©
2001 Ery
Suhartanto
Posted: 4 November 2001 [rudyct]
Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut
Pertanian Bogor
November
2001
Dosen:
Prof
Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Optimasi
Pengelolaan DAS di Sub Daerah Aliran Sungai Cidanau Kabupaten
Serang Propinsi Banten Menggunakan Model Hidrologi ANSWERS
(Optimal
Watershed Management of Cidanau Sub Watershed Kabupaten Serang, Banten Province
Using ANSWERS Hydrologic Model)
Ery
Suhartanto
Abstract
The environmental damage occuring at Cihideung Sub
watershed is increasing, due to erosion, sedimentation, runoff and flood. The
rate of the erosion, sedimentation and runoff are influenced by the physical
condition of watershed and the change in land use pattern. ANSWERS model was
used to predict the indicator of the damage and to identify an optimal watershed
management model, that it is suitable to the principal soil and water
conservation. The result of the Answers model simulation showed that,
integration between wooded and grass land areas was the optimal model to
decrease the rate of erosion, sedimentation and
runoff.
Keywords : Conservation, Erosion,
Sedimentation, Runoff, Answers Model.
1. Pendahuluan
Pada saat ini tata guna lahan di Sub DAS Cihideung
terdiri dari 180 ha hutan campuran, 6 ha sawah, dan sekarang ini terjadi di
beberapa lokasi pengalihragaman hutan campuran menjadi lahan pertanian
(ladang/kebun). Perubahan tata guna lahan ini akan mempengaruhi keseimbangan
tata air di area tersebut dengan melihat kondisi debit dan sedimentasi (Seyhan,
1977). Untuk mengurangi terjadinya erosi, sedimentasi dan banjir, optimasi
pengelolaan DAS lahan merupakan hal yang sangat penting dalam prinsip konservasi
yang diaplikasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan
berkelanjutan.
Model hidrologi disimulasikan sebagai suatu
pendekatan sistem dalam pengelolaan DAS yaitu skenario yang diformulasikan dari
masing-masing perubahan tata guna lahan. Suatu model simulasi yang umum
digunakan adalah ANSWERS (Areal Non-point
Source Watershed Environment Response Simulation), yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi dan merumuskan letak dari tata guna lahan yang sesuai dengan
aspek konservasi.
Pengelolaan DAS adalah suatu usaha untuk mengatur
sumberdaya alam utama yaitu tanah dan air. Suatu pengelolaan DAS yang baik untuk
penggunaan tanah dan air seharusnya memperhitungkan prinsip konservasi untuk
mencapai hasil yang optimum. Pengelolaan DAS yang tidak tepat akan mengakibatkan
banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Tata guna lahan termasuk
jenis dan kerapatan tanaman, dimana menggambarkan komponen utama yang
mempengaruhi kapasitas tanah untuk menyerap air (Bruce dan Clark. 1980, dalam
Budi Indra. 1999). Kerapatan tanaman
adalah hal yang lebih penting dibandingkan jenis tanaman, dimana telah terbukti
dengan menurunnya laju dan kapasitas infiltrasi di area perumahan yang mempunyai
kerapatan vegetasi rendah.
Siklus
hidrologi menggambarkan suatu rantai fenomena alam yang menghubungkan erosi,
sedimentasi dan limpasan. Bagian dari siklus hidrologi yang disebut hujan,
kondisi tanah dan vegetasi mempunyai peranan penting dalam proses erosi,
sedimentasi dan limpasan. Erosi adalah peristiwa pindahnya tanah dari suatu
tempat ke tempat lain dengan media alam (Hudson.1973, dalam Budi Indra.
