© 2001 Abdul Haris
Posted: 20 May 2001 [rudyct]
Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut
Pertanian Bogor
Juni 2001
Dosen:
Prof Dr Ir
Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Prof Dr Ir
Zahrial Coto
HUBUNGAN KARAKTERISTIK
LINGKUNGAN DENGAN CIRI KHAS KIMIAWI SENYAWA TERPEN KARANG LUNAK Sinularia
flexibilis QUOY & GAIMARD
(Octocorallia: Alcyonacea) DI PERAIRAN PULAU BARRANG LOMPO SULAWESI
SELATAN
Oleh:
ABDUL
HARIS
IKL/P27600001
mailto:haris_halide@yahoo.co.uk
1.1
Latar Belakang
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi dibanding ekosistem lainnya, demikian pula keanekargaman hayatinya. Disamping mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat bermain dan asuhan berbagai biota; terumbu karang juga menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara (Dahuri dkk, 1996). Selain produk-produk tersebut, terumbu karang juga menghasilkan bahan-bahan bioaktif yang sangat berguna untuk industri dan farmasi. Salah satu organisme yang menghasilkan bahan-bahan bioaktif dari terumbu karang adalah karang lunak. Karang lunak menghasilkan berbagai macam senyawa terpen yang merupakan senyawa bioaktif.
Sinularia flexibilis adalah salah satu jenis karang
lunak yang mengandung senyawa terpen. Senyawa terpen yang dikandungnya adalah Sinulariolide/Sinularin,
Dihydrosinularin (Tursch et. al., 1978; Michalek dan Bowden, 1997) yang merupakan senyawa anti kanker dari
laut (Weinheimer, 1977), 11-episinulariolide,
merupakan algisida alam (natural algicide) yang dapat mematikan alga
penggangu Ceramium codii dan sejumlah alga terumbu. Sedangkan sinulariolide dapat
menghambat pertumbuhan alga uniselluler (Michalek dan Bowden, 1997). Bahan-bahan
bioaktif yang terkandung dalam tubuh karang lunak Sinularia flexibilis
merupakan potensi yang sangat besar yang perlu digali dan dikembangkan untuk
penyediaan bahan baku industri farmasi, industri kosmetika, dan industri
bioteknologi lainnya di masa yang akan datang.
Senyawa-senyawa
terpen yang dihasilkan oleh karang lunak Sinularia flexibilis banyak ditentukan oleh
karakteristik lingkungannya. Menurut Manuputty (1990) senyawa terpen pada
karang lunak kemungkinan dihasilkan oleh polip karang, zooxanthellae sendiri
dan asosiasi polip karang dan zooxanthellae. Selanjutnya dikatakan bahwa banyaknya
kandungan zooxanthellae di dalam jaringan tubuh mempengaruhi produksi maupun
ciri khas kimiawi senyawa terpen yang dihasilkannya. Sedangkan menurut Turch
et.al. (1978) faktor lain yang mempengaruhi ciri khas kimiawi senyawa
terpen pada karang lunak adalah faktor geografis.
Untuk mendapatkan senyawa-senyawa
terpen yang mempunyai ciri khas kimiawi tertentu dari karang lunak Sinularia
flexibilis untuk berbagai keperluan, maka perlu diketahui karakteristik
lingkungan yang bagaimana, yang dapat mempengaruhi produksi dan ciri khas
kimiawi senyawa-senyawa terpen yang dihasilkannya.
Informasi mengenai karakteristik lingkungan
yang berperan penting dalam memproduksi senyawa terpen pada karang lunak Sinularia
flexibilis belum banyak diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba
untuk mencari, mengkaji, menganalisis,
dan menentukan beberapa karakteristik lingkungan yang berperan penting dalam
produksi senyawa terpen pada karang lunak Sinularia flexibilis.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan karakteristik lingkungan
dengan ciri khas kimiawi senyawa terpen pada karang lunak Sinularia
flexibilis.
Karang
lunak Sinularia
flexibilis
merupakan salah satu karang lunak dari Ordo Alcyonacea yang mempunyai nilai
ekonomis. Karang lunak ini mengandung senyawa-senyawa terpen yang banyak
bermanfaat dalam penyediaan bahan baku
industri farmasi, industri kosmetika, dan industri bioteknologi lainnya.
