Makalah Kelompok I E Posted 16 November 2001
Falsafah
Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
November 2001
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
(Penanggung Jawab)
PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN TANGKAP
“LINAU” BENGKULU SELATAN
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR
Oleh
:
Kelompok I /PPKP-E:
PARDJOKO, C526010094; FATCHUDIN, C526010204; RISFAN SUYEDI, C525010214 HARMIN SARANA C526010194
1.1.
Latar Belakang
Bengkulu Selatan berdiri berdasarkan SK Presiden RI tanggal 14 September 1956 dengan Ibu kota Manna, merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu dengan luas 5.950 km sebagian besar (sekitar 65%) merupakan daerah pertanian yang subur dengan tanahnya bergelombang kemiringan 10-50° (derajat) dikarenakan Bengkulu Selatan tepat berada pada gunung Bukit Barisan.
Bengkulu
Selatan terletak diantara 4o - 5o LS dan 102o
- 103o BT serta berbatasan dengan Kodya Bengkulu dan Bengkulu Utara,
Provinsi Lampung, Kabupaten Lahat Propinsi Sumatera Selatan dan Samudera
Indonesia. Selanjutnya Kabupaten Bengkulu Selatan terdiri dari 9 (sembilan)
kecamatan yaitu : Kecamatan Kaur Selatan, Kecamatan Kaur Tengah, Kecamatan Kaur
Utara, Kecamatan Manna, Kecamatan Segimin, Kecamatan Pino, Kecamatan Seluma dan
Kecamatan Sukaraja.
Bengkulu Selatan merupakan daerah yang sedang berkembang, maka daerah ini juga dihadapkan berbagai kendala dalam pembangunan. Berbagai usaha di sektor produktif yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian (tanaman pangan, perikanan, perkebunan, kehutanan, peternakan). Selain itu pula belum optimalnya pemanfaatan potensi-potensi yang lain, salah satunya pelabuhan perikanan laut Linau. Sehingga wajar kalau dijumpai belum maksimalnya produktivitas tersebut di atas sesuai dengan apa yang diharapkan. Kondisi di atas masih memiliki kendala lainnya seperti infra struktur yang belum tertata dengan baik, dikarenakan belum ada perencanaan yang terpadu, masih kuatnya alur birokrasi di tingkat yang lebih tinggi, serta masyarakat pesisir yang berada di lingkungan sosial tersebut tergolong masyarakat ekonomi lemah. Masih lemahnya keuangan daerah, kurang berkembang usaha pengolahan hasil agrobisnis yang berorientasi pasar.
Padahal sektor tersebut di atas sangatlah menjanjikan di Kabupaten Bengkulu Selatan. Sektor-sektor yang diuraikan di atas tidak terlepas dari daya dukung karakteristik seperti : iklim, adanya curah hujan yang relatif tinggi sekitar 2000-4000 mm/tahun dengan kelembaban yang cukup tinggi yaitu berkisar 80 % dengan kemiringan tanah 10-30 %. Daerah ini terletak pada persimpangan jalur lintas barat yang menghubungkan dua provinsi yaitu Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan.
Dengan diterapkannya Undang-Undang Otonomi Daerah (OTDA) yang kebijaksanaannya ada dalam tingkat Kabupaten masing-masing, maka pembangunan Kabupaten Bengkulu Selatan haruslah berbasis pada sumber-sumber daya yang ada pada daerah tersebut. Adapun sumber daya yang dapat ditumbuh kembangkan adalah pelabuhan perikanan laut Linau yang terletak di Kecamatan Kaur Selatan. Usaha sumber kelautan tersebut sangatlah berpotensi dengan alasan sebagai berikut :
1) Merupakan pelabuhan laut terbaik dan terbesar di Bengkulu Selatan.
2) Dengan keadaan dan potensi alam yang baik diusahakan menjadi tujuan wisata yang menguntungkan.
3) Dengan panjang pantai yang memadai diusahakan usaha perikanan tangkapan yang terpadu.
