyaan. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan lembaga setempat yang
berkaitan dengan bidang perikanan serta disertai dengan studi literatur.
(2) Metode
Analisa Data
Analisis
data akan dilakukan secara deskriptif terhadap operasional Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pelabuhanratu berupa pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang dimilikinya
dan pelayanan yang telah diupayakannya. Selain itu untuk melihat kontribusi
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu terhadap kegiatan masyarakat
perikanan dapat menggunakan variabel sebagai berikut :
1. Jumlah dan Nilai Produksi Perikanan;
Untuk
melihat kontribusi dari variabel tersebut dapat menggunakan pendekatan Indeks
Relatif Nilai Produksi (I) dengan formulasi sebagai berikut :
Keterangan
:
Np = Nilai produksi perikanan di Pelabuhan Perikanan
Pelabuhanratu
Nt = Nilai produksi perikanan di Kabupaten Sukabumi
Qp = Jumlah produksi perikanan di Pelabuhan
Perikanan Pelabuhanratu
Qt = Jumlah produksi perikanan di Kabupaten Sukabumi
Data
produksi perikanan yang akan dianalisis adalah selama 6 periode (1995-2000)
dari masing-masing tempat untuk periode yang sama. Indek ini akan menjelaskan
perbandingan produksi perikanan relatif dari Pelabuhan Perikanan Pelabuhanratu
dengan produksi perikanan relatif dari Kabupaten Sukabumi yang mana apabila :
I = 1 ; produksi perikanan relatif dari
Pelabuhan Perikanan Pelabuhanratu dengan produksi perikanan relatif dari
Kabupaten Sukabumi sama baiknya. Ini artinya bahwa kualitas pemasaran ikan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu sama baiknya dengan kualitas
pemasaran ikan di Kabupaten Sukabumi.
I > 1 ; produksi perikanan relatif dari
Pelabuhan Perikanan Pelabuhanratu lebih baik apabila dibandingkan dengan
produksi perikanan relatif dari Kabupaten Sukabumi. Arinya adalah kualitas
pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu pun lebih baik
daripada kualitas pemasaran ikan di Kabupaten Sukabumi.
I < 1 ; produksi perikanan relatif dari Pelabuhan
Perikanan Pelabuhanratu lebih jelek apabila dibandingkan dengan produksi
perikanan relatif dari Kabupaten Sukabumi. Yang berarti bahwa kualitas pemasaran ikan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu kurang baik dibandingkan dengan kualitas
pemasaran ikan di Kabupaten Sukabumi.
2. Jumlah Armada Perikanan;
Pendekatan yang dapat digunakan untuk
melihat kontribusi dari variabel ini dengan formulasi produktivitas kapal. Formulasi untuk memprediksi produktivitas kapal tersebut
mempergunakan model schaefer yaitu sebagai berikut :
CPUE = a - b.F
Fopt = a/2b
MSY = a2/4b
Keterangan :
CPUE = Catch Per
Unit Effort (produktivitas kapal)
a & b =
Konstanta (intersep & slope)
F = Upaya
penangkapan total
MSY = Tingkat
upaya penangkapan tertinggi
3. Pendapatan Nelayan
Peningkatan pendapatan nelayan
yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan dengan fishing base-nya Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu merupakan salah satu sasaran pemerintah yang ingin
dicapai. Adapun untuk melihat kontribusinya dapat menggunakan pendekatan metode
Location Quotient (LQ), yaitu sebagai
berikut :
Di mana;
vi = Pendapatan (PDRB) sub sektor perikanan
Kabupaten Sukabumi
vt = Pendapatan (PDRB) sub sektor perikanan
Propinsi Jawa Barat
Vi = Pendapatan (PDRB) seluruh sektor
Kabupaten Sukabumi
Vt = Pendapatan
(PDRB) seluruh sektor Propinsi Jawa Barat
Apabila nilai
LQ ≥ 1 ; maka sektor perikanan tersebut
merupakan sektor basis
LQ < 1 ; maka sektor perikanan tersebut merupakan sektor non-basis
4. Kontribusi Lain
Selain itu
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu pun telah memberikan kontribusi
lain yang mengakibatkan perubahan penyerapan tenaga kerja (nelayan) di
Pelabuhanratu, perkembangan penyebaran pemasaran ikan, perubahan komposisi
armada penangkapan perikanan, perkembangan penggunaan logistik kapal perikanan
serta penyebaran informasi peta fishing ground dari data satelit. Untuk melihat
aktivitas tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabulasi, fluktuasi dan
deskripsinya.
