PENTRANSMIGRASIAN TERNAK DITINJAU DARI
ASPEK BIONOMIKA
Oleh :
P 17600011/BIO
E-mail: huditari@yahoo.com
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang kaya potensi sumber daya alamnya. Indonesia memiliki daratan yang luas terdiri atas 17.508 pulau dan laut yang luas 3,8 juta km2. Daratannya ditumbuhi dengan hutan tropis seluas kurang lebih 139 juta Ha yang ditumbuhi berbagai jenis flora dan sebagai habitat berbagai jenis fauna (Gumbira, 2001).
Apabila
kita kaitkan dengan sektor peternakan, keadaan populasi ternak di Indonesia
dewasa ini cenderung meningkat di berbagai komoditi, hal ini disebabkan usaha
di sektor peternakan banyak dilirik baik oleh pihak Pemerintah maupun pihak
swasta.
Kemajuan
teknologi yang begitu pesat dan ditunjang oleh sarana yang baik dan memadai
seperti bibit ternak, pakan,
obat-obatan yang cukup maka perkembangan peternakan setiap tahunnya menjadi
meningkat. Akibat dari itu semua maka
populasi ternak yang ada semakin meningkat khususnya populasi ternak yang ada
di pulau Jawa. Keadaan ini dapat
disadari karena kebanyakan usaha-usaha untuk peningkatan produksi peternakan
kebanyakan berada di wilayah pulau Jawa seperti misalnya pusat-pusat pembibitan
ternak, Balai Inseminasi Buatan (BIB) dan pusat-pusat penelitian ternak dan
lain–lain. Akhirnya terjadi ketidak
seimbangan antara populasi ternak yang ada
di pulau jawa dengan luar pulau Jawa.
Keadaan
penyebaran populasi ternak pada saat ini belum merata, hampir di atas 50% dari
seluruh jenis ternak terpusat di pulau Jawa yang luasnya hanya 7% dari seluruh
daratan Indonesia. Dari kedaan populasi
tersebut juga tampak bahwa di daerah luar pulau Jawa populasi ternak masih
sedikit sedangkan luas daratannya masih cukup luas, dari keadaan ini masih
sangat memungkinkan adanya pentransmigrasian ternak, sehingga nantinya
ternak-ternak dapat lebih tercukupi akan kebutuhan kehidupannya dengan harapan
perkembangannyapun akan meningkat. Lain
halnya di pulau Jawa yang jumlah penduduknya cukup padat begitupun populasi
ternaknya, pengembangan peternakan cukup sulit mengingat luas lahan sudah
sangat terbatas dan disamping itu bahan pakan sekarang ini bersaing dengan
makanan manusia.
Sebagaimana
diamanatkan oleh UUD RI 1945, kekayaan berupa sumber daya alam tersebut
seyogyanya dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Akan tetapi,
fakta menunjukkan bahwa pengelolaan SDA yang selama ini dilaksanakan belum
sesuai dengan amanat UUD tersebut.
Melihat
keadaan penyebaran populasi ternak yang tidak merata, perlu adanya suatu
tindakan ataupun kebijakan Pemerintah yang mendorogn agar penyebaran populasi
ternak menjadi merata di pelbagai daerah.
Salah satu upaya untuk dapat mengatasi permasalahan tersebtu adalah
dengan melakukan pentransmigrasian ternak.
Namun
demikian, perlu kiranya diperhatikan faktor-faktor yang menyangkut kehidupan
ternak apabila ditempatkan pada daerah baru, mengingat penampilan produksi
seekor ternak akan baik apabila lingkungan disekitarnya (baik lingkungan dalam
maupun luar) cocok bagi kehidupan ternak, disamping itu dengan penampilan yang
baik dan ditunjang dengan pengelolaan yang baik pula akan menguntungkan
ditinjau dari segi ekonomi bagi kehidupan para peternak
2.
Maksud dan Tujuan
Pentransmigrasian Ternak
Sekaang ini
banyak dibicarakan mengenai masalah transmigrasi, namun umumnya ditujukan pada
manusia, tetapi jarang sekali transmigrasi yang ditujukan pada masalah ternak.
Berpijak pada
program transmigrasi yang dicanangkang Pemerintah, populasi ternakpun kiranya
dapat dilakukan usaha seperti itu., baik itu dilakukan berbarengan dengan
program transmigrasi penduduk ataupun secara terpisah.