Aspek-aspek tersebut di atas dapat ditumbuh kembangkan melalui konsep-konsep pembangunan yang berorientasi kedepan dengan pemasaran dengan daya saing yang kuat, disinilah titik tekannya pembangunan yang berbasiskan ekonomi kelautan.
Aspek-aspek tersebut mempunyai daya dukung :
1) Sebagai daerah penyangga kedua terhadap pertumbuhan ekonomi Jabotabek.
2)
Infrastruktur
ke propinsi tetangga terutama Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan.
Dari
aspek-aspek tersebut di atas maka pembangunan berbasiskan ekonomi kelautan ini
akan memerlukan konsep agribisnis. Oleh sebab itu aspek peningkatan produktivitas, aspek pengembangan agribisnis
pertanian dan aspek pemasaran hasil pertanian perlu mendapat perhatian yang
lebih serius. Sebagai terobosan diperlukan upaya memilih dan mengembangkan
beberapa komoditi tertentu yang dikembangkan atas prinsip keunggulan
komprehensif di wilayah-wilayah tertentu (disesuaikan dengan potensi
pengembangan) serta kebijakan publik pada supra struktur yang harus
berorientasi bisnis dengan penanganan pemasaran secara terpadu.
1.2.
Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas maka dapat dikatakan kondisi Bengkulu Selatan cukup
potensi untuk ditumbuh kembangkan. Tidak terlepas juga adanya berbagai hambatan
yang dihadapi Bengkulu Selatan. Kalau dilihat secara geografis Bengkulu Selatan
yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera posisinya kurang menguntungkan,
karena wilayah pusat pertumbuhan ekonomi berada di pantai timur Sumatera dengan
pusat ekonomi wilayah SIJORI. Hambatan lain belum adanya keterpaduan kebijakan
dan perencanaan pembangunan secara terpadu yang berorientasi pasar dan daya
saing.
1.3.
Dari Hambatan Tersebut Di Atas Dapat
Dirumuskan Permasalahannya Sebagai Berikut :
1. Bagaimana
pemberdayaan sumber daya manusia nelayan di Pelabuhan Perikanan Laut Linau
sebagai pelabuhan yang berbasiskan ekonomi kelautan.
2. Berapa
besarkah kontribusi pelabuhan perikanan laut Linau terhadap peningkatan sosial
ekonomi terhadap masyarakat di daerah tersebut.
3. Sejauh
manakah pemanfaatan pelabuhan perikanan Linau dalam pembangunan di Kabupaten
Bengkulu Selatan.
1.4.
Metode Penelitian
1. Melakukan survei lapangan, mengidentifikasikan, melihat potensi tipe sumber daya kawasan pelabuhan perikanan laut Linau Kabupaten Bengkulu Selatan.
2. Melakukan survei sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan pelabuhan dan lautan.
3. Melakukan kuesioner pada Pemda Tingkat II Bengkulu Selatan dan masyarakat sekitar kawasan pelabuhan.
4. Melakukan analisis pemodelan dengan menggunakan alat dan teori untuk memberikan opsi dengan menggunakan Gams Stella Power Shim, SWOT dan AHP. Model ini memberikan ruang bagi analisis beberapa dimensi yang saling berhubungan dan terkait.
2.1.
Pengertian
Pembangunan
2.2.
Pendapatan Regional
2.3.
Konsep Basis
Ekonomi.
2.4.
SWOT
1. Analisis Kuantitatif dilakukan dengan metode
Location Quotient (LQ) tujuannya untuk mengetahui pembangunan perikanan dengan
teknik analisis (Swasno dan Endang. 1983) yaitu :
2. Analisis Shift Share
Analisis ini bertujuan mengetahui kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB.
P = S/T X 100 %
3. Efek Pengganda
Analisa bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara sub sektor perikanan dengan sektor lainnya.
K = ▲ Y / ▲ Yp
BAB IV
DISKRIPSI DAN ANALISIS PERIKANAN LAUT
DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN
2.1. Profil Perikanan Laut Kabupaten Bengkulu
Selatan
1. Potensi Perikanan Laut Di Kabupaten Bengkulu
Selatan.
