Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut
Pertanian Bogor
Dosen:
Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Oleh :
Binsar Nababan
F126010051
/TEP
E-mail: nababanid@yahoo.com
Abstrak.
Rancangan ini, digunakan untuk mengklasifikasikan pemakai dalam mengoperasikan sistem operasi PLTA, sehingga pemakai hanya dapat mengoperasikan instruksi-instruksi yang terdapat pada sistem perangkat lunak (software), sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan padanya. Rancangan ini menggunakan prinsip struktur pohon (tree), dengan klasifikasi pemakai tiga tingkatan yaitu pemakai utama (super user), ketua kelompok (group leader) dan pemakai biasa (reguler user). Rancangan klasifikasi pemakai ini, menggunkan dua nomer yaitu nomer kelompok (g) dan nomer anggota (m). Kedua nomer tersebut mempunyai nilai 0 sampai dengan 255. Dari percobaan simulasi yang dilakukan, terlihat bahwa rancangan ini, sangat efektif mengontrol pemakai dalam pengoperasian PLTA.
1.
PENDAHULUAN
Energi, merupakan suatu kebutuhan utama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Semakin maju suatu negara, semakin besar energi yang dibutuhkan. Bila ditinjau dari sumber pengadaan energi Dunia saat ini, sumber dari migas, merupakan sumber utama yang digunakan. Sumber migas yang terdapat di Bumi kita, sangat terbatas, dan pada suatu saat akan habis, oleh karena itu berbagai penelitian dilakukan para peneliti untuk menemukan sumber energi diluar migas, sebagai sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhannya. Indonesia sebagai negara yang terletak digaris hkatulistiwa, yang mempunyai daratan yang ditumbuhi hutan belantara yang luas beserta gunung / pegunungan yang didalamnya banyak sungai-sungai mengalirkan air dari hulu ke hilir sampai kelautan lepas yang terhampur luas disertai gemuruhnya ombak , dengan penyinaran sinar surya sepanjang tahun, dengan hembusan angin yang terdapat diseluruh wilayah Indonesia. Keberadaan wilayah Indonesia yang begitu beragamnya sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan, merupakan tantangan bagi para peneliti Indonesia, untuk melakukan penelitian/ kajian untuk menendapatkan sumber energi alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sesuai kebutuhan. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan adalah pembangkit listrik tenaga air. Pembangkit listrik tenaga air dapat beroperasi sesuai dengan rancangan sebelumnya, bila mempunyai daerah aliran sungai (DAS) yang potensial sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan dalam pengoperasian pembangkit listrik tenaga air tersebut. Pada operasi pembangkit listrik tenaga air tersebut, perhitungan keadaan air yang masuk pada waduk / dam tempat penampungan air, beserta besar air yang tersedia dalam waduk / dam dan perhitungan besar air yang akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak sumber listrik tersebut, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki, dengan demikian kontrol terhadap air yang masuk maupun yang didestribusikan kepintu saluran air untuk menggerakkan turbin harus dilakukan dengan baik, sehingga dalam operasi pembangkit listrik tenaga air tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efesiensi penggunaan air maupun pengamanan seluruh sistem, sehingga pembangkit listrik tenaga air tersebut, dapat beroperasi sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau panjang. Kontrol tersebut dapat dilakukan dengan malakukan analisa terhadap keadaan air melalui perhitungan-perhitungan hidrologi yang tersedia pada pusat kontrol operasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Analisa keadaan air dilakukan dengan bantuan program-program yang terintegrasi dalam sistem perangkat lunak (software) yang diinstal pada sistem komputer yang tersedia pada pusat kontrol. Setiap operasi yang dilakukan dalam sistem kontrol mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan oleh para operator maupun pimpinan operasi yang berhubungan dengan operasi pembangkit listrik tenaga air maupun tindakan keputusan dalam rangka pengamanan seluruh sistem, dengan demikian setiap pemberi instruksi dalam pengoperasian harus bertanggung jawab terhadap hasil operasi yang terjadi. Bila seluruh instruksi yang terdapat dalam sistem perangkat lunak dapat dioperasikan setiap orang, maka dapat mengakibatkan kesalahan fatal terhadap