Untuk
memproduksi senyawa-senyawa terpen yang mempunyai ciri khas kimiawi pada karang
lunak banyak ditentukan oleh karakteristik lingkungannya. Karakteristik lingkungan yang diduga berperan
adalah zooxanthellae, polip, interaksi zooxanthellae dan polip, dan perbedaan
geografis. Selain itu, ciri khas kimiawi pada karang lunak kemungkinan
ditentukan juga oleh habitatnya, yaitu di mana karang lunak tersebut hidup.
Karang lunak yang hidup pada tingkat gangguan biotik dan abiotik yang berbeda,
mempunyai kandungan senyawa terpen yang berbeda pula.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka untuk menghasilkan senyawa terpen tertentu pada
karang lunak jenis Sinularia fleksibilis, karakteristik lingkungan dan
habitat yang mempengaruhinya perlu
diketahui. Setelah karakteristik
lingkungan dan habitat yang mempengaruhinya diketahui, maka untuk mendapatkan
senyawa-senyawa tertentu yang diinginkan, dapat dilakukan dengan jalan
memanipulasi lingkungannya, terutama bila teknologi budidayanya sudah
berkembang untuk tujuan komersil.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
a.
Menentukan karakteristik lingkungan (fisik, kimia
dan biologi) dan habitat yang berpengaruh terhadap ciri khas kimiawi senyawa
terpen pada karang lunak Sinularia flexibilis.
b.
Menganalisis
hubungan antara karakteristik lingkungan (fisik, kimia dan biologi) dan habitat dengan ciri khas kimiawi
senyawa terpen pada karang lunak Sinularia flexibilis.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan untuk mendapatkan senyawa terpen tertentu pada karang lunak Sinularia
flexibilis dengan cara memanipulasi lingkungannya (fisik, kimia dan biologi).
Hipotesis penelitian yang diajukan pada
penelitian ini untuk dianalisis dan dibuktikan adalah:
a. Beberapa karakteristik lingkungan (fisik, kimia dan biologi) dan habitat akan berpengaruh terhadap ciri khas kimiawi senyawa terpen pada karang lunak Sinularia flexibilis.
a. Ciri khas kimiawi senyawa terpen
pada karang lunak Sinularia flexibilis tergantung kepada karakteristik
lingkungan (fisik, kimia dan biologi) dan habitatnya.
2.1. Morfologi dan Anatomi
Pada prinsipnya
yang termasuk dalam kelompok karang lunak ialah anggota Octocorallia yang
memiliki tekstur tubuh yang lunak, disokong oleh spikula yang terdapat di dalam
jaringan tubuhnya, memiliki mulut yang membentuk farinx yang berupa saluran,
rongga gastrovascular, serta delapan tentakel, dilanjutkan dengan delapan septa
yang tidak berupa kapur yang kadang-kadang disebut mesenteri. Polip ada yang
dapat ditarik atau dikuncupkan, terjulur, dan hal ini merupakan ciri morfologi
yang dimiliki, yang dapat membedakan antara marga atau jenis yang satu dengan
yang lainnya. Perbedaan yang lain adalah secara anatomis, yaitu pada kandungan
spikula yang merupakan penyokong dan pembentuk tekstur tubuh (Bayer, 1956;
Fossa dan Nilsen, 1998).
2.2.
Reproduksi
Karang lunak
diketahui berkembang biak dengan tiga cara yaitu: (1) fertilisasi internal,
yaitu telur yang dibuahi tetap tinggal pada permukaan tubuh; (2) fertilisasi
eksternal, yaitu telur yang dibuahi akan berkembang menjadi planula yang
planktonis; (3) reproduksi aseksual dengan pelebaran atau pertumbuhan koloni,
dan fragmentasi (Manuputty, 1996).
2.3.
Kandungan Senyawa Kimia
Penggolongan senyawa kimia pada
Octocorallia sangat bervariasi, yaitu terdiri dari terpenoid, racun lipoid,
termasuk metabolit-metabolit aktif yang ekstrim seperti prostagladin.