II. DISKRIPSI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
PELABUHANRATU
Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu direncanakan untuk melayani kapal-kapal
perikanan yang berukuran lebih dari 60 GT yang beroperasi di perairan Nusantara
dan Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Sedangkan PPN Pelabuhanratu
memiliki sarana pemasaran dan distribusi ikan berupa TPI dan pasar ikan dan
areal industri untuk menampung kegiatan pengepakan dan pengolahan ikan.
Kebutuhan fasilitas bagi PPN Pelabuhanratu disesuaikan dengan pola kegiatan
operasional pelabuhan perikanan yang mencakup:
1. Kegiatan operasional di laut, meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. Penangkapan ikan di
laut (fishing ground),
b. Pendaratan di dermaga bongkar (landing),
c. Pelayanan di dermaga muat (servicing),
d. Perawatan dan perbaikan (maintenance and repairs),
e. Tembat labuh dan istirahat (berthing).
2. Kegiatan operasional di darat, meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. Pelelangan (auctioning),
b. Penyortiran dan pengepakan (sorting & packing),
c. Pengolahan (processing),
d. Pengangkutan (transportation),
e. Pemasaran (marketing)
Berdasarkan
pola kegiatan operasional pelabuhan perikanan, maka fasilitas di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Fasilitas Pokok
Merupakan
fasilitas pokok yang harus ada dan berfungsi untuk melindungi pelabuhan ini
dari gangguan alam, tempat membongkar ikan hasil tangkapan dan memuat
perbekalan, serta tempat tambat labuh kapal-kapal penangkap ikan. Fasilitas pokok ini
meliputi:
a. Dermaga sepanjang 500 m, terdiri dari
dermaga tambat kapal-kapal 5-20 GT sepanjang 120 m, kapal 20-30 GT sepanjang 90
m dan kapal 30 -100 GT sepanjang 100 m. Dermaga bongkar ikan sepanjang 93 m dan
dermaga servicing 106 m.
b. Kolam 3 Ha dengan variasi kedalaman -3 m,
-2,5 m dan -2m.
c. Penahan
gelombang bagian barat 294 m dan bagian utara 125 m.
d. Jaringan drainase,
e. Rambu navigasi.
2. Fasilitas Fungsional
Fasilitas yang berfungsi untuk memberikan
pelayanan dan manfaat langsung yang diperlukan untuk kegiatan operasional suatu
pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional ini terdiri dari:
Ø Fasilitas pemasaran
dan distribusi hasil perikanan: Tempat pelelangan ikan, pasar ikan, gudang
keranjang.
Ø
Fasilitas perbekalan:
tangki BBM dan dispenser dan tangki air.
Ø
Fasilitas
pemeliharaan/perbaikan: gedung utility, tempat perbaikan jaring,
dok/galangan kapal,
Ø
Fasilitas pengolahan:
cold storage.
Ø
Kantor, Balai pertemuan
nelayan, instalasi listrik, sarana komunikasi radio SSB/all band, telepon, fax
dan internet, gardu jaga WC umum.
3. Fasilitas
Penunjang
Merupakan
fasilitas tambahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelabuhan
perikanan. Fasilitas penunjang terdiri dari: perumahan, wisma tamu, tempat
ibadah, kantin, pertokoan, sarana kebersihan.