(Data dari
Dinas Perikanan Kabupaten Bengkulu Selatan)
No |
Tahun |
Potensi Lestari/Th |
Pemanfaatan (%) |
1 |
1995 |
31.000 ton |
49,4 % |
2 |
1996 |
31.000 ton |
51,2 % |
3 |
1997 |
31.000 ton |
54,2 % |
4 |
1998 |
31.000 ton |
54,6 % |
5 |
1999 |
31.000 ton |
70,1 % |
2. Produksi Perikanan Di Kabupaten Bengkulu Selatan
No |
Tahun |
Produksi |
1
|
1995
|
15.147,5 Ton
|
2
|
1996
|
16.114,5 Ton
|
3
|
1997
|
17.099,2 Ton
|
4
|
1998
|
17.383,2 Ton
|
5
|
1999
|
21.421,3 Ton
|
3. Armada Tangkap dan Alat Tangkap Perikanan Kabupaten Bengkulu Selatan
Tahun |
Perahu Tidak
Bermotor |
Motor Tempel
|
Kapal Motor
|
1995
|
870
|
426
|
578
|
1996
|
1148
|
443
|
746
|
1997
|
1163
|
470
|
850
|
1998
|
1160
|
474
|
886
|
1999
|
1160
|
601
|
886
|
4. Banyaknya Tempat Pendaratan Perikanan Laut
Pendaratan
perikanan laut yang ada di Kabupaten Bengkulu Selatan lihat tabel 2 – 4 di
bawah ini.
Tabel 2 – 4
Banyak Pendaratan Ikan Di Propinsi
Bengkulu
(BPS : Bengkulu
Dalam Angka Tahun 1999)
Lokasi |
Nama |
Jumlah |
1.
Kecamatan Manna 2. Kecamatan
Seluna 3. Kecamatan Kaur
Selatan |
TPI TPI TPI |
2 1 1 |
5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Reginal Bruto
Tabel 1-5 PDRB Kabupaten Bengkulu Selatan Atas Harga Konstan
Tahun 1995 –1999 (Rp. 000.000)
(Sumber BPS : Bengkulu Dalam Angka Tahun 1999)
Sektor |
1995 |
1996 |
1997 |
1998 |
1999 |
1.
Pertanian |
109.200 |
116.599 |
118.414 |
112.607 |
112.746 |
2.
Pengembangan & Gali |
5.428 |
5.836 |
6.277 |
4.884 |
4.725 |
3.
Industri Pengolahan |
10.162 |
11.492 |
14.332 |
11.289 |
4.589 |
4.
Listrik & Gas & Air |
947 |
1.014 |
1.225 |
1.280 |
1.224 |
5.
Bangunan |
27.280 |
29.659 |
30.319 |
32.408 |
31.418 |
6.
Perdagangan & Hotel & Restoran |
30.064 |
45.577 |
46.628 |
52.846 |
52.826 |
7.
Pengangkutan & Kom |
38.624 |
41.222 |
43.855 |
45.568 |
45.452 |
8. Keuangan
& Persewaan & jasa Perusahaan |
11.148 |
11.850 |
12.076 |
17.348 |
17.383 |
9. Jasa-jasa |
76.437 |
79.757 |
80.120 |
82.803 |
82.729 |
PDRB |
318.340 |
342.806 |
353.246 |
361.031 |
353.091 |
6.
Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Bengkulu Selatan dari tahun ke tahun naik pada waktu pasca
krisis ekonomi justru sektor perikanan masih mampu menyerap tenaga kerja. Lihat Tabel 2-4.