Antibakteria dari Octocorallia telah ditemukan dan telah diujicobakan pada
pembiakan murni bakteri pada lempengan agar (Burkholder, 1973 dalam Sorokin, 1993). Terpenoid yang
dihasilkan oleh kebanyakan Octocorallia juga mengandung antimikroba (Sorokin,
1993). Kandungan antibakteri dari Octocorallia terbukti pada organisme fouling, sehingga dapat berperan sebagai
pelindung dari predator (Coll et al.,
1977; Fenical dan Harwell, 1988 dalam
Sorokin, 1992).
Senyawa terpenoid merupakan suatu
kelompok senyawa kimia dari golongan hidrokarbon isometik yang mempunyai rumus
molekul C10H16. Senyawa ini umumnya ditemukan
dalam minyak esensial atau minyak asiri dari tumbuh-tumbuhan yang berdaun harum
seperti ekaliptus atau dalam bentuk terpentin dari sebangsa pinus, damar, karet
dan sebagainya. Senyawa ini berbau harum dan wangi dan sering digunakan dalam
industri farmasi terutama dalam pembuatan obat-obat antibiotika, anti jamur dan
anti tumor (Manuputty,1990). Senyawa terpenoid dalam tubuh karang
lunak, biasanya berfungsi sebagai pelengkap kegiatan fisik, seperti untuk
kompetisi ruang (Benayahu dan Loya, 1981; Coll dan Sammarco, 1986; Manuputty,
1990), sebagai racun untuk melawan predator (Coll dan Sammarco, 1986;
Manuputty, 1990; Griffith, 1994), dan berperan dalam reproduksi (Coll dan
Sammarco, 1986; Manuputty, 1990).
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian
ini rencananya akan dilakukan di perairan Pulau Barrang Lompo, Kepulauan
Spermonde, Kecamatan Ujung Tanah, Kodya Makassar, Sulawesi Selatan.
3.2. Bahan Penelitian
Bahan
penelitian yang digunakan adalah karang lunak Sinularia fleksibilis yang
diambil disekitar pulau Barrang Lompo dengan menggunakan peralatan selam SCUBA.
Koloni-koloni karang lunak Sinularia fleksibilis yang telah terkumpul,
kemudian di tempatkan ulang pada beberapa lingkungan perairan pada terumbu
karang yang mempunyai karakteristik yang berbeda.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Identifikasi
Identifikasi sampel karang
lunak sebagai hewan uji penelitian
dilakukan di Laboratorium Coralia, Balitbang Biologi Puslitbang Oseanologi
LIPI Jakarta. Identifikasi karang lunak
dilakukan menurut petunjuk J. Verseveldt
(1980).
3.3.2.
Penempatan Ulang Hewan Uji
Sebelum ditempatkan
ulang pada lingkungan perairan, karang lunak yang akan dijadikan hewan uji
diadaptasikan dulu sekitar satu sampai dua minggu. Hal ini di lakukan agar
didapatkan kondisi fiologis yang homogen sebelum diberikan perlakuan.
Lingkungan perairan yang akan dijadikan tempat penempatan ulang adalah: (1)
Daerah windward pada reef flat dengan substrat pasir,
substrat karang mati, substrat karang hidup (hard coral), substrat
karang hidup (soft coral); (2) Daerah leeward pada reef flat dengan substrat
pasir, substrat karang mati, substrat karang hidup (hard coral),
substrat karang hidup (soft coral); (3) Daerah windward pada reef slope dengan substrat
pasir, substrat karang mati, substrat karang hidup (hard coral),
substrat karang hidup (soft coral); (4) Daerah leeward pada reef slope dengan substrat
pasir, substrat karang mati, substrat karang hidup (hard coral),
substrat karang hidup (soft coral)
3.3.3. Uji Toksisitas Senyawa Terpen
a. Terhadap Ikan
Ikan yang akan dijadikan sebagai
hewan uji bioassay adalah ikan giru (Amphiprion sp) yang di tangkap di sekitar
lokasi penelitian. Ikan yang dijadikan hewan uji bioassay diseleksi berdasarkan
ukuran badan, yaitu mempunyai ukuran yang relatif sama. sebelum dilakukan
pengujian, ikan tersebut terlebih dahulu di adaptasikan semalam pada lingkungan
laboratorium.