Maksud dan tujuan
dari pentransmigrasian ternak yaitu memindahkan ternak dari suatu tempat yang
padat ternak ke tempat yang kurang pada ternaknya, tetapi masih dalam satu
wilayah negara Indonesia, dengan harapan ternakpun dapat tersebar ke seluruh
penjuru tanah air.
Diharapkan dengan
pentransmigrasian ternak penyebaran populasi ternak akan merata. Selain itu ternyata pada program
tranmsmigrasi, keberadaan ternak sangat diharapkan untuk membantu kerja para
transmigran dalam mengolah lahan, maupun nantinya dapat dijadikan sebagai
pekerjaan sambilan agar dapat membantu kehidupan para transmigran.
Dengan dilakukannya
pentransmigrasian ternak, akan mudah meningkatkan baik produksi, reproduksi,
dan manajemen. Begitupun dalam pengembangannya dapat memanfaatkan lahan-lahan
yang masih luas untuk memproduksi bahan pakan ternak, memperluas kandang dan
lain sebagainya selama tidak mengganggu kestabilan lingkungan.
Komoditi ternak
yang akan ditransmigrasikan ialah tergantung dari jenis ternak yang akan
dikembangkan dan diharapkan disesuaikan dengan kebijakan Pemerintah. Mengingat tidak setiap ternak dapat
dikembangkan di suatu daerah dan hal ini tergantung dari kemampuan ternak untuk
dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Selain
penseleksian jenis ternak yang akan ditransmigrasikan, perlu juga dipikirkan
daerah mana saja ayang akan menjadi tujuan dari pentransmigrasian ternak
ini, Faktor daerah tujuan ini berkaitan
erat dengan kemampuan ternak dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru,
perlu juga diperhatikan tidak semua daerah di Indonesia ini yang cocok untuk
setiap jenis ternak.
Penseleksian
jenis ternak dan daerah tujuan sebelum melakukan pentransmigrasian ternak
bertujuan agar program pentransmigrasian ini berjalan dengan lancar dan
diharapkan untuk program jangka panjang dapat dijadikan bahan dalam
melaksanakan pengwilayahan ternak.
3.
Penerapan Aspek Bionomika Ternak pada
Pentransmigrasian Ternak
Bionomika ternak
adalah ilmu yang mempelajari mengenai interaksi ternak dengan lingkungannya
yang menguntungkan ditinjau dari segi ekonomi bagi kehidupan manusia/peternak
Lingkungan yang
mempengaruhi ternak itu adalah sesuatu benda yang tampak maupun yang tidak
tampak yang ada di sekitar, yang tampak dapat berupa pakan, ternak lain dan
sebagainya sedangkan yang tidak tampak dapat berupa udara, angin, kelembaban,
suhu dan sebagainya.
Aspek bionomika
ternak sifatnya khusus, mengingat pada bionomika ternak tidak hanya dilihat
kesesuaian ternak dengan lingkungannya, namun dilihat pula bagaimana aspek
eknominya bagi peternak/manusia. Untuk
lebih jelas dapat diartikan, apabila peternak memelihara ternak pada kondisi
lingkungan yang cocok bagi ternak, juga harus diikuti dengan keuntungan ekonomi
bagi peternak tersebut.
Pentransmigrasian
ternak merupakan pogram yang tidak terlepas dari aspek bionomika ternak,
mengingat pada pelaksanaannya pentransmigrasian ternak perlu ditinjau dari
beberapa segi yang kaitannya dengan penempatan ternak di daerah baru. Selain itu sebelum dilaksanakannnya
pentransmigrasian ternak diharapkan dilakukan penseleksian baik jenis ternak
maupun daerah tujuan dari program pentransmigrasian ternak yang dalam hal ini
erat kaitannya dengan aspek bionomika ternak.
Ada beberapa cara
penempatan ternak di suat u daerah yaitu pendekatan secara geografis; dalam hal
ini apabila akan menempatkan ternak, suhu dan kelembaban daerah asal ternak
dicatat, kemudian tempatkanlah ternak pada daerah yang memiliki catatan suhu
dan kelembaban yang hampir sama dengan daerah asal ternak. Penempatannya lainnya ialah pendekatan
secara teknologis yaitu dengan memanipulasi lingkungan sekitar ternak dengan
bantuan peralatan misalnya pengatur suhu kadang (AC), penyemprotan kandang
dengan air dan lain sebagainya.