operasi PLTA dari orang yang tidak bertanggung jawab. Misalnya, bila dipuncak musim hujan, dengan volume air yang mengalir dari seluruh sungai yang masuk ke waduk / dam sudah melebihi kemampuan daya tampung waduk / dam, yang seharusnya harus segera diintruksikan pembukaan maksimum pintu pembungan air keluar dari waduk / dam, tidak diberikan instruksi, sehingga dapat mengakibatkan jebolnya tanggul waduk/dam, karena tidak dapat menahan tekanan air yang masuk ke waduk / dam begitu dahsyat atau pada musim kemarau panjang seseorang memberikan instruksi pembukaan maksimum pintu pembungan air keluar dari waduk / dam, sehingga terjadi pengeringan waduk / dam, sehingga sistem pembangkit listrik tenaga air tersebut tidak dapat beroperasi. Dengan demikian kerugian yang terjadi sangat besar, yang dialami masyarakat maupun pemerintah. Pengoperasian pembangkit listrik tenaga air ini, harus dilakukan perhitungan yang teliti terhadap besar bukaan pintu saluran air yang mengalirkan air keturbin, sesuai air yang tersedia dalam waduk / dam, dan sesuai dengan kebutuhan. Berapa besar bukaan pintu saluran air yang dibuka dan berapa besar listrik yang dihasikan, telah diperhitungan pada perancangan seluruh sistem PLTA, baik konstruksi secara menyeluruh, perangkat keras pendukung lainnya maupun dalam peroces sistem perangkat lunaknya. Jadi keseimbangan air yang tersedia dalam waduk / dam, merupakan parameter penting yang harus diperhatikan dengan baik.Untuk menghindari atau pengendalian terhadap kemungkinan masalah diatas, maka dibutuhkan sistem kontrol untuk mengontrol dan mengendalikan setiap orang yang mengoperasikan sistem pembangkit listrik tenagai air tersebut. Sistem kontrol yang dirancanga ini, merupakan sistem yang mengklasifikasikan para pemakai sistem operasi PLTA, untuk mengoperasikan sistem pembangkit listrik tenaga air tersebut, sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Jadi setiap orang yang akan mengoperasikan sistem pembangkit listrik tenaga air tersebut, hanya dapat memberikan instruksi sesuai wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk mengklasifikasikan setiap orang dalam pengoperasian sistem pembangkit listrik tenaga air tersebit, dilakukan berdasarkan sistem kunci (password).
2.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada prinsipnya ada beberapa
parameter yang mempengaruhi operasi pembangkit listrik tenaga air, antara lain
:
· Keberadaan Air
· Konstruksi pintu saluran air
2.1. Keberadaan Air
Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasiann pembangkit listrik tenaga air, baik dalam keadaan musim penghujan maupun musim kemarau panjang, diperlukan perhitungan besar volume air yang tersedia dalam waduk / dam, guna perhitungan berapa besar debit air yang harus dialirkan melalui pintu air yang dialirkan keturbin. Bila terjadi banjir, berapa besar volume air yang harus dibungan keluar dari waduk / dam melalui pintu pembungan air, sehingga tetap terjadi keseimbangan air dalam waduk / dam, dengan demikian dapat dihindari kerusakan bangunan waduk / dam maupun perangkat keras pendukung lainnya. Untuk kebutuhan perhitungan keadaan air baik yang akan masuk maupun yang berada dalam waduk / dam, dilakukan pengukuran terhadap parameter yang mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun yang ada dalam waduk/dam. Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai stasiun ukur yang tersebar pada daerah tangkap sungai (DAS) dalam waduk / dam tersebut. Data hasil pengukuran yang diproleh pada stasiun pengukuran, ditransmisikan melalui media komunikasi yang digunakan ke pusat kontrol operasi pembangkit listrik tenaga air untuk diproces sesuai fungsinya dalam sistem kontrol tersebut. Pada perhitungan keberadaan air tersebut, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan antara lain (3) (4) :
a. Aliran permukaan ( surface flow)
b. Aliran dasar ( Base flow)
c. Tinggi muka air
Aliran permukaan dan aliran dasar dipengaruhi intensitas curah hujan dan lama turunnya hujan. Semakin tinggi intensitas curah hujan dan semakin lama waktu turunnya hujan, semakin besar aliran permukaan dan aliran dasar sungai. Tinggi permukaan dipengaruhi aliran permukaan dan aliran dasar. Semakin besar aliran permukaan dan aliran dasar, semakin tinggi muka air yang terjadi, sehingga semakin besar volume air yang mengalir ke dalam waduk / dam.