Prosedur
uji toksisitas pada ikan mengacu pada metode Shidarta (1995) yang membagi dua
prosedur pengujian. Prosedur tersebut adalah: (1) Uji toksisitas ekstrak air
Octocoral dan (2) Uji toksisitas ekstrak DCM Octocoral. Uji toksisitas ekstrak
air Octocoral dilakukan dengan cara mencampurkan 330 ml air suling dengan 150 gram karang lunak yang telah
dipotong-potong. Campuran ini diaduk dalam osterizer hingga larut dengan baik,
kemudian disaring. Hasil saringan ini merupakan ekstrak kasar yang akan
digunakan dalam uji bioassay pada ikan. Sedangkan uji toksisitas ekstrak DCM
Octocoral dilakukan dengan cara menambahkan 100 ml ekstrak kasar aqeous ke
dalam 100 ml dichloromethane (DCM). Lapisan DCM dipisahkan dari lapisan aqeous
menggunakan corong pemisah. Ekstrak ini dilakukan tiga kali. Larutan DCM
dikumpulkan dan cairan pelarut diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator.
Ekstrak dilarutkan dalam 10 ml ethanol dan aliqout larutan ini digunakan
untuk uji toksisitas pada ikan.
Pengamatan
tingkah laku ikan dilakukan dengan penambahan ekstrak dengan cara
memperhatikan: Lokasi ikan (permukaan, tengah, dasar), orientasi (perputaran
lateral, perputaran vertikal atau keduanya, pergerakan ( tidak bergerak,
hiporaktif, normal, hiperaktif), aktivitas sirip (tidak aktif, hipoaktif,
normal, hiperaktif), respon terhadap rangsangan visual dilakukan oleh
pergerakan obyek hitam berputar dengan
cepat melewati ikan dari atas yang menyebabkan bayangan yang tiba-tiba (tidak
aktif, hipoaktif, normal, hiperaktif), kematian (hidup, mati). Pengamatan ini
dilakukan selama 22 dan 45 menit, kemudian 1.5, 3.6, 12 dan 24 jam.
b. Terhadap Bakteri
Pengujian terhadap bakteri
menggunakan ekstrak kasar dan ekstrak DCM.
Kedua ekstrak ini kemudian diujikan pada bakteri patogen Salmonella
typii dan E. coli dengan konsentrasi 700, 500, 100, 50 dan 25 ppm.
Pengujian aktivitas bakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar dan
aktivitasnya ditentukan dengan mengukur hambatan, yaitu di daerah bening dan
sekitar kertas cakram (Setyaningsih
dkk., 2000).
3.3.4. Pengukuran Peubah Lingkungan
Pengukuran peubah lingkungan
dilakukan dengan mengukur beberapa parameter fisik, kimia dan biologi perairan
yang diduga berpengaruh terhadap ciri khas kimiawi senyawa terpen pada hewan
uji. Peubah lingkungan tersebut adalah: suhu, salinitas, kekeruhan, kecepatan
arus, laju sedimentasi, pH, fosfat (PO4), nitrat (NO3),
amonium (NH4), klorifil-a dan densitas zooxanthellae. Alat, metode
dan periode pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Peubah lingkungan yang meliputi peubah fisik, kimia dan biologi dengan
alat, metode
dan periode pengukuran.
No |
Peubah |
Alat dan Metode |
Periode |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 |
Suhu (oC) Salinitas (permil) Kekeruhan (NTU) Kecepatan arus (cm/detik) Laju Sedimentasi (mg/liter/hari) pH Fosfat (PO4) Nitrat (NO3) Amonium (NH4) Klorofil-a Densitas zooxanthellae |
Water Quality Checker Water Quality Checker Turbidimeter Current meter/ current drouge Sediment trap pH meter Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Suspensi |
sebulan sebulan sebulan sebulan sebulan sebulan sebulan sebulan sebulan sebulan sebulan |
3.4. Analisis Data
Untuk melihat keterkaitan karakteristik lingkungan
yang meliputi peubah fisik, kimia, biologi dengan ciri khas kimiawi senyawa
terpen karang lunak jenis Sinularia fleksibilis digunakan analisis
diskriminan mengikuti petunjuk Legendre dan Legendre (1983) dan Bengen (1999).