Sebagai acuan PPN Pelabuhanratu dalam melakukan upaya
peningkatan perekonomian masyarakat dalam bidang perikanan di Pelabuhanratu
adalah penjelasan Undang-undang Nomor: 9 Tahun 1985 tentang perikanan pasal 18,
mengenai fungsi dan peranan pelabuhan perikanan yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Pusat pengembangan
masyarakat nelayan;
Sebagai sentra kegiatan
masyarakat nelayan Pelabuhan Perikanan diarahkan dapat mengakomodir kegiatan
nelayan baik nelayan berdomisili maupun nelayan pendatang.
b. Tempat berlabuh kapal
perikanan;
Pelabuhan
Perikanan yang dibangun sebagai tempat berlabuh (landing) dan
tambat/merapat (mouring) kapal-kapal perikanan, berlabuh/merapatnya
kapal perikanan tersebut dapat melakukan berbagai kegiatan misalnya untuk
mendaratkan ikan (unloading), memuat perbekalan (loading), istirahat
(berthing), perbaikan apung (floating repair) dan naik dock (docking).
Sehingga sarana atau fasilitas pokok pelabuhan perikanan seperti dermaga
bongkar, dermaga muat, dock/slipway menjadi kebutuhan utama untuk
mendukung aktivitas berlabuhnya kapal perikanan tersebut.
c. Tempat pendaratan
ikan hasil tangkapan;
Sebagai
tempat pendaratan ikan hasil tangkap (unloading activities) Pelabuhan Perikanan
selain memiliki fasilitas dermaga bongkar dan lantai dermaga (apron )
yang cukup memadai, untuk menjamin penanganan ikan (fish handling) yang baik dan
bersih didukung pula oleh sarana/fasilitas sanitasi dan wadah pengangkat ikan.
d. Tempat
untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan;
Pelabuhan Perikanan dipersiapkan untuk
mengakomodir kegiatan kapal perikanan, baik kapal perikanan tradisional maupun
kapal motor besar untuk kepentingan pengurusan administrasi persiapan ke laut
dan bongkar ikan, pemasaran/-pelelangan dan pengolahan ikan hasil tangkap.
e. Pusat penanganan dan
pengolahan mutu hasil perikanan;
Prinsip
penanganan dan pengolahan produk hasil perikanan adalah bersih, cepat dan
dingin (clean, quick and cold). Untuk memenuhi prinsip tersebut setiap
Pelabuhan Perikanan harus melengkapi fasilitas–fasilitasnya seperti fasilitas
penyimpanan (cold storage) dan sarana/fasilitas sanitasi dan hygene, yang
berada di kawasan Industri dalam lingkungan kerja Pelabuhan Perikanan.
f. Pusat pemasaran dan
distribusi ikan hasil tangkapan;
Dalam
menjalankan fungsi, Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dilengkapi
dengan tempat pelelangan ikan (TPI), pasar ikan (Fish Market) untuk
menampung dan mendistribusikan hasil penangkapan baik yang dibawa melalui laut
maupun jalan darat.
g. Pusat pelaksanaan
pembinaan mutu hasil perikanan;
pengendalian
mutu hasil perikanan dimulai pada saat penangkapan sampai kedatangan konsumen.
Pelabuhan Perikanan sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap selayaknya
dilengkapai unit pengawasan mutu hasil perikanan seperti laboratorium pembinaan
dan pengujian mutu hasil perikanan (LPPMHP) dan perangkat pendukungnya, agar
nelayan dalam melaksanakan kegiatannya lebih terarah dan terkontrol mutu produk
yang dihasilkan.
h. Pusat penyuluhan dan
pengumpulan data;
Untuk
meningkatkan produktivitas, nelayan memerlukan bimbingan melalui penyuluhan
baik secara tehnis penangkapan maupun management usaha yang efektif dan
efisien, sebaliknya untuk membuat langkah kebijaksanaan dalam pembinaan
masyarakat nelayan dan pemanfaatan sumberdaya ikan selain data primer melalui
penelitian data sekunder diperlukan untuk itu, maka untuk kebutuhan tersebut
dalam kawasan Pelabuhan Perikanan merupakan tempat terdapat unit kerja yang
bertugas melakukan penyuluhan dan pengumpulan data.
i. Pusat pengawasan
penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan;
Pelabuhan
Perikanan sebagai basis pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan
sumberdaya ikan. Kegiatan pengawasan tersebut dilakukan dengan pemeriksaan
spesifikasi teknis alat tangkap dan kapal perikanan, ABK, dokumen kapal ikan
dan hasil tangkapan. Sedangkan kegiatan pengawasan dilaut, Pelabuhan Perikanan
dapat dilengkapi dengan pos/pangkalan bagi para petugas pengawas yang akan
melakukan pengawasan dilaut.
