© 2001
Endang Prangdimurti Posted:
31 December 2001
Makalah Falsafah Sains (PPs
702)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
Desember
2001
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
(Penanggung Jawab)
PROBIOTIK DAN EFEK
PERLINDUNGANNYA TERHADAP KANKER KOLON
Oleh :
Endang Prangdimurti
F226010021/IPN
E-mail: prangdimurti@yahoo.com
Laporan The National Cancer Institute tahun
1999 yang disitasi oleh Brady et al. (2000) menyatakan bahwa sejak tahun 1990
hingga tahun 1996 , terdapat empat jenis kanker yaitu paru-paru, prostat,
payudara dan kolon, yang menempati lebih dari setengah kasus kanker yang
terjadi, dan juga yang menyebabkan kematian. Kanker kolon merupakan kanker yang
menempati urutan kedua terbanyak yang menyebabkan kematian setelah kanker
paru-paru. The American Cancer
Society memperkirakan pada tahun 2001 ini dari sebanyak 135.400 kasus yang
terdiagnosa, sebanyak 56.700 berakhir dengan kematian. Keterlambatan penanganan
kasus kanker kolon dikarenakan gejala awal kanker kolon seringkali dianggap
seperti sakit perut biasa.
Selain faktor genetik (keturunan), resiko
terkena kanker kolon meningkat pada umur lanjut (diatas 50 tahun), menerapkan
pola makan yang salah (tinggi lemak dan kurang serat makanan), serta mengalami
radang usus besar (ulcerative colitis).
Pola makan merupakan salah satu
faktor yang dapat dikontrol. Resiko
terkena kanker kolon dapat diturunkan dengan cara peningkatan konsumsi serat
makanan (termasuk prebiotik), penurunan konsumsi lemak dan peningkatan konsumsi
probiotik.
Pangan
probiotik merupakan pangan (makanan/minuman) yang mengandung sejumlah bakteri
hidup yang memberi efek yang menguntungkan kesehatan. Pangan probiotik yang telah lama dikenal antara lain produk susu
fermentasi oleh bakteri asam laktat (Lactobacilli dan Bifidobacterium)
seperti yogurt, yakult, susu asidofilus, dan lain-lain. Selain mempunyai nilai nutrisi yang baik,
produk tersebut dianggap memberi manfaat kesehatan dan terapeutik. Manfaat ini
diperoleh akibat terbawanya bakteri-bakteri hidup ke dalam saluran pencernaan
yang mampu memperbaiki komposisi mikroflora usus sehingga mengarah pada
dominansi bakteri-bakteri yang menguntungkan kesehatan. Khusus pada tulisan ini akan memaparkan
peran probiotik dalam menekan kanker kolon, meliputi apakah probiotik itu,
bagaimana aksinya dalam menekan terjadinya kanker kolon serta upaya preventif
(konsumsi synbiotik).
II. Perkembangan Kanker Kolon
Kanker kolon adalah
kanker yang terjadi pada daerah kolon, yaitu usus besar bagian awal sepanjang 6
ft. Kadangkala disebut kanker
kolorektal (colorectal ) apabila kanker berada di bagian kolon dan
rektum (8-10 inch terakhir dari usus besar). Perkembangan kanker kolon diawali
oleh tahap inisisasi, dimana suatu karsinogen menyebabkan perubahan pada
DNA. Tahap ini didahului oleh aktivasi
metabolik suatu prekursor (prokarsinogen) menjadi karsinogen. Terjadinya beberapa mutasi pada DNA akan mengawali perkembangan
tumor. Tahap selanjutnya (post-inisiasi)
belum jelas benar, meskipun biasanya melibatkan terjadinya perubahan dalam
jalur transduksi sinyal. Selanjutnya
adalah terjadinya pertumbuhan sel yang luar biasa yang dapat dilihat secara
morfologis sebagai aberrant crypt (precancerous lesions). Aberrant crypt merupakan struktur
preneoplastik, relatif lebih besar daripada normal crypt, dan akan
berkembang lebih lanjut menjadi polip dan bahkan tumor. Pada Gambar 1. dapat
dilihat polip yang tumbuh pada kolon.