Untuk kondisi di
Indonesia kedua pendekatan ini dapat dilakukan, hanya untuk pendekatan
teknologis diharapkan teknologi yang digunakan harus sederhana dengan biaya
yang relatif ringan.
Produktivitas
ternak pada dasarnya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan ternak itu
sendiri. Kedua faktor tersebut dapat
dimanipulasi oleh peternak dengan meminimalkan kendala seoptimal mungkin. Lingkungan manusia dan ternak mempunyai arti untuk kehidupan dan memproduksi hasil
yang dikendalikan oleh beberapa faktor seperti fisik, biologi, sosial-ekonomi,
politik, dan agama. Untuk lebih
jelasnya faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
I-----------------
faktor fisik
Lingkungan
-------I---------------- faktor
pengelolaan
I---------------- faktor sosio-ekonomi
Lingkungan
mempunyai pengaruh besar terhadap fungsi dari ternak yaitu produksi. Banyak definisi yang dikemukakan bagaimana
reaksi ternak jika terdapat perubahan dalam lingkungan dan umumnya istilah
adaptasi sering digunakan.
Iklim dan
perkandangan dapat mempengaruhi proses pemeliharaan tubuh ternak, proses reproduksi, dan proses produksi ternak yang
tergantung pada kondisi satu atau
beberapa proses dapat dipengaruhinya.
Jika lingkungan menjadi beban
(stress) bagi ternak maka yang pertama-tama dipengaruhi adalah proses
pemeliharaan.
Pengaruh iklim secara langsung dan tidak langsung terhadap ternak dan produksinya ialah sebagai berikut :
Iklim adalah
komposisi dari beberapa faktor yaitu suhu, radiasi matahari, kelembaban udara,
curah hujan, vesolitas udara, dan tekanan udara. Faktor ini akan membedakan fungsi tubuh ternak seperti suhu
tubuh, kecepatan berkeringat, karakteristik penutup tubuh, komposisi darah,
hormon dan aktivitas enzim, produksi panas, produksi dan reproduksi.
Salah satu cara
yang perlu diketahui dalam memenuhi kebutuhan perkembangan ternak adalah
hubungan iklim dan lingkungan. Sangat
sulit untuk menentukan secara mutlak dalam penempatan ternak sebab tergantung
pada beberapa faktor antara lain spesies, umur, berat badan, tingkat
pengambilan pakan, aklimatisasi dan sistem pemeliharaan. Jarang sekali secara ekonomis memelihara
ternak dengan kondisi lingkungan yang berada dalam daerah thermocomfort zone
sepanjang waktu, meskipun dapat diatur dengan perencanaan kandang yang
baik. Diluar daerah ini antara titik
kritis terendah dengan tertinggi disebut daerah thermoneutral zone seperti pada
ilustrasi di bawah ini;
---------------------------------------- upper lethal temperature
--------- upper critical temp.
thermocomfort zone thermoneutral zone
-------- lowe critical temp.
------------------------------------------ lower lethal temperature
Dari ilustrasi diatas dapat ditentukan
kebutuhan untuk menempatkan ternak pada daerah yang cocok dengan kondisi
tubuhnya.
Kecocokan
lingkungan daerah yang ditempati oleh ternak begitupun sebaliknya, tidak
terlepas dari faktor ketersediaan pakan di daerah tersebut. Faktor pakan berpengaruh terhadap
podukivitas ternak, menurut para ahli bahwa produktivitas ternak di suatu
daerah dapat dilihat dari ketersediaan
pakan di daerah tersebut. Apabila
ternak di daerah tersebut produktivitasnya rendah maka kualitas dan kuantitas
pakan yang tersedia keadaannya rendah pula.
Dan perlu diperhatikan pula faktor pakanpun dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan.
Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa antara daerah yang ditempati oleh
ternak harus ada kecocokan satu sama lainnya, yang kemudian ditunjang dengan
ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi
kebutuhan hidup ternak. Dengan terjadi
saling ketergantungan satu sama lain dan masing-masing saling membantu, maka
produktivitas ternak di daerah tersebut akan menampilkan performans yan baik.