Tabel 2 – 6
Banyaknya Tenaga Kerja Di Sektor Perikanan
(BPS : Bengkulu Selatan Dalam Angka Tahun 1999)
Tahun |
Penyerapan Tenaga Kerja |
1995 1996 1997 1998 1999 |
8.221 10.720 12.613 14.613 17.731 |
7. Perdagangan
Antar Propinsi Dan Luar Negeri Hasil Produksi Perikanan Laut
Tabel 2-7
Perkembangan Perdagangan Perikanan Di Kabupaten Bengkulu Selatan
Keluar Daerah
(BPS : Bengkulu Dalam Angka Tahun 1999) Tahun |
Jumlah (Ton) |
1995 1996 1997 1998 1999 |
1.045,6 1.327,0 1.395,0 1.559,5 1.602,8 |
8. Tingkat Pendapatan Nelayan Kabupaten Bengkulu Selatan
Pendapatan
nelayan Bengkulu rata-rata dari tahun ke tahun meningkat rata-rata peningkatan
pendapatan nelayan sebesar 11,56 %
Tabel 2 – 8
Pendapatan Nelayan Rata-rata
(BPS : Bengkulu Dalam Angka Tahun 1999)
Tahun |
Besar Pendapatan (Rp. 000) |
1995 1996 1997 1998 1999 |
1.371.000 1.901.000 2.110.000 2.020.000 2.262.000 |
Tabel : 2-9 Analisis Location Quotient (LQ) Dengan Indikator PDRB harga konstan
(1995-1999) (Rp.000.000)
(Data diolah dari sumber
data BPS : Bengkulu Dalam Angka 1999)
Tahun |
Vi |
Vt |
Pi |
Pt |
LQ |
1995 |
15.450 |
47.860 |
318.340 |
1.597.229 |
1,61 |
1996 |
17.280 |
51.841 |
342.808 |
1.688.755 |
1,64 |
1997 |
17.872 |
47.617 |
353.246 |
1.740.586 |
1,42 |
1998 |
17.961 |
53.885 |
361.031 |
1.631.372 |
1,50 |
1999 |
19.299 |
60.897 |
353.091 |
1.657.636 |
1,40 |
Tabel : 2 – 10 Analisis Location Quotient (LQ) Indikator PDRB
Harga Berlaku Tahun 1995-1999 (Rp. 000.000)
(Data diolah dari sumber
data BPS : Bengkulu Dalam Angka 1999)
Tahun |
Vi |
Vt |
Pi |
Pt |
LQ |
1995 |
20.680 |
49.511 |
378.057 |
1.917.562 |
2,19 |
1996 |
24.103 |
54.303 |
437.831 |
2.540.400 |
2,28 |
1997 |
25.430 |
57.681 |
476.055 |
2.540.400 |
2,38 |
1998 |
28.853 |
119.186 |
494.597 |
3.610.484 |
1,78 |
1999 |
30.672 |
143.909 |
527.308 |
3.945.139 |
1,60 |
Dari kedua tabel di
atas sektor perikanan menunjukkan menjadi basis ekonomi bagi Kabupaten Bengkulu
Selatan.
3.2. Efek
Pengganda Nilai Tambah
Menggambarkan
kekuatan basis perekonomian wilayah digunakan analisis efek pengganda nilai
tambah (K). Lihat Tabel berikut .
Tabel : 2 – 10 Analisis Efek Pengganda Nilai Tambah Perikanan Dengan Indikator
PDRB Atas dasar Harga Konstan tahun 1995-1999
(Rp. 000.000)
(Data diolah dari sumber data BPS : Bengkulu Dalam
Angka 1999)
No |
Tahun |
Y |
Yp |
K |
1. |
1995 |
31.340 |
15.450 |
– |
2. |
1996 |
342.808 |
17.280 |
13.37 |
3. |
1997 |
353.246 |
17.560 |
37.27 |
4. |
1998 |
361.031 |
17.961 |
19.41 |
5. |
1999 |
353.091 |
19.299 |
6.03 |
Tabel : 2 –11 Analisis Efek Pengganda Nilai Tambah Perikanan Dengan Indikator
PDRB Atas dasar harga Berlaku Tahun 1995-1999 (Rp. 000.000)
(Data Diolah dari
BPS Bengkulu Dalam Angka 1999)
No |
Tahun |
Y |
Yp |
K |
1. |
1995 |
378.057 |
20.680 |
- |
2. |
1996 |
437.831 |
24.103 |
17.46 |
3. |
1997 |
476.055 |
25.430 |
28.80 |
4. |
1998 |
494.547 |
28.853 |
5.40 |
5. |
1999 |
527.308 |
30.692 |
7.81 |
Tabel : 2 –12 Analisis Shift Share PDRB Atas harga berlaku & Harga Konstan
Tahun 1995 – 1999 (%)
(Data
diolah dari BPS : Bengkulu Dalam Angka Tahun 1999)
Tahun |
PDRB Harga Berlaku |
PDRB Harga Konstan |
1995 1996 1997 1998 1999 |
5.47 5.73 5.34 5.02 5.44 |
4.85 5.04 4.97 4.97 5.17 |
Dari hasil analisis
LQ dan analisis efek pengganda dan analisis Shift Share peranan perikanan dapat
dikatakan sebagai sektor ekonomi untuk Kabupaten Bengkulu.