d. Kehilangan air karena keadaan lingkungan
Paremeter kehilangan air yang disebabkan keadaan lingkungan, dipengaruhi antara lain :
· Suhu udara : semakin tinggi suhu udara, semakin besar kehilangan air
· Kelembaban : semakin kecil kelembaban (humidity),semakin besar kehilangan air
· Kecepatan angin : semakin cepat kecepatan angin berhembus, semakin besar kehilangan air
· Penyinaran Matahari : semakin panas dan semakin lama penyinaran matahari, semakin besar
kehilangan air
e.
Keadaan
daerah aliran sungai (DAS)
Parameter
keadaan daerah aliran sungai (DAS) dipengaruahi beberapa parameter, antara lain
:
·
Vagitasi : semakin rapat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan
(pohon) dalam DAS,
semakin besar aliran dasar sungai
· Penduduk : semakin padat / ramai penduduk yang bermukim dalam DAS, semakin
besar kehilangan air
· Industri : semakin banyak industri yang beroperasi dalam DAS, semakin besar
kehilangan air
2.2. Konstruksi Saluran Air ke Turbin
Kecepatan gerakan turbin, dipengaruhi oleh besar tekanan aliran air yang dialirkan keturbin. Besar tekanan aliran air yang dialirkan tersebut, dipengaruhi debit air yang dialirkan beserta konstruksi dan penempatan saluran air yang mengalirkan air tersebut. Semakin lebar diameter dan semakin tinggi pintu saluran air dibuka, semakin besar debit air yang dialirkan, semakin tinggi tekanan air yang terjadi masuk ke turbin. Selain hal tersebut diatas, rancangan dan peletakan saluran air tersebut, juga mempengaruhi tekanan air yang dialirkan ke turbin. Semakin besar perbedaan sudut antara posisi saluran pintu masuk air dari waduk / dam (Q2) dengan posisi saluran pintu air keluar yang mengalirkan air masuk ke turbin (Q1) pada gambar 1, semakin besar tekanan air yang mengalir masuk ke turbin, dengan demikian perputaran turbin semakin cepat. Semakin cepat perputaran turbin, semakin besar listrik yang terjadi. Bentuk peletakan posisi saluran air yang mengalirkan air ke turbin, dipaparkan pada gambar 1 (5).
Gambar 1. Bentuk posisi pintu saluran masuk air dan keluar, dengan Q1 = sudut posisi peletakan
pintu keluar air dengan garis horizontal, Q2 = sudut posisi peletakan pintu saluran air
masuk dari waduk/dam dengan garis horizontal.
Data hasil pengukuran yang
ditransmisikan ke pusat kontrol operasi pembangkit listrik tenaga air
tersebut diproces sesuai kebutuhan masing-masing data tersebut. Dari hasil
olahan data tersebut, diketahui berapa besar listrik yang dapat dihasilkan dari
setiap operasi yang dilakukan, berdasarkan besar debit air yang dialirkan melalui pintu saluran air ke
turbin, beserta keputusan apa yang segera diinstruksikan untuk dioperasikan,
dalam upaya pengamanan sistem pembangkit listrik tenaga air
secara menyeluruh. Block diagram alur
data hasil pengukuran dipaparklan pada gambar 2.
Pi1 Po1
T
L
Pin Pon
Gambar 2. Block diagram alur data hasil pengukuran, dengan St1 s/d Stn = stasiun ukur pada DAS,
WD = stasiun ukur pada waduk / dam, Pi1 s/d Pin = pintu-pintu masuk air ke saluran air,
Po1 s/d Pon = pintu-pintu keluar air dari saluran, T = turbin, L = listrik yang dihasilkan
3. PERANCANGAN SISTEM KONTROL OPERASI PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA AIR
Pada perancangan sistem kontrol operasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) ini, dititik beratkan pada pengendalian operasi dengan menggunakan perangkat lunak. Hal ini, dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada umumnya operasi PLTA, dikendalikan dengan menggunakan instruksi-instruksi yang terdapat dalam program-program yang tersedia pada sistem perangkat lunak (software). Jadi pada rancangan ini, pemakai sistem PLTA dikendalikan dengan menggunakan sistem perangkat lunak yang tersedia dalam pusat pengendalian operasi PLTA.