Tumor dapat bersifat
jinak (benign) dan ganas (malignant). Berbeda dengan tumor ganas (kanker), sel-sel tumor jinak tidak
menyebar ke bagian tubuh lainnya dan dapat hilang (tidak tumbuh lagi) setelah
diangkat. Sedangkan sel-sel kanker dapat bermetastasi (menyebar)
dan masuk ke dalam aliran darah dan system limfatik. Oleh karena itu studi efek
probiotik terhadap perkembangan kanker kolon tidak sebatas menggunakan alur sel
kanker kolon, namun juga melihat efeknya hingga ke darah atau jaringan lain.
Gambar 1. Polip pada kolon
III. Konsep Probiotik dan Mikroorganisme di
Saluran Pencernaan
Brady et al. (2000) mensitasi definisi
probiotik dari Gibson and Robertfroid (1995) sebagai pangan/suplemen pangan
yang berisi mikroba hidup yang memberi efek yang menguntungkan (kesehatan)
saluran pencernaan. Ditambahkan oleh
Guarner dan Schaafsma (1998) bahwa mikroorganisme hidup tersebut dapat
memberikan efek kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah cukup.
Konsep probiotik dikembangkan dari sebuah
teori autointoksikasi yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan Rusia penerima
Nobel Biologi tahun 1908 yaitu Elie Metchnikoff. Menurutnya, secara perlahan
pembusukan (putrefeksi) oleh bakteri dalam usus besar menghasilkan senyawa-senyawa
beracun yang memasuki peredaran darah, yang disebut sebagai
proses”autointoksikasi”. Proses inilah yang menyebabkan penuaan dan beberapa
penyakit-penyakit degeneratif. Dia meyakini bahwa tingginya usia hidup warga
suku-suku pegunungan di Bulgaria
merupakan hasil dari konsumsi produk susu fermentasi. Bakteri yang ikut terkonsumsi bersama produk
tersebut dan kemudian mampu tinggal di usus berpengaruh positif terhadap
mikroflora di kolon dengan cara menurunkan efek toksik dari mikroorganisme yang
merugikan di kolon.
Mikroorganisme yang berpeluang besar melintasi
dan hidup pada saluran pencernaan
adalah yang berasal dari tubuh manusia sendiri. Karena itu pada awalnya bakteri yang
digunakan untuk pembuatan probiotik diisolasi dari usus manusia atau dari feses
bayi sehat. Ada sekitar 100 spesies dan lebih dari 1014 bakteri
terdapat dalam saluran pencernaan, termasuk bakteri-bakteri patogen dan bakteri
yang menguntungkan. Pada Tabel 1. dapat
dilihat mikroorganisme yang dominan terdapat pada saluran pencernaan
manusia. Mikroflora dalam saluran
pencernaan manusia sehat relatif stabil, tetapi bervariasi bergantung dari
kondisi fisiologis, pangan yang dikonsumsi, pengobatan yang sedang dijalani,
stress dan umur.
Tabel 1. Distribusi dan komposisi mikroflora
intestinal (Lichtenstein and Goldin, 1998)
Daerah |
Komposisi a |
Jumlah total /ml material |
Lambung |
Streptococcus Lactobacillus |
101 – 102 |
Duodenum dan jejunum |
Streptococcus Lactobacillus |
102 – 104 |
Ileal – cecal |
Bacteroides Clostridium
Streptococci Lactobacilli |
106 – 108 |
Kolon |
Bacteroides Clostridium Eubacterium Peptococcus Bifidobacterium Streptococcus Fusobacterium |
1011.5 – 1012 |
a
Hanya mikroorganisme yang dominan di tiap bagian
IV.
Syarat Probiotik dan Jenis-jenisnya
Agar suatu mikroorganisme menjadi probiotik
yang efektif dalam memberi efek kesehatan maka disyaratkan: berasal dari
manusia (human origin), stabil terhadap asam maupun cairan empedu, dapat
menempel pada sel intestin manusia, dapat berkolonisasi di saluran pencernaan
manusia, memproduksi senyawa antimikroba, dapat melawan bakteri patogenik dan
kariogenik, telah teruji secara klinis aman dikonsumsi, serta tetap hidup
selama pengolahan dan penyimpanan.
Selain itu konsumsi harus dilakukan secara teratur sebanyak 100-150 ml
produk (berisi 106 /ml
bakteri hidup) setiap 2 atau 3 kali seminggu.
