© 2001 Edy
Syahputra Posted: 26 Nov. 2001
[rudyct]
Makalah Makalah
Ekologi Populasi (MNH
831)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
November 2001
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
(Penanggung Jawab)
NERACA KEHIDUPAN DAN MATRIKS PERTUMBUHAN
POPULASI
Oleh:
Edy Syahputra
ENT A426010021
E-mail:
e_sitorus_2000@yahoo.com
Neraca
Kehidupan (Life Table)
Salah
satu cara atau langkah awal untuk mempelajari perkembangan suatu populasi serangga
adalah dengan menyusun neraca kehidupan.
Di dalam neraca kehidupan terdapat suatu gambaran ringkas tentang
kehidupan yang spesifik dari ssuatu populasi atau kohor. Di dalam neraca kehidupan terdapat
deskripsi yang sistematis tentang mortalitas dan kelangsungan hidup suatu
populasi. Informasi tersebut
merupakan informasi dasar yang diperlukan dalam menelaah perubahan kepadatan
dan laju pertambuhan dan atau penurunan suatu populasi (Poole, 1974; Price,
1999; Smith, 1990).
Data dari informasi di atas
dapat digunakan untuk menentukan statistik populasi dari suatu organisme. Untuk mendapatkan data yang
menunjang pembuatan statistik populasi yang baik dapat dilakukan dengan
mengikuti/mengamati perkembangan suatu kelompok individu yang semuanya lahir
pada waktu yang sama (kohor).
Kohor tersebut dipelajari hingga kematian individu terakhir, sambil
mencatat kematian individu-individu anggota dan kelahiran keturunannya.
Laju reproduksi bersih R0 analog dengan
laju pertumbuhan terbatas (λ), kecuali bahwa λ didefinisikan untuk interval
waktu t = 1, sedangkan R0
untuk waktu sepanjang satu generasi (T).
Bila
interval waktu t = lama generasi T, maka
R0 = λ.
R0
= e rT, sehingga lama generasi dapat diduga sebagai
Ln R0 = r.T
atau
ln
R0
T = -------
R
Bila
λ mendekati 1, nilai T dapat diduga dengan
Σ x lx
T ≈ ---------------
Σ lx . mx
Dengan
nilai T ini, maka r dapat diduga secara kasar dengan
Ln R0
r = -----------
T
Bila mortalitas dan natalitas
bersifat konstan dan populasi menyusun sebaran usia stabil maka nilai r dapat
diduga secara lebih tepat dengan persamaan
Σ e –rx lx mx = 1
Pada populasi yang memiliki sebara
usia stabil, maka laju kelahiran terbatas (β) dapat dihitung dari:
1
------ = Σ lx e-r(x+1)
β
Proporsi individu berusia x pada populasi dengan sebaran usia stabil
adalah:
Px = β lx e-r(x+1)
Karena r = b – d, maka b dapat
dihitung sebagai
β r
b = -------
λ – 1
kemudian d dihitung dari persamaan
r = b – d
Laju kematian terbatas (δ) didekati dari hubungan
δ r
d = -------
λ – 1
Perumusan neraca
kehidupan merupakan langkah pertama dalam menghitung laju pertumbuhan intrinsik
(r). Perhitungan parameter r didasarkan hanya pada populasi betina, dan
diasumsikan bahwa jantan cukup tersedia di sekitarnya. Dua
data utama yang dibutuhkan dalam perhitungan tersebut adalah (Birch, 1948;
Tarumingkeng, 1994):
Dari data neraca kehidupan tersebut perhitungan dapat
dilanjutkan untuk menentukan parameter-parameter demografi lainnya (Birch,
1948; Price, 1999; Wilson & Bossert, 1971) seperti:
Laju reproduksi kotor
(GRR) = ∑ mx
Laju reproduksi bersih
(Ro) =
∑ lxmx
Waktu generasi =
∑ x lxmx / ∑ lxmx
Nilai reproduksi (Vx
/ Vo) =
(erx / lx) ∑ erx lx mx
Berikut ini
contoh data dan perhitungan neraca kehidupan dari kohor serangga nyamuk (data
hipotetik).