3.1. Sistem Kunci ( password )
Sistem kunci ( password
) adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan pemakai
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan pada pemakai. Pemakai sistem harus mempunyai kunci ( password
) yang telah dirancang dalam sistem perangkat lunak yang ada pada sistem
operasi PLTA tersebut. Bila pemakai ingin mengoperasikan sistem PLTA, maka
pemakai harus memasukkan kuncinya ( password) yang dimiliki sesuai yang telah diinstal pada sistem perangkat
lunak tersebut. Setiap pemakai sistem yang telah memasukkan kuncinya ( password ), maka kunci (password) tersebut akan diperiksa
terlebih dahulu dalam file kunci (password) pada sistem perangkat lunak,
apakah sesuai dengan yang ada dalam sistem, bila sesuai maka sistem dapat
dioperasikan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan padanya, tetapi
bila tidak sesuai, maka pemakai tersebut ditolak berarti sistem tidak dapat
dioperasikan yang bersangkutan. Bila
pemakai tetap mencoba ingin mengoperasikan sistem, namun tetap ditolak,
maka pada penolakan yang ke empat, alarm isyarat kewaspadaan akan berbunyi
disertai berkedip-kedipnya lampu tanda bahaya ( hal ini terjadi bila sistem
dilengkapi perangkat pendukung untuk operasi isyarat tanda bahaya tersebut).
Pada
perancangan sistem kunci (password) ini, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain :
· Jumlah personil yang mengoperasikan PLTA
·
Nama-nama
personil yang mengoperasikan PLTA
·
Klasifikasi
personil yang mengoperasikan PLTA
·
List
program yang ada dalam sistem perangkat lunak
pada sistem operasi PLTA
Pada
perancangan ini, ada beberapa tahapan yang dilakukan, antara lain :
·
Perancangan
klasifikasi personil yang mengoperasikan PLTA
·
Pembuatan
struktur direktori
·
Perancangan
file kunci (password) personil yang
mengoperasikan PLTA
·
Perancangan
sistem perizinan personil yang mengoperasikan PLTA
3.2.
Perancangan
Klasifikasi Pemakai
Perancangan klasifikasi
personil yang mengoperasikan sistem operasi PLTA berdasarkan dua nomer yang
menentukan tingkat kedudukan dalam sistem perizinan pengoperasian sistem
operasi PLTA. Nomer tersebut sebagai dasar penentuan klasifikasi maupun
direktori pemakai. Nomer tersebut adalah nomer kelompok yang disimbol
dengan g dan nomer anggota yang disimbol dengan m. Kedua nomer ini
mempunyai harga 0 sampai 255. Dari kedua nomer ini, pemakai sistem operasi PLTA
diklasifikasikan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Klasifikasi
pemakai tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu (1) (2) :
·
Pemakai
utama
(Super use)
Kelompok
pemakai ini, merupakan pemakai utama yang tidak dibatasi oleh pembatasan sistem
perizinan, berarti kelompok ini dapat mengoperasikan seluruh instruksi yang
terdapat dalam sistem perangfkat lunak. Pemakai pada kelompok ini,
mempunyai simbol $, dengan nomer kelompok 255 dan nomer anggota 255.
·
Ketua kelompok (Group leader)
Kelompok pemakai ketua kelompok (group leader) merupakan ketua kelompok dalam suatu kelompok pemakai yang dibatasi sistem perizinan untuk mengoperasikan instruksi yang ada dalam sistem perangkat lunak. Kelompok ini, hanya dapat mengoperasikan filenya sendiri dan yang satu kelompok dengannya. Jadi tidak dapat mengoperasikan file diluar kelompoknya. Kelompok ini mempunyai nomer kelompok 255 dan nomer anggota 0 sampai 254, dengan simbol #.