Analisis diskriminan adalah analisis statistika yang digunakan untuk
mengklasifikasikan pengamatan-pengamatan ke dalam kelompok berdasarkan beberapa peubah-peubah diskriminator.
Analisis diskriminan dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang terlebih dahulu
diketahui secara jelas kelompoknya (Subyakto, 1999). Pengelompokan pada
analisis ini dibagi atas tiga kategori. Kategori pertama adalah kelompok
senyawa terpen yang mempunyai toksisitas yang tinggi. Kategori kedua adalah
kelompok senyawa terpen yang mempunyai toksisitas yang sedang. Kategori ketiga
adalah kelompok senyawa terpen yang mempunyai toksisitas yang rendah.
Perhitungan analisis diskriminan menggunakan software SPSS 9.0 for
windows. Sedangkan untuk menguji apakah terdapat perbedaan nyata toksisitas
senyawa terpen antar habitat penempatan ulang hewan uji digunakan uji
t-berpasangan (Steel dan Torrie, 1991).
Bayer, F.M., 1956.
Octocorallia. in: Treatise on Invertebrata Paleontology, Part F Coelenterata. (R.C. Moore ed.). Geological
Society of America and Univ. Kansas Press.
Benayahu, Y. and Y.Loya, 1981. Competition for Space among Coral Reefs
Sessile Organism at Eilat , Red Sea. Bull.
Mar. Sci., 31(1): 514-260.
Bengen, D.G., 1999. Analisis Statistik, Multivariabel/Multidimensi. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Coll, J.C. and P.W. Sammarco, 1986. Soft Coral: Chemistry and Ecology. Oceanus, Volume 29, Number 2: 33-37. Woods Hole Oceanographyc
Institution.
Dahuri, R., 1999. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu
Karang Indonesia. Pros. Lok. Pengelolaan & Iptek Terumbu karang
Indonesia. Jakarta, 22 –23 November 1999: 1 – 16
Fossa, S.A. and A.J. Nilsen, , 1998. The Modern
Coral Reef Aquarium. Volume 2. Birgit Schmettkamp Verlag.
Griffith, J.K., 1994. Predation on Soft Corals (Octocorallia:
Alcyonacea) on the Great Barrier Reef, Australia. Aust.J. Mar. Freswater
Res., 1994, 45.1281-4.
Legendre, L and P.
Legendre, 1983. Numerical Ecology. Elseiver Scientific Publishing Company.
Manuputty,
A.E.W.,1990. Senyawa Terpen dalam Karang lunak (Octocorallia: Alcyonacea). Oseana, Volume XV, Nomor 2: 77-84. Puslitbang
Oseanologi-LIPI Jakarta.
Manuputty, A.E.W.,
1996. Pengenalan Beberapa Karang Lunak (Octocorallia, Alcyonecea) di Lapangan. Oseana, Vol. XXI, Nomor 4 : 1-11. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Michalek,
A and B.F. Bowden, 1997. A Natural Algicide from Soft Coral Sinularia fleksibilis
(Coelenterata, Octocorallia, Alcyonacea). Journal of Chemical ecology.
1997, 23: 2,259-272; 34 ref.
Setyaningsih, I,
Desniar, T. Sriwardani, 2000. Konsentrasi Hambatan Minimum terhadap Bakteri Salmonella
typii dan Escherichia coli dari Ekstrak Mikroalga Jenis Chlorella
sp. Kumpulan Abstrak Seminar Nasional Persada VIII.
Shidarta, B.R., 1995.
Ichthyotoxicity Test of Soft Coral Extracts on Gambusia affinis, A Preliminary
Study. Oseana, Volume XX, Nomor 3, 1995 : 29 – 34.
Sorokin, Y.I.,
1993. Coral Reef Ecology. Ecological
Studies 102. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York, London, Paris,
Tokyo, Hongkong, Barcelona, Budapest.
Steel, R.G.D. dan
J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedure Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik
(Terjemahan; Sumantri, B.) P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Subyakto, A., 1999.