1999). Menurut Frevert et al. (1963), erosi tanah didefinisikan
sebagai kehilangan tanah lebih cepat dari proses erosi geologi. Menurut Baver et al. (1972) terjadinya erosi tanah
tergantung dari beberapa faktor yaitu karakteristik hujan, kemiringan lereng,
tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam
lapisan tanah dangkal. Dampak dari erosi tanah dapat diklasifikasikan dalam dua
kategori : 1) menurunnya produktifitas lahan seiring dengan kehilangan lapisan
tanah bagian atas yang subur, dan 2) terjadi sedimentasi di sungai yang
menyebabkan kerusakan saluran dan berkurangnya kapasitas
tampungan.
2. Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah : 1) untuk memprediksi
besarnya erosi, sedimentasi dan limpasan permukaan yang disebabkan perubahan
tata guna lahan di Sub DAS Cihideung, dan 2) untuk mengidentifikasi pengelolaan
DAS yang optimal sesuai dengan prinsip konservasi menggunakan model
ANSWERS.
3. Tinjauan Pustaka
3.1. Model Answers
Menurut Beasley at al. (1982) ANSWERS (Area Non-point Source Watershed Environment
Response Simulation) adalah model simulasi karakteristik DAS, dimana tata
guna lahan pertanian mendominasi, dibawah kejadian hujan tertentu. Aplikasi utama
adalah simulasi perencanaan dan mengevaluasi strategi untuk mengendalikan erosi.
Satu dari karakteristik ANSWERS adalah
pendekatan distribusi parameter, dimana berbeda dengan model lain yang
menggunakan lump parameter.
Variabel spasial,
parameter terkendali seperti topografi, tanah, tata guna lahan, dan lainnya yang
mempengaruhi distribusi parameter DAS dalam suatu algoritma
komputasi.
Keuntungan dari model ANSWERS
adalah :
þ
membuat hasil dalam bentuk
erosi, sedimentasi dan limpasan permukaan
þ
memformulasikan skenario
tata guna lahan dalam suatu DAS, dan
þ
analisa distribusi
parameter dengan tujuan untuk membuat hasil simulasi sesuai karakteristik
DAS
ANSWERS adalah
suatu model deterministik didasarkan pada hipotesa masing-masing titik dalam DAS
memiliki suatu hubungan fungsional antara laju aliran air dan parameter
hidrologi terkendali, seperti intensitas hujan, topografi dan jenis tanah.
Bagaimanapun juga laju aliran air dapat digunakan dengan komponen lain sebagai
suatu model dasar yang berhubungan dengan terjadinya pergerakan dalam erosi
tanah dan partikel kimianya dalam lingkup suatu DAS.
DAS secara konseptual dimodelkan dengan elemen bujursangkar, jadi tingkat
variasi dari DAS dapat diperlihatkan. Masing-masing elemen dari DAS dapat
didefinisikan sebagai suatu area dengan persamaan parameter erosi dan hidrologi.
Kemudian, elemen itu mempunyai peranan dari masing-masing
karakteristik.
Berdasarkan struktur model
ANSWERS, parameter dapat dikelompokkan kedalam empat bagian yaitu
:
1.
Data hujan termasuk
jumlah dan durasi hujan.
2.
Data tanah termasuk
total porositas, kapasitas lapang, kedalaman zona infiltrasi, persentase kadar
air, laju infiltrasi pada saat konstan, perbedaan maksimum dan infiltrasi
konstan, koefisien infiltrasi, dan erodibilitas dengan metode USLE
(K).
3.
Tata guna lahan dan
kondisi permukaan termasuk jenis tanaman dan pengelolaannya, volume intersepsi
potensial, persentase penutup permukaan dan jenis tata guna lahan, koefisien
kekasaran permukaan dan relief mikro. Nilai koefisien Manning, dan indeks
pengelolaan tanaman untuk metode USLE.
4.
Data sungai dan
saluran termasuk lebar saluran dan koefisien kekasaran (n,
Manning).
5.
Data individual
elemen, termasuk derajat dan arah kemiringan lereng, jenis sungai, jenis tanah,
area data hujan terukur, kemiringan saluran, pengelolaan lahan dan rata-rata
elevasi.