·
Pemakai
biasa
(Reguler user)
Kelompok
pemakai ini, merupakan pemakai biasa yang mempunyai nomer group 0 sampai 254 dan nomer member 0 sampai 255, dengan simbol %. Pemakai kelompok ini, dibatasi sistem perizinan untuk
mengoperasikan sistem operasi PLTA. Pemakai kelompok ini, hanya diizinkan
mengoperasikan filenya sendiri sesuai wewengan dan tanggung jawab yang
diberikan padanya.
3.3. Pembuatan Struktur Direktori.
Direktori
adalah sejenis direktori yang dipelihara sistem operasi. Direktori berisi peta
hubungan antara nama dari suatu dokumen dan struktur tingkatannya pada sistem
perangkat lunak secara menyeluruh. Pada prinsipnya sistem operasi serentak ( multi user), struktur direktorinya
adalah struktur pohon (tree) yang
diberi simbol dengan tanda /, yang
disebut direktori akar. Direktori ini membawahi beberapa direktori yang
terintegrasi dalam sistem perangkat lunak. Rangkaian direktori yang dimulai
dari tana /, sampai direktori pemakai yang dituju dinyatakan path name. Path name ini, digunakan sebagai jalur untuk mencari direktori yang
dioperasikan. Pembuatan struktur direktori ini, dimaksudkan untuk pembentukan
direktori masing-masing pemakai sistem operasi PLTA, guna membedakan
(mengklasifikasikan) direktori satu pemakai dengan pemakai lainnya. Pembuatan
direktori ini, dilakukan dengan menentukan klasifikasi pemakai yaitu pemakai
utama (super user), ketua kelompok (group leader) dan pemakai biasa (reguler user). Dari klasifikasi pemakai tersebut, dibuat struktur hirarkinya
dalam bentuk pohon (tree), dengan
node-node masing-masing nama pemakai sesuai klasifikasinya. Salah satu contoh bentuk struktur direktori pemakai sistem operasi PLTA,
dipaparkan pada gambar 3.
Gambar 3.
Salah satu contoh bentuk struktur
direktori pemakai sitem operasi PLTA
3.4. Pembuatan File Kunci (Password)
Pada pembuatan kunci (password), sipemakai kunci (password) harus mempunyai direktori sendiri. Untuk penandaan direktorinya, kunci (password) pemakai dimasukkan keatributnya, sesuai dengan nomer kelompok dan nomer anggotanyanya pada kunci (password) yang ditentukan sebelumnya. Langkah-langkah pembuatan file kunci (password) tersebut, sebagai berikut :
· Permintaan direktori pemakai dengan instruksi mkdr / user / nama pemakai ;
· Pemasukan direktori ke atribut pemakai dengan instruksi chattr / user / nama – dir g = g1 m=m1;
· Membuat file kunci ( password) dengan instruksi ed / config / pass ;
· Menyimpan file kunci ( password) dengan instruksi w dan enter.
File kunci (password) tersebut berisi antara lain :
· Nama pemakai
· Kode kunci (password)
· Nomer klasifikasi pemakai
· Kelompok klasifikasi pemakai
Dari gambar 3
diatas, dapat dibuat file kunci (password)
pemakai seperti nama yang tertera pada gambar tersebut.
Bin
Bi
255. 255
user / super
Tuti
Tu
255.0
user / group leader
Tino
Ti
255.1
user / group leader
Agus
Ag
0.0
user / reguler
Lita
Li
0.1
user / reguler
Lily
Ly
1.0
user / reguler
Lina
Na
1.1
user /
reguler
3.5.
Sistem Perizinan
Sistem
perizinan pada sistem kontrol ini, dimaksudkan untuk pembatasan setiap orang
dalam mengoperasikan sistem operasi PLTA. Pembatasan ini, diperlukan untuk
menjamin bahwa setiap orang yang mengoperasikan sistem operasi PLTA, hanya
mengoperasikan operasi sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan
padanya. Pembatasan ini dilakukan pada file dokumen sesuai dengan sifat
perizinan yang diberikan pada sipemakai untuk dioperasikannya.