Saat ini terus dikembangkan
penelitian-penelitian yang menggunakan mikroorganisme yang diisolasi dari usus
manusia untuk digunakan dalam pembuatan probiotik. Bentuk produk probiotik bervariasi tidak lagi hanya dalam bentuk
makanan atau minuman, tetapi juga tablet atau kapsul. Pada Tabel 2. berikut ini
disajikan berbagai macam tipe probiotik dan bakteri probiotik yang umumnya
digunakan.
Tabel
2. Tipe-tipe produk probiotik
dan bakteri probiotik yang digunakan
Probiotik |
Bakteri (yang umumnya digunakan) |
Produk-produk susu fermentasi (yogurt, buttermilk, susu asidofilus, dan lain-lain) |
Lab. bulgaricus Str. thermophilus Leu. mesenteroides Lab. acidophilus Lab. casei
Bifidobacteria spp. Lab. reuteri |
Pangan yang disuplementasi (susu pasteurisasi, minuman-minuman) |
Lab. bulgaricus Str. thermophilus
Lab. acidophilus Bifidobacteria spp. Lab. reuteri |
Pharmaceuticals (tablet, kapsul, granula) |
Lab. bulgaricus Lab. acidophilus Bifidobacteria spp. |
Produk-produk health food (cairan, kapsul, bubuk) |
Lab. acidophilus Bifidobacteria spp. Lactobacillus spp. |
Dalam banyak studi kanker kolon yang dilakukan
menggunakan hewan maupun manusia, lebih banyak ditujukan untuk melihat
bagaimana pangan (diet) berpengaruh terhadap faktor-faktor pemicu, seperti
meningkatnya aktivitas enzim yang mengaktivasi karsinogen, meningkatnya
senyawa-senyawa prokarsinogenik dalam kolon, dan perubahan populasi bakteri
tertentu . Sejumlah studi membuktikan
bahwa faktor pemicu tersebut berubah seperti yang diharapkan dengan pemberian
probiotik.
Salminen et al. (1998) merangkum hasil studi efek klinis
mikroorganisme probiotik. Beberapa
probiotik yang berkaitan dalam menekan
kanker kolon disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3.
Bakteri probiotik dan efeknya perlindungannya terhadap kanker kolon
Galur |
Efek klinis yang telah dilaporkan |
Lactobacillus acidophilus LA1 (Lactobacillus johnsonii) |
Dapat menempel pada
sel intestinal manusia, menyeimbangkan mikroflora, memperkuat imunitas. |
Lactobacillus acidophilus NCFB 1748 |
Menurunkan aktivitas enzim fekal, menurunkan mutagenisitas di
fekal, melindungi diare karena radioterapi, memperbaiki konstipasi. |
Lactobacillus GG (ATCC 53013) |
Melindungi diare karena antibiotik, rotavirus, diare akut,
melawan bakteri kariogenik,
memperkuat imunitas intestinal, memperkuat barier saluran pencernaan. |
Lactobacillus acidophilus
NCFM |
Menurunkan aktivitas
enzim fekal, aktivitas laktase tinggi, pengobatan intoleransi laktosa,
produksi bakteriosin. |
Lactobacillus casei
Shirota |
Melindungi gangguan intestinal, menyeim-bangkan bakteri
intestinal, menurunkan aktivitas enzim fekal, memperkuat imunitas intestinal. |
Streptococcus thermophilus; Lactobacillus
bulgaricus |
Tidak ada efek pada
diare rotavirus, tidak ada efek pada enzim fekal, memperkuat imunitas. |
Bifidobacterium bifidum
|
Pengobatan diare
karena virus, menyeim-bangkan mikroflora intestinal |
Lactobacillus gasseri
(ADH) |
Reduksi enzim fekal |
Lactobacillus reuteri
|
Mengkolonisasi
saluran intestinal |
.
Mekanisme yang
diperkirakan terjadi sehubungan dengan kemampuan probiotik dalam menekan insiden
kanker kolon dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori :
Yang termasuk dalam kategori ini adalah
kemampuan probiotik menekan perkembangan sel tumor baik secara langsung maupun
secara tidak langsung melalui peningkatan sistem imun terlebih dahulu.