Hasil dari model ANSWERS terdiri dari (a) limpasan
permukaan, dan (b) rerata erosi, maksimum erosi, maksimum sedimentasi, dan
penurunan erosi yang disebabkan aspek konservasi.
3.2. Toleransi erosi
Jenis-jenis
erosi adalah erosi lembar, erosi alur, erosi parit, erosi tebing sungai, longsor
dan erosi internal. Erosi yang ditolerir mempunyai arti bahwa erosi dapat
diabaikan sepanjang area lahan tetap produktiv (Thompson. 1957; Wischmeier and Smith. 1978). Nilai toleransi
erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu iklim, kedalaman tanah, kondisi
substrata, permebilitas lapisan tanah dangkal dan karakteristik pertumbuhan
tanaman. Penentuan toleransi erosi
di Indonesia ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Toleransi erosi untuk tanah (Thompson.
1957)
No |
Sifat tanah dan
substratum |
Toleransi erosi (ton/ha/tahun) |
1 |
Tanah
dangkal, di atas batuan |
1,12 |
2 |
Tanah
dalam, di atas batuan |
2,24 |
3 |
Tanah
dengan lapisan bawahnya (subsoil) padat, di atas substratum
yang tidak terkonsolidasi (telah mengalami
pelapukan) |
4,48 |
4 |
Tanah
dengan lapisan bawahnya berpermeabilitas lambat, di atas bahan yang tidak
terkonsolidasi |
8,96 |
5 |
Tanah
dengan lapisan bawahnya berpermeabilitas sedang, di atas bahan yang tidak
terkonsolidasi |
11,21 |
6 |
Tanah
yang lapisan bawahnya permeabel (agak cepat), di atas bahan yang tidak
terkonsolidasi |
13,45 |
Sumber :
Konservasi Tanah dan Air. Sitanala Arsyad.
2000
3.3. Sedimentasi yang
diperbolehkan
Sedimentasi didefinisikan
sebagai perpindahan dan pengendapan erosi tanah, khususnya sebagai hasil dari
percepatan erosi lembar dan alur (White. 1987, dalam Budi Indra.
1999). Menurut Linsley et al. (1983) sedimentasi menggambarkan
material tersuspensi dan diangkut oleh gerakan air dan angin atau diakumulasi
sebagai bed load. Dari proses sedimentasi, hanya sebagian aliran sedimen di
sungai yang diangkut keluar dari DAS, sedangkan yang lain mengendap dilokasi
tertentu dari sungai (Gottschalk. 1948, dalam Ven T Chow.
1964)
Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi (Strand dan Pemberton.
1982, dalam Budi Indra.
1999), adalah jumlah dan intensitas hujan, formasi geologi dan jenis tanah, tata
guna lahan, topografi, erosi di bagian hulu, limpasan, karakteristik sedimen dan
hidrolika saluran. Menurut Breussers
(1974) dalam Budi Indra (1999), sedimen dapat dibagi dalam dua kelompok
berdasarkan mekanisme pergerakannya sebagai berikut :
þ
Suspended load, dimana partikel sedimen bergerak tersuspensi dalam
aliran air
þ
Bed load, dimana partikel sedimen bergerak secara
menggelinding dan melompat.
Menurut kondisi asalnya (White. 1987, dalam
Budi Indra. 1999; Linsley et al. 1983), sedimen dapat dibagi dalam
:
þ
Bed materials transport, dimana material berasal dari saluran itu
sendiri
þ
Wash load, dimana material tidak sama dengan sedimen bed load dan ditambah oleh material dari
luar saluran.