1.3. Analisis SWOT
Dari uraian di atas
tentang profil perikanan di propinsi Bengkulu dapat dianalisis sebagai berikut
: melalui Tabel IFAS (Internal Strategic Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal
Strategi Factor Analysis Summary), dengan menggunakan perhitungan dan
pembobotan serta rating dilakukan yaitu :
-
Ditentukan
faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dan diberi
bobot dengan skala 1 (satu) paling penting dan (0) tidak penting.
-
Tentukan Rating untuk
masing-masing memberikan skala mulai dari 4 sampai 1, untuk nilai 4 jika faktor
–faktor ini bersifat mempengaruhi dan sebaliknya nilai 1 (satu) faktornya kecil
mempengaruhi.
Tabel Internal IFAS
Faktor-faktor Strategi Internal |
Bobot |
Rating |
Bobot X Rating |
Kekuatan : 1.
Daya dukung lahan
besar 2. Motivasi berusaha
nelayan besar 3. Adanya Dinas
Instansi yang membidangi 4. Adanya
kelembagaan yang menunjang 5. Tempat
Pendaratan perikanan |
0.10 0.15 0.5 0.5 0.10 |
3 4 2 3 2 |
0.30 0.60 0.10 0.15 0.20 |
Kelemahan : 1.
SDM nelayan yang
rendah 2.
Tata Niaga pemasaran
belum berjalan dengan baik 3.
Management perikanan
belum berjalan baik 4. Akses
permodalan belum dapat 5.
Sarana pendukung
penangkapan perikanan masih sangat kurang. |
0.20 0.15 0.5 0.10 0.5 |
4 4 3 3 2 |
0.80 0.60 0.15 0.30 0.10 |
Total |
1 |
|
3.3 |
Tabel EFAS
Eksternal factor Analysis
Faktor-faktor Strategi Internal |
Bobot |
Rating |
Bobot X Rating |
Peluang : 1.
Potensi daya dukung
lahan sangat besar 2. Pemasaran hasil
produksi perikanan besar |
0.15 0.25 |
3 4 |
0.45 1.00 |
Ancaman : 1. Kebijaksanaan
pemerintah belum terpadu. 2. Adanya pesaing
dari luar daerah 3.
Pencemaran
Laut/pengrusakan lingkungan |
0.25 0.15 0.20 |
4 2 3 |
1.00 0.30 0.60 |
Total |
1.00 |
|
3.35 |
3.4. Analisis Perikanan di
Propinsi Bengkulu
Dari uraian analisis SWOT di atas melalui tabel IFAS & EFAS, maka dapat diuraikan kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunities), Ancaman (Threats) dengan strategi sebagai berikut :
1. Dalam rangka untuk mengoptimalkan lahan yang besar (luas laut Kabupaten Bengkulu Selatan, sesuai undang-undang No. 22 4 Mil) dengan panjang garis pantai 230 km2 untuk pengelolaan wilayah Kabupaten, belum termasuk wilayah ZEE maka untuk meningkatkan produksi perikanan melalui : pembinaan dari pemerintah daerah (Perda tentang retribusi peraturan kelayakan melaut, izin yang berkaitan dengan perikanan haruslah satu atap, fasilitas dan pembinaan pengembangan usaha)
2. Akses perbankan haruslah diberikan dan pemerintah daerah harus berani memberikan rekomendasi untuk dapat menggerakkan usaha perikanan laut.