Menurut
Damaredjo (1981) untuk mendukung peranan pelabuhan perikanan tersebut dalam
operasionalnya diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat :
a. Memperlancar kegiatan produksi dan pemasaran hasil
tangkapan
b. Menimbulkan rasa aman bagi nelayan terhadap gangguan alam
dan manusia
c. Mempermudah pembinaan serta menunjang pengorganisasian
usaha nelayan dalam unit ekonomi
Kompleksitas
pemasaran produk ikan yang dihasilkan dari upaya penangkapan sumberdaya ikan di
Perairan Pelabuhanratu akan membuat nilai jual yang diperoleh produsen
(nelayan) dan konsumen akhir sangat jauh berbeda. Kesenjangan ini akan menimbul
dampak negatif yang kurang baik bagi perkembangan perkonomian pada bidang
perikanan. Agar hasil pemanfaatan sumberdaya ikan oleh nelayan ini baik maka
pelabuhan perikanan harus dapat dikembangkan fungsinya dari service centre
menjadi marketing centre. Keberhasilan pengembangan ini akan melahirkan
suatu mata rantai pemasaran (market channel) yang teguh dan menciptakan
growth centre di Pelabuhanratu dalam menghadapi dan mengantisipasi perdagangan
bebas yang bakal diterapkan di Indonesia yang pada akhirnya mempengaruhi
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat khususnya nelayan.
III. SASARAN
PEMBANGUNAN
Seperti
yang telah disinggung sebelumnya, bahwa telah secara kronologis telah dilakukan
kegiatan study di PPN Pelabuhanratu yang bertujuan untuk pengembangan PPN
Pelabuhanratu menjadi pelabuhan yang bersifat lebih modern yakni menjadi
Pelabuhan Perikanan Samudera. Hal tersebut sesuai dengan misi dan visi PPN
Pelabuhanratu yaitu visi PPN Pelabuhanratu dalam pengelolaan pelabuhan adalah
menjadikan PPN Pelabuhanratu sebagai pusat pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat perikanan yang berorientasi ekspor, berwawasan lingkungan dan
bernuansa wisata bahari. Sedangkan misi PPN Pelabuhanratu adalah :
a.
Mengoptimalkan pemanfaatan
potensi sumberdaya ikan di Zona Eksklusif Ekonomi.
b.
Pengelolaan sarana dan
prasarana pelabuhan perikanan secara efisien dan efektif dengan nuansa wisata
bahari.
c.
Memberikan kesempatan
berusaha yang sama dan terarah serta iklim usaha yang kondusif.
d.
Pengawasan dan pengendalian
sumberdaya ikan yang ketat.
Dengan
misi dan visi PPN Pelabuhanratu diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah
dengan adanya pelayanan yang diberikan oleh PPN Pelabuhanratu diharapkan
terjadinya peningkatan peranan atau kontribusinya terhadap pembangunan
perikanan.
Sasaran
pembangunan pelabuhan perikanan adalah
(1) Meningkatnya
produktivitas kapal,
(2) Meningkatnya
pendapatan nelayan,
(3) Kontribusi
pemasaran ikan semakin berkualitas.
IV. KONTRIBUSI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
PELABUHANRATU
Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu sejak operasional sebagai penyedia fasilitas
pelabuhan telah memberikan berbagai pelayanan kepada nelayan dalam menjalankan
aktivitas penangkapan ikan. Manfaat (Outcome) dari kegiatan tersebut telah
banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat perikanan.
Dengan
mempergunakan data yang ada yaitu data perikanan berupa jumlah produksi yang
didaratkan, jumlah armada perikanan yang beroperasional dan pendapatan nelayan
di Pelabuhanratu dapat diperoleh gambaran mengenai kontribusi Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu adalah sebagai berikut :
1. Jumlah dan Nilai Produksi Perikanan
Untuk
melihat kontribusi dari variabel tersebut dapat menggunakan pendekatan Indeks
Relatif Nilai Produksi (I) dengan formulasi sebagai berikut :
Tabel 1. Kondisi Indeks Relatif Nilai Produksi di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu Tahun 1995-2000
|
PPN
PELABUHANRATU |
KAB.