Untuk lebih meyakinkan bahwa agen antitumor
bukan disebabkan oleh asam organik (asam laktat) maupun senyawa lain dalam susu
segar, maka dibandingkan kemampuan penghambatan asam laktat, susu segar dan
susu fermentasi terhadap proliferasi sel tumor. The National Cancer Institute (NCI) menyebutkan bahwa dari
hasil studi tersebut terlihat bahwa asam laktat dan susu segar tidak memiliki
efek inhibitor pada mencit yang diimplantasi oleh sel tumor rongga perut (ascites). Sebaliknya, semua susu fermentasi secara nyata menghambat proliferasi
sel tumor sekitar 27,4 – 32,1 % (Tabel
4).
Tabel 4. Efek pemberian asam laktat, susu segar dan
susu fermentasi pada proli-
ferasi sel tumor rongga perut Ehrlich
(disitasi oleh Gonc et al., 1996).
Sampel ransum |
Sel tumor (x
106/mencit) |
||
Kontrol |
+ Sampel |
Penghambatan (%) |
|
Asam laktat |
28.9 |
32.3 |
0 |
Susu segar |
28.9 |
32.3 |
0 |
Yogurt |
29.5 |
21.4 |
27.4 |
Susu asidofilus |
29.2 |
19.8 |
32.1 |
Susu bulgaricus |
26.4 |
18.3 |
30.7 |
Dari studi
lainnya, bakteri probiotik yang lisis juga tetap dapat memperlihatkan efek
antitumor. Mencit yang diberi ransum yogurt
segar maupun yogurt pasteurisasi dapat menghambat sebesar 28-30% tumor
Ehrlich. Park (1996) juga menyebutkan
bahwa aktivitas antimutagenik dari bakteri asam laktat ditemukan pada fraksi
dinding sel dan bukan di dalam sitosol.
Diperkirakan fraksi
glikopeptida (peptidoglikan) dari dinding sel bakteri yang berperan dalam hal
ini. Gonc et al. (1996) menyatakan bahwa Bogdanov dan koleganya
di Rusia yang pertama kali meneliti bahwa L. bulgaricus memiliki
aktivitas antitumor. Mereka mengisolasi
suatu glikopeptida yang memiliki
aktivitas biologis melawan Sarcoma dan tumor rongga perut Ehrlich. Selain
molekul glikopeptida, molekul
polisakarida dan fosfopolisakarida dari bakteri laktat juga memiliki efek
antitumor.
Sel tumor dapat dihambat pertumbuhannya maupun
sintesa DNA-nya oleh senyawa yang terdapat dalam dialisat yogurt. Identifikasi terhadap antitumor menunjukkan
bahwa senyawa tersebut memiliki BM rendah (< 1400 Dalton) (Ayebo et al,
1982, yang disitasi oleh Park (1996)).
Probiotik dapat meningkatkan respon imun
melawan sel-sel kanker melalui potensinya dalam menginduksi pembebasan sitokin
seperti TNF-a
(tumor necrosis factor) dan interleukin. Isolauri et al.
(1998) menyatakan beberapa galur bakteri asam laktat seperti L. rhamnosus (ATCC 53103), L. plantarum
(VTT), Lactococcus lactis (ARH74), dan Bifidobacterium animalis
dalam keadaan hidup berpotensi menginduksi TNF-a (tumor necrosis factor) dan interleukin-6
(IL-6) dari sel mononuklear darah periferal manusia .
Selain dapat menginduksi sitokin, probiotik
juga mampu mengaktifkan sel makrofag. Sel makrofag berperan dalam menekan
pertumbuhan sel tumor. Perdigon et al.
(1986) yang disitasi oleh Sanders (1994) mencatat bahwa Lactobacilli (L. casei dan L. bulgaricus) dapat mengaktifkan fungsi makrofag mencit
dan menstimulir respon imun. Dipaparkan
oleh Isolauri et al. (1998), Kato et al. (1994) menunjukkan bahwa Lactobacillus
casei yang diinjeksi pada mencit secara intraperitoneal, intravena dan
subkutan memperlihatkan aktivitas antitumor dan peningkatan respon imun melalui
peningkatan fungsi makrofag, aktivitas sel NK (natural killer) dan sel
limfosit T. Studi lainnya memperlihatkan bahwa dengan pemberian Lactobacillus
casei secara oral pada pasien kanker kolon berhasil meningkatkan sistem imunnya yang dalam hal ini fungsi limfosit dari darah periferal dan
dari lymph node yang tersebar di saluran pencernaan.