Sifat-sifat perizinan yang dapat diberikan, antara lain (1) :
· Baca (Read), disimbol dengan R, menyatakan bahwa pemakai dapat membaca dokumen
· Tulis (Write), disimbol dengan W, menyatakan bahwa pemakai dapat menulis dokumen
· Tambahkan (Append), disimbol dengan A, menyatakan bahwa pemakai dapat menambah dokumen pada file
tanpa mengubah file sebelumnya
· Eksekusi (Execute), disimbol dengan E, menyatakan bahwa pemakai dapat mengeksekusi dokumen
· Modifikasi (Modification), disimbol dengan M, menyatakan bahwa pemakai dapat memodifikasi/merubah/menghapus dokumen baik sifat maupun struktur perizinannya.
3.5.1. Set Perizinan Pemakai
Program-program yang dioperasikan pada sistem operasi PLTA,
melakukan berbagai perhitungan-perhitungan, antara lain, perhitungan besar air hujan yang turun ke DAS, besar kehilangan air pada DAS disebabkan
berbagai faktor, besar air yang akan masuk mengalir kesungai-sungai pada daerah
DAS, besar air yang masuk ke waduk / dam, besar air yang tersedia dalam waduk /
dam, besar pembukaan pintu saluran air untuk mengalirkan air keturbin, besar
listrik yang terjadi , pengaturan keseimbangan air dalam waduk / dam, bila
terjadi banjir atau musim kemarau dan lain-lain. Dalam pengoperasian program
inilah, diset perizinan pemakai untuk mengoperasikan sistem operasi PLTA,
sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Set perizinan pemakai
dilakukan dengan cara menentukan setiap izin yang diberikan pada file
masing-masing pemakai sistem operasi PLTA tersebut, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan. Contoh
set perizinan, para pemakai sistem operasi PLTA seperti pada gambar 3, dipaparkan pada tabel 1.
Tabel 1.
Set perizinan pemakai sistem operasi PLTA
Blks |
X |
Log |
Grp |
Mem |
Attr |
G-Perm-O |
Prog |
|
G |
O |
|||||||
180 |
1 |
0000 000A |
255 |
255 |
R W A E M |
R W - - - |
R - - - - |
Hujandas |
150 |
1 |
0000 000C |
255 |
255 |
R W A E M |
R W - - - |
R - - - - |
Hilangair |
200 |
1 |
0000 000D |
255 |
255 |
R W A E M |
R W - - - |
R - - - - |
Debitsungai |
220 |
2 |
0000 000F |
255 |
255 |
R W A E M |
R W - - - |
R - - - - |
Volumeairdam |
300 |
2 |
0000 0020 |
255 |
255 |
R W A E M |
R W - - - |
R - - - - |
Bukapintusalur |
100 |
2 |
0000 002B |
255 |
255 |
R W A E M |
R W - - - |
R - - - - |
Kilowatlistrik |
180 |
3 |
0000 002E |
255 |
0 |
R W - E - |
R W - - - |
R - - - - |
Debitsungai |
130 |
2 |
0000 003B |
255 |
0 |
R W - E - |
R W - - - |
R - - - - |
Volemeairdam |
90 |
4 |
0000 004C |
255 |
0 |
R W - E - |
R W - - - |
R - - - - |
Kilowatlistrik |
100 |
1 |
0000 008B |
255 |
1 |
R W - E - |
R W - - - |
R - - - - |
Debitsungai |
110 |
2 |
0000 009F |
255 |
1 |
R W - E - |
R W - - - |
R - - - - |
Volemeairdam |
128 |
3 |
0000 00EF |
255 |
1 |
R W - E - |
R W - - - |
R - - - - |
Kilowatlistrik |
100 |
4 |
0000 0ABA |
0 |
0 |
R W - - - |
R W - - - |
R - - - - |
Hujandas |
80 |