SUKABUMI |
|
|
||
TAHUN |
PRODUKSI (TON) |
NILAI
(RP) |
PRODUKSI (TON) |
NILAI
(RP) |
Nilai
( I ) |
FLUKTU-ASI
|
1 9
9 5 |
3.521,75 |
12.273.827.013 |
7.742,60 |
26.479.692.000 |
1,02 |
- |
1 9
9 6 |
3.386,38 |
11.572.500.701 |
8.543,40 |
29.218.428.000 |
1,00 |
-1,94% |
1 9
9 7 |
4.134,87 |
12.473.374.534 |
10.497,46 |
34.011.770.000 |
0,93 |
-6,82% |
1 9
9 8 |
2.381,97 |
12.826.537.199 |
8.692,65 |
29.728.863.000 |
1,57 |
69,11% |
1 9
9 9 |
2.765,50 |
19.678.882.762 |
10.460,40 |
35.777.865.000 |
2,08 |
32,13% |
2 0
0 0 |
2.515,01 |
12.713.421.300 |
4.353,00 |
21.791.572.500 |
1,01 |
-51,46% |
RATA-2 |
3.156.120 |
13.589.757.251 |
8.381,59 |
29.501.365.083 |
1,27 |
8,20% |
Sumber : PPNP dan Dinas Perikanan
Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan
tabel tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa secara umum Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pelabuhanratu memiliki kualitas pemasaran yang cukup baik bagi
wilayah Kabupaten Sukabumi yaitu memiliki rata-rata Indeks Relatif Nilai
Produksi (I) sebesar 1,27 ( I > 1 ) dan rata-rata meningkat sebesar 8,2% per
tahun. Hal tersebut berarti bahwa Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu
telah memberikan kontribusi yang baik terhadap aktivitas pemasaran ikan di
Pelabuhanratu khususnya dan Kabupaten Sukabumi umumnya. Pada akhirnya akan
berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat perikanan.
2. Jumlah Armada Perikanan;
Untuk
memperoleh gambaran produktivitas kapal perikanan yang dipergunakan oleh nelayan
di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Produktivitas
kapal penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu
TAHUN |
PRODUKSI (KG) |
UPAYA (UNIT) |
PRODUKTIVITAS |
FLUKTU-ASI |
1993*) |
3.118.782 |
420 |
7.425,67 |
- |
1994 |
3.424.725 |
445 |
7.696,01 |
3,64% |
1995 |
3.521.745 |
461 |
7.639.36 |
-0,74% |
1996 |
3.386.376 |
488 |
6.939,30 |
-9,16% |
1997 |
4.134.871 |
406 |
10.184,41 |
46,76% |
1998 |
2.381.967 |
421 |
5.657,88 |
-44,45% |
1999 |
2.765.495 |
459 |
6.025,04 |
6,49% |
2000 |
2.515.002 |
416 |
6.045,68 |
0,34% |
RATA-RATA |
3.156.120 |
440 |
7.139,14 |
0,36% |
Intersep (a) |
14.238,46 |
|||
Slope (b) |
-16,27 |
|||
Fopt (a/2b) |
438 |
|||
MSY (a2/4b) |
3.115.749,67 |
|||
Koef. Kor (r) |
-0,3066 |
Keterangan : *) data mulai bulan Maret 1993
Sumber : PPNP
Berdasarkan
tabel tersebut diperoleh informasi bahwa dilihat aspek produkstivitas kapal
perikanan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu, secara umum mengalami
peningkatan sebesar 0,36% per tahun dan secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut :
CPUE = 14.238,46 - 16,27 F
Hal ini
berarti bahwa kontribusi Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu terhadap
produktivitas kapal perikanan cukup baik. Oleh karena itu diperlukan perhatian
yang serius dari pihak pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengembangkan
Kota Pelabuhanratu sebagai pusat pertumbuhan perekonomian pada bidang perikanan
tangkap di Kabupaten Sukabumi. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara ke arah pelabuhan modern (Pelabuhan
Perikanan Samudera).