Asam butirat, yaitu salah satu hasil
fermentasi karbohidrat di kolon oleh bakteri probiotik, disebutkan dapat
menstimulir terjadinya apoptosis (kematian sel yang terprogram) dari sel-sel
abnormal. Butirat merupakan sumber
energi untuk sel-sel kolonosit
sehingga menstimulir proliferasi sel epitel dan terjadinya pembebasan
sitokin. Sodium butirat meningkatkan
pembebasan IL-8 dari sel epitel intestinal dan efek ini lebih terlihat apabila
sel distimulasi dengan IL-1 b
atau LPS (lipopolisakarida) bakteri (Shah dan Walker, 2000).
Macfarlane dan Cummings (1991) menyatakan
bahwa butirat secara in vitro dapat memperpanjang waktu membelah diri (doubling
time) dan memperlambat kecepatan pertumbuhan alur sel kanker kolorektal
manusia. Butirat mempengaruhi enzim-enzim seluler, menginduksi akumulasi histon
terasetilasi dalam kultur sel dan menstabilkan struktur kromatin selama
pembelahan sel.
2.
Menekan aktivitas enzim prokarsinogenik di fekal
Salah satu efek
antikarsinogenik yang penting adalah penghilangan kemampuan enzim yang berperan
dalam mengkonversi komponen-komponen prokarsinogenik menjadi karsinogenik,
yaitu enzim-enzim fekal b-glukosidase, b-glukoronidase, nitroreduktase dan
azoreduktase.
Peranan
probiotik dalam hal ini adalah menekan pertumbuhan bakteri-bakteri penghasil
enzim-enzim tersebut dengan cara :
·
memproduksi
senyawa-senyawa inhibitor seperti asam-asam organik (laktat, asetat), H2O2
serta bakteriosin.
·
memblokir sisi penempelan di saluran
pencernaan
·
berkompetensi dalam
penggunaan nutrisi untuk pertumbuhan
berkompetisi dalam penggunaan nutrisi
untuk pertumbuhan.
Beberapa studi
menunjukkan bahwa susu asidofilus menurunkan aktivitas enzim-enzim fekal
tersebut. Pada Tabel 3. di atas dapat
dilihat beberapa probiotik yang dapat menurunkan aktivitas enzim-enzim fekal
tersebut.
Park (1996)
menyebutkan rendahnya kejadian kanker kolon di Korea karena tingginya konsumsi
Kimchi, produk fermentasi sayuran oleh bakteri asam laktat. Hal ini antara lain karena penurunan pH oleh
bakteri asam laktat menghambat 7-a -hidroksilase yang terlibat dalam perubahan asam
empedu primer menjadi asam empedu sekunder yang bersifat promotor kanker.
Reaksi
kondensasi amin sekunder dengan nitrit membentuk nitrosamin dikatalisir oleh
enzim-enzim bakteri pada pH netral .
Penurunan pH yang disebabkan produk metabolit asam organik bakteri
probiotik dapat menekan pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik (Macfarlane dan Cummings, 1991)
Berbeda dengan
kategori yang pertama, yang mana probiotik memperlihatkan efek terhadap sel
tumor, dalam kategori yang ketiga ini probiotik dapat secara langsung menghilangkan/mengikat/menetralisir
senyawa-senyawa pemicu terjadinya kanker (prokarsinogenik maupun
mutagenik). Nitrit yang umum digunakan
dalam proses pengolahan pangan, misalnya dalam pembuatan sosis dan kornet,
dapat bereaksi dengan amin sekunder. dalam
saluran pencernaan menjadi nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Reaksi ini
dapat terjadi pada kondisi asam dan dikatalisis oleh enzim-enzim bakteri pada
kondisi pH netral. Beberapa Lactobacili diantaranya L. acidophilus dapat
menghilangkan nitrit secara kimiawi dan enzimatis sehingga menurunkan
potensinya untuk dikonversi menjadi nitrosamin (Gonc et al., 1996).
Probiotik diperkirakan memproduksi
komponen-komponen antimutagenik. Tamai
et al.(1995) yang disitasi oleh Salminen et al (1998) melakukan pengujian
dengan Ames test dan melaporkan bahwa susu fermentasi memiliki komponen
antimutagenik terhadap senyawa-senyawa mutagen/karsinogen Trp P-2, MNNG, B(a)P,
AF2, dan AB1. Kultur campuran dari
berbagai bakteri asam laktat dan khamir probiotik menghasilkan komponen
antimutagenik yang lebih efektif dibandingkan
kultur dari satu galur bakteri
asam laktat. Rhee and Park (2001) mengidentifikasi adanya tiga glikoprotein
yang berbeda dari Lactobacillus plantarum KLAB21 yang diisolasi dari
Kimchi yang memiliki kemampuan antimutagenik.