3. Perlu dibangun penambahan fasilitas tempat pendaratan ikan atau pangkalan pendaratan perikanan di daerah yang nelayannya cepat berkembang (TPI, PPI)
4. Infra struktur harus dibangun oleh pihak pemerintah secara baik yang berlangsung menuju akses ke pasar.
5. Mendorong pendirian badan usaha bersama seperti koperasi dengan management yang baik.
6. Harus dibenahi Sumber Daya Manusia nelayan dengan melalui latihan dan pendidikan yang sesuai dengan daya dukung nelayan itu sendiri, menumbuhkembangkan budaya kerja, sehingga terbangun ekonomi sumber daya manusianya, dengan meningkatkan produktivitas kerja.
7. Tata niaga perikanan harus diperbaiki melalui peraturan – peraturan pemerintah dan tidak ada monopoli pasar serta pemotongan jalur distribusi hasil produksi perikanan dengan menggunakan badan usaha seperti koperasi yang profesional.
8. Harus diadakan keterpaduan serta tanggung jawab yang jelas dalam hal ini pengawasan kelautan termasuk aspek penyidikan jika ada pelanggaran operasional di laut (kapal asing – pemakaian alat tangkap yang tidak sesuai dengan peraturan).
9. Penambahan armada perikanan dan perbangkelan, termasuk pendirian pabrik es
10. Pencemaran di laut dari kapal motor penangkap ikan maupun pencemaran memakai barang terlarang yang mengakibatkan laut tercemar harus ditindak tegas sesuai dengan peraturan yang ada, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan perikanan laut.
BAB V
Dari analisis di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sektor perikanan laut sebagai basis ekonomi terbukti dari analisis LQ lebih besar dari 1 (LQ > 1) sektor perikanan dapat menjadi basis ekonomi dan di buktikan dengan angka efek pengganda dan shift share dari PDRB Kabupaten Bengkulu Selatan (lihat tabel 11 dan 12)
2. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan di bidang perikanan laut belum optimal dan masih bersifat partial belum adanya peraturan daerah yang dapat memberikan dorongan untuk memacu sektor andalan kedepan di Kabupaten Bengkulu Selatan.
3. Produktivitas nelayan Kabupaten Bengkulu Selatan masih belum optimal dibandingkan dengan luas lahan dan daya dukung lahan, sehingga tercermin dengan produksi perikanan laut masih belum optimal.
4. Perikanan laut di Kabupaten Bengkulu Selatan sangat besar potensinya sebagai pembangunan ekonomi di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Dalam mengoptimalkan luasnya lahan pesisir dan laut :
1. Pemerintah daerah harus berani mengambil terobosan dalam hal peraturan daerah yang mendukung dan mendorong terpacunya usaha kelautan.
2. Memberikan saluran yang berkeadilan terhadap pelaku usaha kelautan terutama nelayan tradisional, baik perlakuan dalam hal di bidang perbankan maupun perizinan dan saluran pasar.
3. Untuk lima tahun kedepan sektor perikanan laut sangat potensi menjadi andalan bagi daerah Kabupaten Bengkulu Selatan dalam rangka Otonomi Daerah, untuk mengisi pendapatan asli daerah, baik retribusi maupun pajak-pajak pembangunan.
4. Pemerintah daerah sebaiknya mendirikan Badan Usaha Milik Daerah dalam bidang usaha perikanan.
1. Biro Pusat Statistik. 1999. Bengkulu Dalam Angka. Penerbit Pemda Kabupaten Bengkulu Selatan.
2. BAPPEDA. 1999. Perikanan Di Kabupaten Bengkulu Selatan. Penerbit Pemda Kabupaten Bengkulu Selatan.
3.
Freddy Rangkuti. 1999. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
4.
Drs.
Hg. Suseno Triyanto Widodo. 1999. Indikator
Ekonomi : Perhitungan Perekonomian Indonesia, Penerbit Kanisius Yogyakarta.
5.
DR.
Ir. Rokhmin Dahuri M S. 2000. Kebijaksanaan
Pengelolaan Kelautan, Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan
Lautan IPB.
6. DR. Son Diamar. Kebijaksanaan Pengelolaan Kelautan. SPL IPB. Tahun 2000.