2 |
0000 0FCD |
0 |
0 |
R W - - - |
R W - - - |
R - - - - |
Volumeairdam |
80 |
3 |
0000 ABCD |
0 |
1 |
R W - - - |
R W - - - |
R - - - - |
Hujandas |
80 |
4 |
0000 DDBC |
0 |
1 |
R W - - - |
R W - - - |
R - - - - |
Volumeairdam |
80 |
5 |
0000 DFCD |
1 |
0 |
R W - - - |
R W - - - |
R - - - - |
Hujandas |
80 |
5 |
0000 CFDE |
1 |
0 |
R W - - - |
R W - - - |
R - - - - |
Volumeairdam |
80 |
3 |
0000 EFFE |
1 |
1 |
R W - - - |
R W - - - |
R - - - - |
Hujandas |
80 |
2 |
0000 DFFF |
1 |
1 |
R W - - - |
R W - - - |
R - - - - |
Volumeairdam |
Keterangan tabel :
Blks = besar memori yang dibutuhkan program dalam byte, X = berapa kali
perbaikan / perubahan yang dilakukan pada program maupun pada sifat perizinan,
Log = alamat (address) memori yang
digunakan program, Grp = nomer kelompok dari pemakai sistem operasi PLTA, Mem =
nomer anggota dari pemakai sistem operasi PLTA, Attr = sifat perizinan yang
diizinkan dioperasikan pemakai utama, G = sifat perizinan yang diizinkan
dioperasikan pemakai yang satu kelompok dengan pemakai utama, O = sifat
perizinan yang diizinkan dioperasikan pemakai yang tidak satu kelompok dengan pemakai utama, prog
= nama program yang ada dalam sistem
perangkat lunak pada sistem operasi PLTA.
4. UJI COBA SISTEM KONTROL DAN PEMBAHASAN.
Setelah
selesai sistem kontrol tersebut dirancang dan dibuat, maka dilakukan simulasi
percabaan di laboratorium, untuk mengetahui apakah sistem kontrol yang
dirancang dan dibuat tersebut, dapat memenuhi hasil, sesuai yang diinginkan.
Pada percobaan simulasi ini, dilakukan prosedur sebagai berikut :
·
Sistem
perangkat keras dan perangkat lunak dioperasikan
·
Masukkan
kode kunci (password) pemakai,
pemeriksaan terhadap kebenaran kode kunci
( password) dilakukan pada file kunci (password)
· Bila ada, keluar informasi meminta dimasukkan nama pemakai dan nama pemakai dimasukkan, pemeriksaan terhadap kebenaran nama pemakai dilakukan pada file kunci (password) dan struktur direktori
· Bila ada, pemeriksaan dilanjutkan ke dalam sistem perizinan, untuk melihat wewenang dan tanggung jawab yang diberikan pada pemakai tersebut
· Bila pemakai tersebut, mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pemakai utama (super user), maka pemakai dapat mengoperasikan seluruh instruksi yang ada pada sistem kontrol operasi PLTA tersebut
· Bila tidak ada kode kunci (password) dalam file kunci (password), akan ditolak, dengan informasi tidak dikenal dan meminta masukan kunci (password) yang lain, bila telah empat kali berturut-turut ditolak, maka isyarat tanda kewaspadaan berbunyi disertai kedipkedip lampu tanda bahaya, dalam waktu tertentu
· Setelah isyarat tanda kewaspadaan beserta kedip-kedip lampu tanda bahaya beroperasi selama waktu yang ditentukan, maka sistem kembali ke keadaan siap operasi ( steady state)
Salah satu hasil percobaan simulasi yang dilakukan, dipaparkan pada tabel 2.
Tabel 2.