x |
ax |
lx |
dx |
qx |
Lx |
Tx |
ex |
mx |
lxmx |
xlxmx |
px |
0 |
500 |
1 |
100 |
0.20 |
0.90 |
4.10 |
4.10 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.86 |
1 |
400 |
0.80 |
30 |
0.08 |
0.77 |
3.20 |
4.00 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.94 |
2 |
370 |
0.74 |
20 |
0.05 |
0.72 |
2.43 |
3.28 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.90 |
3 |
350 |
0.70 |
50 |
0.14 |
0.65 |
1.71 |
2.44 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.77 |
4 |
300 |
0.60 |
100 |
0.33 |
0.50 |
1.06 |
1.77 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.60 |
5 |
200 |
0.40 |
100 |
0.50 |
0.30 |
0.56 |
1.40 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.50 |
6 |
100 |
0.20 |
50 |
0.50 |
0.15 |
0.26 |
1.30 |
15.00 |
3.00 |
18.00 |
0.50 |
7 |
50 |
0.10 |
25 |
0.50 |
0.08 |
0.11 |
1.10 |
5.00 |
0.50 |
3.50 |
0.40 |
8 |
25 |
0.05 |
20 |
0.80 |
0.03 |
0.03 |
0.70 |
4.00 |
0.20 |
1.60 |
0.17 |
9 |
5 |
0.01 |
5 |
1.00 |
0.01 |
0.00 |
0.50 |
3.00 |
0.03 |
0.27 |
0.00 |
10 |
0.00 |
0.00 |
0 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
0.00 |
∑ |
|
|
|
|
|
4.10 |
GRR = 27.0 |
3.73 |
23.37 |
|
|
R0 = 3.73 |
|
|
|
Tc = 6.27 |
|
|
R = 0.21 |
|
Keterangan: data dihitung dengan program MS Excel
1998
Kolom ax menunjukkan jumlah serangga yang masih
bertahan hidup pada masing-masing kelas umur. Dari nilai yang ada dapat diketahui bahwa tidak semua nyamuk
yang dipelihara mampu menyelesaikan siklus hidupnya. Bila kita akan membandingkan kohor tersebut dengan kohor
nyamuk yang lain, dengan menggunakan data pada kolom ini akan menghasilkan bias
yang tinggi.
Nilai yang terdapat pada kolom lx menggambarkan
proporsi jumlah nyamuk yang hidup pada kelas umur yang berbeda. Nilai yang tampak bisa digunakan untuk
memprediksi proporsi serangga yang hidup dari kohor lain. Dari kelas umur 1 hingga 9 menunjukkan trend
nilai yang menurun di mana pada kelas umur 9 adalah 1, artinya jika kelas umur
9 merupakan fase imago nyamuk (umur tertentu) maka hanya 1% dari kohor nyamuk
yang dipelihara mampu mencapai iamgo nyamuk umur tertentu.
Kolom dx berisi nilai proporsi individu yang
mati. Dari kelas umur yang diamati
dapat dilihat bahwa proporsi kematian tertinggi terdapat pada kelas umur 4 dan
5 masing-masing 100 dan terkecil pada kelas umur 9. Jika kelas umur 4 dan 5 merupakan bentuk instar 3 dari
perkembangan nyamuk, maka pada fase tersebutlah banyak individu yang mati. Dari data tersebut kita harus
mencurigai faktor-faktor apa yang menyebabkan kamatian pada kelas umur
tersebut. Nilai yang ada pada
kolom ini belum menggambarkan intensitas atau pentingnya mortalitas dalam
individu.
Nilai yang terdapat
pada kolom qx menggambarkan tingkat mortalitas atau peluang
masing-masing individu mengalami mortalitas pada masing-masing kelas umur. Dari data di atas dapat diketahui bahwa
peluang kematian tertinggi dari kohor nyamuk yang dipelihara terdapat pada
kelas umur 8, sedangkan peluang kematian terkecil terdapat pada kelas umur 2.
Dari tabel di atas
diketahu bahwa keturunan (anak betina) mulai mumcul pada kelas umur 6 (kolom mx)
dengan jumlah 15. Arti nilai ini adalah
bahwa setiap individu betina hidup yang mencapai kelas umur 6 mampu
menghasilkan keturunan sebanyak 15.
Total nilai mx untuk seluruh kelas umur merupakan nilai R0
(laju reproduksi bersih), yaitu jumlah keturunan yang mampu dihasilkan oleh
individu asal. Nilai ini
menggambarkan apakah sejalan dengan pertambahan kelas umur populasi akan
meningkat atau menurun. R0
pada contoh hipotetik ini adalah 3.73 artinya populasi nyamuk cenderung
bertambah dengan peningkatan 3.73 kali dari populasi generasi sebelumnya. Jika R0 < 1 artinya
populasi nyamuk akan menurun menuju kepunahan, sedangkan jika R0
> 1 artinya populasi nyamuk akan meningkat.
Aplikasi
dari nilai-nilai hasil perhitungan parameter di atas, selain secara langsung
dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan populasi, secara tidak langsung
nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk keperluan lainnya, misalnya untuk
evaluasi ketahanan tanaman terhadap serangan hama (Zeng et al., 1993)
Penggunaan matriks dalam pertumbuhan
populasi dikembangkan oleh Leslie (1948) yang sebelumnya telah dikemukakan
Lewis (1942). Matriks Leslie
digunakan untuk meramalkan keadaan populasi suatu organisme pada waktu tertentu
(t+1) berdasarkan keadaan populasi sebelumnya t.