Perbandinganb Analisis Diskriminan Kuadratik dan regresi Logistik dalam
Pengklasifikasian Negara-Negara di Dunia Berdasarkan Peubah-Peubah Sosial
Ekonomi.
Tursch, B., J.C.
Braekman, D. Dalose and M. Kasin, 1978. Terpenoid from Coelenterata. In
: Scheuuer, P.J. (ed). Marine Natural Products, Chemical and Biological
Perpectures II Academic Press N.Y. : 247- 296.
Verseveldt, J.,
1980. A Revision of the Genus Sinularia Lesson (Octocorallia, Alcyonacea). Zool. Verhand. 179 : 1-127, PL. 1-38.
Weinheimer, A.J.,
J.A. Matson, H.M. Bilayet and D. Van Der Helm, 1977. Marine Anticancer Agent Sinularin
and Dyhidro Sinularin, new cembranolide diterpenes from the Soft Coral Sinularia
fleksibilis, Tetrahedron Lett: 2923 – 2926.
SINOPSIS
RENCANA PENELITIAN
I. Rencana Judul Penelitian:
Hubungan Karakteristik Fisik, Kimia
dan Biologi Perairan terhadap Ciri Khas Kimiawi Senyawa Terpen Karang Lunak
(Octocorallia: Alcyonacea) Sinularia flexibilis Quoy & Gaimard.
2.1. Latar Belakang
Terumbu karang merupakan ekosistem
di perairan tropis yang kaya akan biota-biota penyusunnya, dengan keanekargaman
jenis yang tinggi. Salah satu biota penyusun terumbu karang ialah karang lunak
(Octocorallia: Alcyonacea). Kelompok ini diwakili oleh suku Alcyoniidae yang
merupakan kelompok karang lunak yang tersebar luas di perairan Indo-Pasifik
Barat dalam jumlah yang besar (Bayer, 1956).
Sinularia
flexibilis adalah salah satu jenis karang lunak yang mengandung senyawa
terpen. Senyawa terpen yang dikandungnya adalah Sinulariolide/Sinularin,
Dihydrosinularin (Tursch et.
al., 1978 dalam Manuputty, 1991; Michalek dan Bowden, 1997) yang merupakan senyawa anti kanker dari
laut (Weinheimer, 1977 dalam Manuputty, 1991), 11-episinulariolide, merupakan algisida alam (natural algicide)
yang dapat mematikan alga penggangu Ceramium codii dan sejumlah alga
terumbu. Sedangkan sinulariolide
dapat menghambat pertumbuhan alga uniselluler (Michalek dan Bowden, 1997).
Jenis senyawa terpen yang dihasilkan oleh
karang lunak Sinularia flexibilis banyak ditentukan oleh
karakteristik fisik, kimia dan biologi perairan. Menurut Manuputty (1991),
senyawa terpen pada karang lunak kemungkinan dihasilkan oleh polip karang,
zooxanthellae sendiri dan asosiasi polip karang dan zooxanthellae. Selanjutnya
dikatakan bahwa banyaknya kandungan zooxanthellae di dalam jaringan tubuh
mempengaruhi produksi maupun ciri khas kimiawi senyawa terpen yang
dihasilkannya. Sedangkan menurut Turch et.al. (1978) dalam
Manuputty (1991), mengatakan bahwa
faktor lain yang mempengaruhi ciri khas kimiawi senyawa terpen pada
karang lunak adalah faktor geografis.
2.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a.
Menentukan beberapa Karakteristik fisik, kimia dan biologi perairan yang
berpengaruh terhadap ciri khas kimiawi senyawa terpen pada karang lunak
(Octocorallia: Alcyonacea) Sinularia flexibilis Quoy & Gaimard.
b.
Menganalisis hubungan antara karakteristik fisik, kimia dan biologi perairan
terhadap ciri khas kimiawi senyawa terpen pada karang lunak (Octocorallia:
Alcyonacea) Sinularia
flexibilis Quoy
& Gaimard.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan senyawa terpen tertentu dari karang
lunak Sinularia flexibilis dengan cara memanipulasi lingkungan fisik,
kimia dan biologinya.