Salah satu hasil percobaan simulasi uji coba sintem kontrol PLTA
No |
Nama
pemakai |
Kode password Yang dimasukkan |
Password terima/ Tolak |
Isyarat kewaspadaan Ya / tidak |
1 |
Bin |
Bi |
Terima |
Tidak |
2 |
Tuti |
Tu |
Terima |
Tidak |
3 |
Tino |
Ti |
Terima |
Tidak |
4 |
Agus |
Ag |
Terima |
Tidak |
5 |
Lita |
Li |
Terima |
Tidak |
6 |
Lily |
Ly |
Terima |
Tidak |
7 |
Lina |
Na |
Terima |
Tidak |
8 |
Agus |
Ib |
Masukkan pass lain |
- |
9 |
Agus |
In |
Masukkan pass lain |
- |
10 |
Agus |
Ni |
Masukkan pass lain |
- |
11 |
Agus |
Bn |
Tolak |
Ya |
12 |
Lina |
Ut |
Masukkan pass lain |
- |
13 |
Lina |
It |
Masukkan pass lain |
- |
14 |
Lina |
To |
Masukkan pass lain |
- |
15 |
Lina |
Ot |
Tolak |
Ya |
4.1. Pembahasan
Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa , bila Lita hendak mengoperasikan sistem operasi PLTA, maka setelah
dimasukkan kode kunci (password) pada
sistem, maka kode password tersebut
dicari dalam file kunci (password)
untuk memeriksa apakah kode kunci (password)
yang diberikan benar atau tidak. Bila kode kunci (password)
lita benar, diminta memasukkan nama lita. Pada sistem dilakukan pemeriksaan
kebenaran namalita pada file kunci (password),
beserta pencarian lokasi direktori lita ke struktur direktori. Pencarian
tersebut menggunakan jalur (path)
nama, dimulai dari direktori /, ke
direktori Bin, ke direktori Tuti, ke direktori Lita. Demikian dilakukan untuk
seluruh pemakai sistem operasi PLTA yang telah dimasukkan dalam sistem
perangkat lunak. Pada gambar 3 tersebut, juga terdapat tiga kelompok yaitu
pemakai utama (super user) Bin, Ketua kelompok (group leader) yaitu Tuti dan Tina,
pemakai biasa (reguler user),
yaitu agus, Lita, Lily dan Lina. Dari struktur direktori pada gambar 3,
terdapat dua kelompok yaitu kelompok I yang dipimpin oleh Tuti dengan
anggotanya Agus dan Lita, sedangkan kelompok II dipimpin oleh Tino dengan
anggotanya Lily dan Lina. Pada tabel 1,komlom Blks, X dan Log, isinya
ditentukan oleh komputer, jadi perancang sistem kontrol operasi PLTA ini, hanya
merancang isi kolom Grp, Mem, Attr, G,O dan Prog. Dari tabel 1 ini juga,
terlihat bahwa pengklasifikasian pemakai secara tegas dilakukan yang
ditunjukkan pada komlom grp dan Mem, demikian juga halnya pembatasan pemakai
mengoperasikan program-program yang ada pada sistem perangkat lunak sistem
kontrol PLTA, diperlihatkan pada komlom Attr, G dan O. Dari tabel 1, juga terlihat bahwa pemakai
yang dinyatakan sebagai pemakai utama (super
user), dapat mengoperasikan seluruh instruksi yang mengoperasikan program-program
yang ada pada sistem operasi PLTA tersebut. Dari Tabel 2, hasil percobaan
simulasi yang dilakukan, diperlihatkan bahwa, bila kode kunci (password) benar dimasukkan, maka sistem
dapat dioperasikan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan pada
pemakai, bila tidak benar, sampai empat kali secara berturut-turut, maka akan
ditolak, dan isyarat tanda kewaspadaan besertan lampu tanda bahaya beroperasi.
5. KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan yang dilakukan diatas, maka dapat disimpulkan :
a. Sistem password dapat menjamin bahwa pemakai hanya dapat mengoperasikan program, sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan
b.
Keberhasilan
sistem kontrol operasi PLTA ini, tergantung dari loyalitas dari pemakai utama (super user). Semakin tinggi loyalitasnya
terhadap perusahaan semakin terjamin kualitas kontrol yang dilakukan
c.
Sistem
ini, dapat mengoptimalkan kontrol terhadap
sistem operasi PLTA secara menyeluruh, sehingga kelangsungan PLTA
tersebut dapat beroperasi secara baik dan konsisten.
DAFTAR
PUSTAKA.
[1]. Sierra Misco, Inc, Enhance Alert System for The IBM , International Hydrology Service,
Sacramento, CA, July 1997
[2]. Andrews Tenenboum, Modren Operating System, Mc Graw-Hill, New York, 1990
[3]. WMO, No519, Manual on Stream Gauging, Operation hydrology, 1980
[4]. WMO, No.555, Technical Regulation Hydrology and International Hydrology Codes, 1980
[5]. Joseph.L & H.Paulus, Hidrologi untuk Insiniyur, Erlangga, Jakarta, 1996