3. Pendapatan Nelayan
Sehubungan
kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi umumnya terpusat di Pelabuhanratu
dimana salah satunya adalah berada di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuhanratu, maka PPN Pelabuhanratu merupakan salah satu barometer kemajuan
pembangunan pada sub sector perikanan di Kabupaten Sukabumi.
Dengan
menggunakan formulasi Location Quotion (LQ) maka dapat diperoleh gambaran bahwa
PPN Pelabuhanratu memberikan kontribusi seperti tertera pada Tabel 3 di bawah
ini .
Tabel 3. Analisis Location Quotion (LQ)
dengan indicator PDRB harga konstan (dalam jutaan rupiah)
Tahun |
vi |
Vt |
Vi |
Vt |
LQ |
1996 |
20,945 |
50,617 |
500,091 |
1,595,350 |
1.32 |
1997 |
24,125 |
53,835 |
550,275 |
1,803,501 |
1.47 |
1998 |
23,645 |
48,457 |
485,342 |
1,735,014 |
1.74 |
1999 |
25,490 |
53,900 |
560,246 |
2,016,892 |
1.70 |
2000 |
27,961 |
55,250 |
600,345 |
2,146,875 |
1.81 |
Sumber : BPS
Dari tabel tersebut menunjukkan
bahwa sektor perikanan merupakan basis ekonomi bagi Kabupaten Sukabumi
4. Kontribusi Lain
Jenis
armada penangkapan ikan yang dioperasionalkan di PPN Pelabuhanratu adalah jenis
Kapal Motor ( <10 GT - >30 GT ) dan Jenis Perahu Motor Tempel dengan alat
tangkap rampus, pancing, payang, gill net, bagan, rawai dan purse seine.
Realisasi Operasional Jumlah Perahu Motor Tempel dan Kapal Motor yang
beroperasional disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Realisasi jumlah
motor tempel dan kapal motor setelah PPN Pelabuhanratu dioperasionalkan tahun
1993 - 2000
|
|
JENIS KAPAL/PERAHU PERIKANAN
(UNIT) |
|
|
||||
NO |
TAHUN |
MOTOR |
KAPAL MOTOR (GT) |
JUMLAH |
FLUKTUASI |
|||
|
|
TEMPEL |
<
10 |
11-20
|
21-30
|
>
30 |
(UNIT) |
|
1 |
1993 |
342 |
42 |
9 |
14 |
13 |
420 |
- |
2 |
1994 |
344 |
40 |
23 |
22 |
16 |
445 |
5.95% |
3 |
1995 |
352 |
37 |
40 |
17 |
15 |
461 |
3.60% |
4 |
1996 |
365 |
51 |
30 |
30 |
12 |
488 |
5.86% |
5 |
1997 |
290 |
60 |
30 |
14 |
12 |
406 |
-16.80% |
6 |
1998 |
275 |
112 |
13 |
12 |
9 |
421 |
3.69% |
7 |
1999 |
278 |
145 |
13 |
12 |
11 |
459 |
9.03% |
8 |
2000 |
235 |
147 |
11 |
12 |
11 |
416 |
-9.37% |
RATA
- RATA KENAIKAN |
0.28% |
Sumber : PPNP
Dari Tabel 4 tersebut terlihat jumlah armada yang
beroperasional didominasi oleh jenis Motor Tempel dengan jumlahnya yang
cenderung menurun. Namun secara umum mengalami peningkatan sebesar 0,28% per tahun.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh perkembangan Kapal Motor. Pada tahun 2000
jumlah Perahu Motor/Kapal Motor yang beroperasional di PPN Pelabuhanratu adalah
sejumlah 416 unit. Apabila dibandingkan dengan Target Operasional Perahu Motor
Tempel dan Kapal Motor setelah Pelabuhan dioperasionalkan ternyata dan sudah
melebihi dari jumlah optimal yang ditargetkan yaitu sejumlah 142 unit.
Kondisi armada
penangkapan ikan tersebut juga berpengaruh pada daya tampung kolam pelabuhan.