Dari banyak
studi yang telah dilakukan konsumsi probiotik berpotensi menekan insiden kanker
kolon. Bakteri hidup yang terdapat
dalam probiotik dapat mempengaruhi keseimbangan mikroflora usus. Berdasarkan mekanisme
antikarsinogeniknya, bakteri probiotik
memperlihatkan kemampuannya dalam menekan perkembangan sel tumor dan
meningkatkan sistem imun di saluran pencernaan, menekan aktivitas enzim
prokarsinogenik di fekal, serta mengeliminir senyawa-senyawa prokarsinogen/mutagen.
Upaya lain untuk terpeliharanya
populasi mikroorganisme yang menguntungkan kesehatan usus besar yaitu dengan
menyediakan makanan (nutrisi) yang lebih mudah dan dapat digunakan oleh bakteri
tersebut dibandingkan oleh bakteri yang merugikan, yang disebut dengan
prebiotik. Prebiotik umumnya golongan
oligosakarida (2-10 unit monosakarida) dan termasuk serat makanan karena tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan. Kombinasi prebiotik dan probiotik menjadi
produk yang disebut synbiotik kini mulai banyak dikembangkan.
Pustaka acuan
Brady, L.J., Gallaher, D.D. and Busta, F.F. 2000. The role of
probiotic cultures in the prevention of colon cancer. J. Nutr. 130 : 410S-414S.
http://www.cdc.gov/cancer/screenforlife/info.htm.colorect
.Colorectal Cancer Information.
http://www.cancernet.nci.nih.gov/wyntk_pubs/colon.htm#2
.Understanding the Cancer Process.
http://www.cdc.gov/cancer/colorctl/colorect.htm
.Colorectal cancer : The importance of Prevention and Early Detection.
Gonc, S., Akalin, S. and Karagozlu, C. 1996. Anticarcinogenic activity of fermented
milks. In : Proceeding of
IUFoST’96 Regional Symposium Non-Nutritive Health Factors for Future
Foods. Seoul. Korea.
Isolauri, E., Salminen, E., and Salminen, S. 1998.
Lactic acid bacteria and immune modulation. In Salminen, S. and Wright, A (eds). Lactic Acid Bacteria : Microbiology and
Functional Aspects. Edisi kedua. Marcel Dekker, Inc. New York
– Basel.
Lichtenstein, A.H. and Goldin, B.R. 1998.
Lactic acid bacteria and intestinal Drug and Cholesterol
Metabolism. In Salminen, S. and
Wright, A (eds). Lactic Acid Bacteria :
Microbiology and Functional Aspects. Edisi kedua. Marcel Dekker, Inc. New York
– Basel.
Macfarlane, G.T. and Cummings, J.H. 1991.
The colonic flora, fermentation, and large bowel digestive
function. In Phillips, S.F.,
Pemberton, J.H. and Shorter, R.G. (eds).
The Large Intestine : Physiology, Pathophysiology, and Disease. Raven Press, Ltd. New York.
Park, K.
1996. Antimutagenic and
anticancer functions of Kimchi. In
: Proceeding of IUFoST’96 Regional Symposium Non-Nutritive Health Factors for
Future Foods. Seoul. Korea.
Rhee, C and Park, H.
2001. Three glycoproteins with
antimutagenic activity identified in Lactobacillus plantarum KLAB21. J. Appl. Env. Microbiol. 67:8, p. 3445 –
3449.
Salminen, S., Deighton, M.A., Benno, Y. and Gorbach,
S.L. 1998. Lactic acid bacteria in health and disease. In Salminen, S. and Wright, A
(eds). Lactic Acid Bacteria :
Microbiology and Functional Aspects. Edisi kedua. Marcel Dekker, Inc. New York
– Basel.
Sanders, M.E. 1994.
Lactic acid bacteria as promoters of human health. In Goldberg,
I. (ed). Functional Foods : Designer
Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals.
Chapman & Hall, Inc. New
York.
Shah, U.and Walker, W.A.
2000. Adverse host responses to
bacterial toxins in human infants. J.
Nutr. 130 : 420S-425S.