Bahan sedimen hasil erosi seringkali bergerak
menempuh jarak yang pendek sebelum akhirnya diendapkan. Sedimen ini masih tetap
berada di lahan atau diendapkan di tempat lain yang lebih datar atau sebagian
masuk ke sungai. Persamaan umum untuk menghitung sedimentasi suatu DAS belum
tersedia, untuk lebih memudahkan, USDA mengembangkan pendekatan berdasarkan luas
area. Rasio sedimen terangkut dari keseluruhan material erosi tanah disebut “Sedimen Delivery Ratio” (SDR), adalah
fungsi dari luas area (Tabel 2). Untuk sub DAS Cihideung dengan luas area 186
ha, maka SDR adalah 0,350. Disini, sedimen yang diperbolehkan adalah hasil kali
SDR dengan toleransi erosi untuk tanah (Thompson. 1957). Sebagai contoh, jika
toleransi erosi untuk tanah dalam di atas batuan adalah 2,24 ton/ha/tahun maka
sedimen yang diperbolehkan adalah 0,784 ton/ha/tahun.
Tabel 2. Sedimen Delivery Ratio
(SDR)
Luas |
| |
Km2 |
Ha |
SDR |
0,05 |
5 |
0,580 |
0,10 |
10 |
0,520 |
0,50 |
50 |
0,390 |
1,00 |
100 |
0,350 |
5,00 |
500 |
0,250 |
10,00 |
1.000 |
0,220 |
50,00 |
5.000 |
0,153 |
100,00 |
10.000 |
0,127 |
500,00 |
50.000 |
0,079 |
1000,00 |
100.000 |
0,059 |
Sumber :
USDA
4. Metodologi
4.1. Tempat,
waktu dan data yang dibutuhkan
Daerah penelitian adalah Sub DAS Cihideung Daerah Aliran Sungai Cidanau
Kabupaten Serang Propinsi Banten. Penelitian ini sedang dilakukan mulai tahun
2001 sampai dengan selesai.
Data yang dibutuhkan
sebagai input model ANSWERS adalah :
1.
Data hujan
harian
2.
Data debit
sungai
3.
Data
sedimen
4.
Peta
topografi
5.
Peta tata guna
lahan
6.
Peta kelas kemiringan
lereng
7.
Peta pola
sungai
8.
Peta
tanah
4.2.
Kemiringan lereng, jenis tanah dan tata guna lahan
Sub DAS Cihideung adalah daerah dataran tinggi, lokasi terletak pada
elevasi +240 sampai +85 m di atas permukaan laut dan didominasi oleh lereng yang
cukup curam (5 - 20 % slope) dengan luas areal 117 ha (62,9 %), sedangkan lahan
yang datar (< 5 % slope) hanya sekitar 6 ha (3,2 %), ditunjukkan pada tabel
3. Jenis tanah di sub DAS Cihideung adalah clay loam. Klasifikasi jenis
tanah ditunjukkan pada tabel 4.
Penggunaan lahan oleh masyarakat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap bahaya erosi, sedimentasi dan limpasan permukaan yang terjadi. Tata
guna lahan pada area tersebut didominasi oleh hutan campuran (180 ha), sawah (6
ha). Jenis tata guna lahan ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 3. Kemiringan Lereng di Sub DAS
Cihideung
Sumber :
RUBRD/IPB-UT
Tabel 4. Jenis tanah di
Sub DAS Cihideung
Sumber :
RUBRD/IPB-UT
Tabel 5. Jenis tata guna
lahan
di Sub DAS
Cihideung
Sumber :
RUBRD/IPB-UT
5.
Hasil
dan Pembahasan
5.1. Erosi dan
sedimentasi
Berdasarkan model ANSWERS dengan
kondisi eksisting diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6. Perbandingan antara kondisi eksisting dan
toleransi
Sumber : Perhitungan
5.2. Optimasi Pengelolaan DAS Menggunakan Model ANSWERS
Hasil dari beberapa
optimasi menunjukkan perubahan erosi, sedimentasi, limpasan dan elemen kritis
yang ditunjukkan pada Tabel.7 dan Gambar 2,3 untuk beberapa
skenario.