Kondisi jumlah armada tersebut mengakibatkan kolam pelabuhan sudah tidak mampu
lagi menampung seluruh jumlah kapal yang ada apabila sedang tambat. Hal ini pun
diperparah dengan pendangkalan kolam pelabuhan yang mengakibatkan terganggunya
olah gerak kapal yang beroperasional di PPN Pelabuhanratu.
Walaupun
kualitas dan komposisi armada penangkapan perikanan masih seperti Tabel 4 serta
upaya optimal sebesar 428 unit (Tabel 2), maka hal ini masih memungkinkan untuk
pengembangan penangkapan perikanan dengan memperhatikan sumberdaya yang ada dan
fishing groundnya serta selektivitas jenis armada penangkapan yang digunakan.
Oleh karena itu perlu diupayakan dimasa yang akan datang adanya alternatif
pengembangan kapal perikanan ke arah jenis kapal motor. Hal disebabkan daya
jangkau penangkapan ikan untuk jenis kapal tersebut relatif jauh dan secara
alamiah akan terjadi pergerseran fishing ground ke arah luar Teluk Pelabuhanratu
(perairan ZEEI) dengan sumberdaya perikanannya yang masih melimpah.
Kapal
perikanan yang akan melakukan penangkapan ikan terlebih dahulu harus melengkapi
kebutuhan logistiknya berupa air bersih, es balok dan solar, disamping
kebutuhan untuk konsumsi. Adapun kebutuhan kapal/perahu perikanan terhadap
ketiga jenis logistik tersebut diuraikan seperti di bawah ini.
A. Air Bersih
Penyaluran kebutuhan
air bersih untuk kapal perikanan di PPN Palabuhanratu dipenuhi oleh PPN
Palabuhanratu. Air yang disalurkan berasal dari Air PDAM dan dialirkan ke Kapal
Perikanan melalui slang plastik dengan ukuran penjualan dalam bentuk
"Blong" (drum plastik) yang berkapasitas 250 liter dan 120 liter serta dalam bentuk jerigen
plastik ( 30 liter ).
Tabel 5. Penyaluran kebutuhan logistik kapal
berupa es, solar dan air di PPN Palabuhanratu T.A 1993/1994 S/D T.A 2000
|
TAHUN |
KEBUTUHAN
LOGISTIK |
|||||
NO |
ANGGARAN |
AIR (LT) |
ES
(BALOK) |
SOLAR
(LT) |
|||
|
|
JUMLAH |
FLUK |
JUMLAH |
FLUK |
JUMLAH |
FLUK |
1 |
1993/1994 |
934,610 |
- |
174,003 |
- |
1,521,000 |
- |
2 |
1994/1995 |
1,159,020 |
24.01% |
136,418 |
-21.60% |
2,698,740 |
77.43% |
3 |
1995/1996 |
1,806,850 |
55.89% |
114,185 |
-16.30% |
1,671,379 |
-38.07% |
4 |
1996/1997 |
1,330,835 |
-26.35% |
123,025 |
7.74% |
1,801,185 |
7.77% |
5 |
1997/1998 |
1,516,600 |
13.96% |
148,335 |
20.57% |
2,016,796 |
11.97% |
6 |
1998/1999 |
1,594,000 |
5.10% |
125,720 |
-15.25% |
1,568,409 |
-22.23% |
7 |
1999/2000 |
1,146,000 |
-28.11% |
86,320 |
-31.34% |
1,624,928 |
3.60% |
8 |
2000 |
862,000 |
-24.78% |
41,440 |
-51.99% |
934,372 |
-42.50% |
|
RATA-RATA |
1,355,416
|
2.82% |
129,715 |
-15.45% |
1,843,205
|
-0.29% |
KET : @ BALOK ES = ± 50 Kg
Sumber : PPNP
Kemampuan mensuplai air bersih di PPN Palabuhanratu masih
cukup besar dengan tersedianya Tangki Air yang berkapasitas 400 M3. Disamping
itu telah terpasang instalasi baru khusus untuk kegiatan masyarakat perikanan
baik untuk nelayan maupun pihak investor untuk meningkatkan pelayanan air
bersih kepada masyarakat perikanan. Untuk penetapan harga penjualan air
ditentukan dengan harga Dasar PDAM ditambah dengan 10% biaya Pelayanan.