Faktor
Pengelolaan
Faktor
pengelolaan ini tidak lepas dari peran peternak dalam memelihara ternak. Tingkah laku dalam produksi, reproduksi, dan
nutrisi serta yang lainnya perlu diperhatikan secara cermat dan teliti oleh
peternak.
Selain
faktor fisik, faktor pengelolaan perlu diperhatikan dalam melaksanakan
pentransmigrasian ternak. Mengingat
tujuan dari penransmigrasian ternak adalah diharapkan selain ternak menyebar
secara merata juga poduktivitasnya baik, yang dalam hal ini harus didukung dengan
pengelolaan peternakan yang cukup baik.
Ternak
sebagai mahluk hidup dalam mengarungi kehidupan ini tidak terlepas dari
pengaruh lingkungan sekitarnya, baik itu dalam kondisi lingkungan yang ramah
maupun yang tidak ramah. Kondisi
lingkungan yang ramah, artinya nyaman dan serasi dapat memberikan pengaruh
positif terhadap produktivitas ternak, sedangkan bila kondisi yang tidak nyaman
maka poduktivitas ternak akan terganggu.
Dalam
kondisi daerah yang mempunyai empat musim, kondisi lingkungan tidak akan selalu
konstan, tetapi selalu bervariasi. Utnuk mengatasi variasi kondisi lingkungan
ini perlu adanya usaha untuk mengimbanginya, antara lain dengan memenuhi kebutuhan hidup ternak.
Salah
satu kebutuhan hidup ternak yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan akan
tempat tinggalnya. Antara ternak dengan
tempat tinggalnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bila
situasi tempat tinggal dan kondisinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan maka
akan berpengaruh negartif terhadap hidup dan kehidupan ternak. Menurut Yumiarti (1981) bahwa tata laksana
yang intensif biasanya selalu diartikan sejalan dengan usaha perbaikan
lingkungan hidup, antara lain perkandangan .
Hal
yang perlu diperhatikan dalam menyelaraskan ternak dengan perkandangannya
adalah pembatasan jumlah pemeliharaan ternak.
Dalam memelihara ternak perlu adanya pembatasan jumlah yang dipelihara,
hal ini perlu diperhatikan oleh karena bila jumlah yang dipelihara dalam satu
satuan luas besar maka akan berpengaruh terhadap produksi ternak. Seperti yang dikemukakan oleh Salisbury dan
Salisbury (1979) bahwa semakin besar/tinggi jumlah ternak yang dipelihara.,
maka bobot tubuh yang dihasilkan akan semakin kecil, yang sebagian besar
disebabkan insiden penyakit. Apabila
dilihat dari segi produksi energi maka semakin besar jumlah pemeliharaan ternak
maka semakin besar panas lingkungan sekitarnya sehingga ternak lebih
terkonsentrasi untuk menghalau panas dari luar tubuh, akibatnya untuk
pertumbuhannya akan terganggu.
Pemeliharaan
ternak dengan skala yang besar bisa saja dilaksanakan apabila tidak ada masalah
yang khusus mengenai penyakit atau manajemen dan di bawah pengontrolan terhadap
lingkungan dengan baik. Pembatasan
dalam jumlah pemeliharaan harus dilihat dari berbagai segi terutama dari faktor
lingkungan sekitar. Memang pada kenyataannya bila pemeliharaan dalam skala yang
besar akan menghasilkan produksi dan keuntungan yang besar, namun hal ini tidak
terlepas dari efisiensi beberapa faktor produksi seperti tenaga kerja,
pemberian pakan, pencegahan penyakit dan lain-lain.
Salah
satu kelebihan dari aspek bionomika ternak ialah memperhatikan masalah
sosio-ekonomi atau yang lebih khusus
ialah bagaimana interaksi ternak dengan lingkungannya mempunyai keuntungan
ekonomi bagi peternak yang memeliharanya.
Pentransmigrasian
ternak harus melihat faktor sosio-ekonomi, mengingat setelah ternak diterjunkan
di suatu tempat maka peran selanjutnya adalah kemampuan dari peternak yang akan
mengelolanya. Apabila pengelolaannya
berjalan dengan baik, perkembangan
ternak di daerah tersebut akan memperlihatkan kondisi yang terus
meningkat. Dengan terjadinya
perkembangan yang baik perlu dipikirkan bagaimana situasi sosio-ekonomi
mengingat populasi ternak berada di daerah yang baru sehingga diperlukan sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan pemasaran ternak, yang apabila hal ini
dapat dipenuhi maka ekonomi pasar akan
memberikan keuntungan bagi peternak.