Tabel 7. Skenario
perubahan tata guna lahan terhadap erosi dan sedimentasi
Sumber :
Perhitungan
Gambar 2. Perubahan
runoff untuk beberapa scenario
Gambar 3. Perubahan
sedimen untuk beberapa skenario
6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis hidrologi di Sub DAS Cihideung menggunakan
model ANSWERS, kesimpulannya sebagai berikut :
1.
Hasil simulasi
menunjukkan bahwa areal hutan memiliki kemampuan lebih baik untuk menurunkan
laju limpasan, sedangkan areal padang rumput memiliki kemampuan lebih baik untuk
menurunkan laju erosi dan sedimentasi.
2.
Faktor dominan yang
mempengaruhi erosi, sedimentasi dan limpasan adalah kemiringan lahan, jenis
tanah dan tata guna lahan seperti hutan campuran, padang rumput dan areal
pertanian/sawah.
3.
Pengelolaan DAS yang
optimal adalah integrasi dari areal hutan dan areal tanaman rumput dimana
masing-masing aspek memiliki kelebihan dan kekurangan.
6.2. Saran
Optimasi ini merupakan suatu Decision Support System (DSS) bagi
Pemerintah Daerah dan pihak-pihak yang berkepentingan, sarannya sebagai berikut
:
1.
Untuk model yang lebih
baik direkomendasikan menggunakan data intensitas hujan dari beberapa stasiun
hujan, dimana dapat merepresentasikan areal sub DAS yang
diteliti.
2.
Untuk menekan laju
erosi, sedimentasi dan limpasan permukaan, sebaiknya daerah yang kritis dibatasi
(zona proteksi) dan melakukan forestrisasi serta kombinasi dengan tanaman
rumput pada bagian hulu DAS. Untuk lahan perkebunan/pertanian direkomendasikan
untuk menanam jenis tanaman yang bersifat covering dengan density
yang cukup tinggi.
3.
Model simulasi ini
dapat digunakan untuk optimasi manajemen DAS terpadu (Integrated Watershed
Management Optimal), dimana area dengan erosi tinggi dilakukan upaya
konservasi pembuatan teras atau border, dan areal dengan sedimentasi tinggi
sebaiknya dilengkapi dengan bangunan penangkap sedimen (sediment
structure).
Daftar Pustaka
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit
IPB. Bogor.
Baver, L.D. 1972. Soil Physics. John Wiley and Son
Inc. New York. Charles E. Tuttle Company. Modern Asia Edition. Third
Edition.
Beasley, D.B. dan L.F. Huggins. 1982. ANSWERS.
User’s Manual. U.S. EPA Region V. Chicago.
Chow, V.T. 1964. Handbook of Applied Hydrology. Mc.
Graw-Hill Book Company. New York.
Frevert, R.K, G.O. Schwab, T.W. Edminster, and K.K.
Barness. 1963. Soil and Water Conservation Engineering (Third Edition) John
Wiley and Son Inc. New York.
Linsley, Jr. R.K, M.A. Kohler and J.L.H. Paulus.
1983. Hydrology for Engineers (Third Edition) Mc. Graw-Hill Book Company. New
York.
Setiawan, Budi Indra. 1999. Land Use Planning For
Cigulung Maribaya Sub Watershed Using ANSWERS Model. Proceeding of International
Workshop on Sustainable Resource Management for Cidanau Watershed. RUBRD-UT/IPB.
Bogor.
Seyhan, Ersin.
1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Suhardjono. 1993. 135 Pertanyaan dan Jawaban
tentang Pengantar Penelitian Ilmiah. UPT Penerbitan FT Universitas
Brawijaya. Malang
Thompson, L.M. 1957. Soils and Soil Fertility, Mc.
Graw-Hill Book Company. New York.
Wischmeier, W.H. and D.D. Smith. 1978. Predicting
Rainfall Erosion Losses. A Guide to Conservation Planning. Agricultural
Handbook. Science and Education. U.S. Department of
Agriculture.