Pemakaian Air untuk Kapal Perikanan disajikan pada Tabel 5.
Dari
Tabel 5 terlihat bahwa dari T.A 1993/1994 sampai dengan T.A 2000 jumlah
pemakaian air oleh kapal perikanan di PPN Palabuhanratu mengalami fluktuasi,
namun secara umum mengalami peningkatan sebesar 2,28% pertahun anggaran. Adapun
jumlah total penggunaan air bersih oleh nelayan pada T.A. 2000 adalah sebesar
862.000 liter (selama 10 bulan) atau rata-rata sebesar 86.200 liter per bulan.
B. Es Balok
Kebutuhan
perbekalan es balok di PPN Palabuhanratu disuplai oleh Swasta yaitu Pabrik Es
Ratu Tirto dan Pabrik Es Tirta Jaya. Jumlah pemakaian es balok oleh
kapal/perahu perikanan di PPN Palabuhanratu untuk operasional penangkapan ikan
disajikan pada Tabel 5.
Jumlah
pemakaian es balok pun sampai Tahun Anggaran 2000 mengalami fluktuasi
tergantung jauh dekatnya fishing gound
yang secara umum kecenderungannya menurun sebesar 15,45%. Total penggunaan es
balok oleh nelayan untuk operasional penangkapan pada T.A 2000 adalah sebesar
41.440 balok (@ balok = 50 kg) atau rata-rata perbulan sebesar 4.144 balok.
C. S o l a r
Kebutuhan
solar ketika PPN baru dioperasionalkan disuplai oleh SPBU terdekat, tetapi
sejak Tahun Anggaran 1998 kebutuhan solar juga disuplai oleh KUD Mina Sinar
Laut yang mengelola Tangki BBM yang berada di Pelabuhan. Kebutuhan solar di PPN
Palabuhanratu disajikan pada Tabel 5.
Jumlah pemakaian solar
kapal perikanan di PPN Palabuhanratu pun mengalami fluktuasi seiring dengan
jauh dekatnya daerah penangkapan ikan oleh kapal perikanan dengan kecenderungan
menurun sebesar 0,29% per tahun anggaran. Sedangkan jumlah total pemakaian
solar pada T.A 2000 adalah sebesar 934.372 liter (selama 10 bulan) dengan
rata-rata pemakaian perbulan sebesar 93.437,2 liter.
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan pelabuhan perikanan sesuai
dengan fungsinya telah menyiapkan berbagai fasilitas untuk melayani aktivitas
usaha nelayan dan telah berfungsi dengan baik dan telah memberikan
kontribusinya terhadap pembangunan perikanan. Hal ini dapat dilihat dari :
5.2 Saran
Dengan
adanya kontribusi PPN Pelabuhanratu terhadap pembangunan perikanan secara nyata
maka seyogyanyalah pelabuhan ini dikembangkan menjadi pelabuhan perikanan yang
mempunyai skala yang lebih besar dan modern sehingga bisa melayani kapal-kapal
yang beroperasi penangkapannya lebih jauh lagi yakni di perairan ZEEI dan Laut
Lepas. Sehingga sasaran pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
khususnya nelayan dapat dicapai.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Budiharsono, Sugeng, 2001.Teknik Analisis Pembangunan
Wilayah Pesisir dan Lautan. PT. Pradnya Paramita Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981. Materi Dasar
Pendidikan Program Akta Mengajar V Buku IB Metodologi Penelitian,
Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2001. Laporan Tahunan Dinas Perikanan Kabupaten
Sukabumi Tahun 2000.
Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pelabuhanratu, 2001. Satitistik Perikanan Pelabuhan Perikanan
Nusatara Pelabuhanratu tahun 2000.
Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pelabuhanratu, 2001. Laporan Tahunan Tingkat Operasional Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu tahun 2000.
Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pelabuhanratu, 2001. Rencana Induk Pengelolaan dan Pengembangan
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu, 2001.