Antara
faktor fisik, faktor pengelolaaan, dan faktor sosio-ekonomi satu sama lain saling
ketergantungan. Sehingga dalam pelaksanaannya pentransmigrasian ternak, ketiga
faktor tersebut perlu diperhatikan secara seksama sehingga apa yang menjadi
tujuan dari pentransmigrasian ternak dapat tercapai.
4.
Pentransmigrasian
Ternak kaitannya dengan Pengwilayahan Ternak
Pentransmigrasian
ternak adalah salah satu cara dalam meratakan penyebaran ternak di seluruh
wilayah Indonesia. Pelu diperhatikan
bahwa tidak semua daerah dapat dijadikan tujuan dari pentransmigrasian ini,
namun harus dilihat faktor-faktor yang menunjang bagi perkembangan ternak
maupun perkembangan kehidupan peternaknya apabila ternak ditransmigrasikan ke
daerah tersebut. Penerapan aspek
bionomika ternak dalam pelaksanaan pentransmigrasian ternak tidak lain guna
mendukung pogram ini.
Daerah tujuan
pentransmigrasian ternak akan terus berkembang dengan baik apabila aspek
bionomika ternak diterapkan dalam pengelolaannya, sehingga lambat laun daerah
ini akan menjadi “penghasil” ternak dan “pemasok” ternak untuk daerah lainnya.
Seperti telah
dikemukakan, bahwa tidak semua ternak dapat ditransmigrasikan dan tidak semua
daerah dapat dijadikan tujuan program, hal ini tergantung dari kesiapan ternak
dan lingkungan serta interaksinya dalam menghadapi program ini. Dampak dari kesiapan ternak, lingkungan
serta interaksinya dalam program pentransmigrasian ternak ini secara jangka
panjang dapat dijadikan dasar pengwilayahan ternak.
Pengwilayahan
ternak ialah penempatan ternak pada daerah yang benar-benar cocok untuk
kehidupan ternak serta mampu menjadikan wilayah tersebut sebagai penghasil dan
pemasok ternak.
Tampak disini
bahwasanya pentransmigrasian ternak mendukung dibentuknya suatu wilayah ternak
yang pada gilirannya akan mengembangkan potensi ternak maupun potensi wilayah
tersebut.
1. Guna meratakan penyebaran ternak di seluruh wilayah Indonesia perlu dilakukan pentransmigrasian ternak
2.
Pelaksanaan pentransmigrasian ternak perlu didukung oleh penseleksian
ternak dan daerah yang akan dijadikan tujuan program pentransmigrasian.
3.
Aspek bionomika ternak perlu diterapkan dalam pelaksanaan
pentransmigrasian ternak.
4.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
pentransmigrasian ternak ialah faktor fisik, pengelolaan dan sosio-ekonomi
5.
Pentransmigrasian ternak secara jangka panjang akan mendukung
terbentuknya suatu wilayah ternak dalam program pengwilyahan ternak.
Gumbira –Said, E. 2001. Pengembangan Agribisnis Berbasis Pertanian dan
Kehutanan ntuk Memperkuat Otonomi Daerah Menuju Masyarakat Madani
Indonesia. Makalah pada Simposim Nasonal Forum Mahasiswa Pascasarjana
Indonesia, 17 Februari 2001. Bogor.
Hernawan, H. 1992. Pengaruh Lingkungan terhadap Produksi Ternak.Jurusan
Peternakan Fakutas Pertanian UNILA. Bandarlampung.
Montsma,G 1984. Tropical Animal Production I. Departement of Animal
Production.
Sainsbury , D and P. Sainsbury. 1979. Livestock Health and Housing. Buler and
Tanner Ltd. London
Verstegen, M.W.A. 1989. Perkandangan dan Iklim. Nffic-Universtas Brawijaya
Malang
Yurmiati, H. 1981. Evaluasi Tata Letak Kandang di Berbagai Daerah di Jawa Barat.
Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan UNPAD. Bandung.