Dengan menggunakan matrik ini,
jika sebaran populasi menurut struktur umur pada suatu saat telah diketahui
pada populasi yang berada dalam sebaran usia stabil maka dimungkinkan untuk
dpat meramalkan struktur umur atau banyaknya individu dalam setiap kelompok
umur pada waktu berikut.
Dalam model ini pertumbuhan populasi (reproduksi dan kematian) merupakan
fungsi umur individu dalam populasi.
Pubah dan
parameter model matriks Leslie mencakup n x,t yang merupakan
banyaknya betina yang hidup pada selang usia x sampai dengan (x + 1) pada waktu
t. Px merupakan peluang
seekor betina yang berusia x hingga dengan (x+1) pada waktu t akan hidup pada
usia (x+1) sampai dengan (x+2) pada waktu (t+1). Mx merupakan rerata banyaknya keturunan betina yang
dilahirkan selam waktu t sampai dengan (t+1) per induk yang berusia x hingga
dengan (x+1) pada waktu t, yang akan hidup pada usia 0 hingga 1 pada waktu
(t+1).
Nilai px dan lx dapat dihitung
dengan model di bawah ini.
p x = l x+1 / l x
l x
= l x + l x+1 / 2
l x di
sini didefinisikan sebagai jumlah kohor awal yang masih hidup pada usia x.
Dalam
model tersebut terdapat dua persamaan:
N 0, t+1 = N x,t m x
= N 0, t m 0 + N 1,t m 1 + … (1)
N x+1, t+1 =
N x,t p x (2)
Kedua persamaan di atas
dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut
Nt+1 = M Nt
M Nt Nt+1
di mana:
N0,t+1 = ∑ Nx,t
mx
N1,t+1
= N0,t S0
N2,t+1
= N1,t S1
N3,t+1 = N2,t
S2
N4,t+1 = N3,t
S3
Untuk Nt+2 = M (MNt) = M2Nt,
yang bentuk umumnya dapat ditulis Nt = Mt No. Dengan menggunakan persamaan simulasi
pertumbuhan populasi pada waktu yang kita inginkan dapat dilakukan.
Contoh perhitungan
matriks Leslie (data hipotetik).
Diketahui
bahwa suatu populasi suatu jenis serangga yang memiliki empat kategori umur, dengan
populasi awal (t=0) menurut kategori umur N0,t = 0, N1,t
= 10, N2,t = 10 dan N3,t = 0. Nilai m0 = 0, m1 = 0, m2 =
5, m3 = 10 dengan p0 = 0,7; p1 = 0,6; p2
= 0,5. selanjutnya akan ditentukan
N0,t+1, N1,t+1, N2,t+1, N3,t+1.
Misalkan
kita mempunyai matrik M sebagai berikut:
Setelah satu, dua, tiga
dan empat interval waktu maka jumlah dan persebaran usia individu adalah:
Dari hasil perhitungan
matriks di atas dapat dilihat bahwa persebaran usia berubah-ubah. Namun pada suatu waktu persebaran usia
ini akan mencapai stabil. Kalau
kita buat grafik pertumbuhan populasi dari data tersebut maka persebaran usia
tersebut menunjukkan osilasi (Gambar 1).
Osilasi populasi akan lebih signifikan bila pada populasi yang kita
amati menunjukkan kematian yang tinggi pada usia dini (gambar 2). Misalkan nilai p pada matriks M diubah
menjadi p0 = 0.20; p1 = 0.10 dan p2 = 0,05, maka:
Grafik
pertumbuhan yang menunjukkan arah positif mengindikasikan bahwa populasi akan terus
berkembang, sebaliknya bila arah grafik populasi negatif maka artinya populasi
sedang menuju kepunahan.
Daftar Pustaka
Zeng F, Pederson G, Ellbury M & Davis F. 1993. Demographic statistic for the pea aphid (Homoptera: Aphididae)
on resistant and susceptible red clovers.
J Econ Entomol. 86(6):1825-1856.
Tarumingkeng RC. 1994. Dinamika populasi: kajian ekologi kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan dan Universitas
Kristen Krida Wacana, Jakarta.
Birch LC.
1970. The intrinsic rate of
natural increase of an insect population, p 79-90. In: Hazen WE (ed).
Reading in population and community ecology. Secon ed. WB
Saunders Co. Philadelphia.
Poole RW.
1974. An introduction to
quantitative ecology. McGraw-Hill,
Inc. New York. 574 p.
Price PW.
1999. Insect ecology. Third ed. John Wiley and Sons, Inc. New York. 607
p.
Smith RL.
1990. Ecology and field
biology. Fourth ed. Harper Collins Publisher. New York. 922p.
Wilson EO & Bossert. 1971. A primer
of population biology. Sinaver Associates,
Inc. Publishers. Stamford, Connecticut.
192 p.