Karang lunak jenis Sinularia
flexibilis diketahui banyak mengandung senyawa terpen yang bermanfaat untuk
industri obat-obatan. Jenis-jenis senyawa terpen yang dikandungnya banyak tergantung
pada karakteristik fisik, kimia dan biologi perairan di mana karang lunak
tersebut hidup. Untuk mencari senyawa terpen tertentu yang mempunyai manfaat
ekonomi dan praktis yang tinggi, perlu diketahui karakteristik fisik, kimia dan
biologi perairan yang mempengaruhinya. Karakteristik fisik, kimia dan biologi
perairan yang mempengaruhi kandungan jenis tertentu senyawa terpen pada karang
lunak jenis Sinularia flexibilis,
dapat dijadikan acuan untuk mendapatkannya melalui manipulasi lingkungannya ( karakteristik
fisik, kimia dan biologinya).
Dalam penelitian ini hipotesis yang
diajukan untuk dianalisis dan dibuktikan adalah:
a.
Beberapa karakteristik fisik, kimia dan biologi perairan akan berpengaruh terhadap ciri khas kimiawi
senyawa terpen pada karang lunak (Octocorallia:
Alcyonacea) Sinularia flexibilis Quoy & Gaimard.
b. Ciri khas kimiawi senyawa terpen
pada karang lunak (Octocorallia:
Alcyonacea) Sinularia flexibilis Quoy & Gaimard bergantung
kepada karakteristik fisik, kimia dan biologi perairan
3.1. Penentuan Stasiun Penelitian
Stasiun penelitian didasarkan atas
perbedaan secara geografis, baik secara vertikal maupun horizontal. Alat yang
digunakan untuk mengetahui posisi koordinat secara horisontal adalah GPS
(Global Positioning System), sedangkan secara vertikal digunakan Depth/
Pressure Gauge.
3.2. Pengukuran Parameter Fisik, Kimia dan
Biologi Perairan
3.2.1. Parameter Fisik
Parameter fisik yang diukur adalah
suhu, turbiditas, tekanan hidrostatik, kecepatan arus, intensitas cahaya
matahari. Metode dan alat ukur yang digunakan adalah metode dan alat ukur yang
standar.
3.2.2. Parameter Kimia
Parameter kimia yang diukur adalah
Oksigen, Karbondioksida, Nitrat, Ortho-Fosfat, Klorofil-a, dan beberapa trace
element yang dianggap penting. Metode dan alat ukur yang digunakan adalah metode dan alat ukur
standar.
3.2.3. Parameter Biologi
Parameter biologi yang diukur adalah
penentuan jenis dan jumlah zooxanthellae, penentuan jenis hewan yang
berasosiasi dengan karang lunak Sinularia flexibilis. Penentuan jenis
zooxanthellae dan hewan yang berasosiasi
didasarkan atas petunjuk standar yang ada, sedangkan untuk mengetahui
jumlah jumlah zooxanthellae dalam jaringan karang adalah dengan mengambil
jaringan sebanyak 1 cm2 dengan menggunakan scalpel, kemudian
didekalsifikasi dengan HCl 5 % dan
disuspensikan dengan air laut. Ke dalam suspensi ditambahkan CuSO4 5
% untuk mencegah pecahnya klorofil zooxanthellae. Zooxanthellae yang terlarut
dihitung dengan hemacytometer, dengan ulangan lima kali. Untuk pembuatan
preparat histologis. Jaringan karang
diambil, difiksasi dengan HCl 5
%, kemudian diambil polipnya. Dehidrasi
dilakukan dengan alkohol dan dijernihkan dengan toluene. Preparat
histologis dibuat dengan paraffin; tebal irisan 6 – 10 m. Pewarna yang dipakai adalah hematoxylin
eosin (Suharsono dan Sukarno, 1995).
3.2.4. Penentuan Jenis Senyawa Terpen
Penentuan
jenis senyawa terpen yang dikandung karang lunak jenis Sinularia flexibilis
dilakukan dengan metode bioassay.
3.3. Analisa Data
Untuk melihat
keterkaitan antara karakteristik fisik, kimia dan biologi perairan dengan ciri
khas kimiawi senyawa terpen karang lunak jenis Sinularia flexibilis Quoy & Gaimard, digunakan
analisis statistik multivariate yang berdasarkan Analisis Komponen Utama
(AKU) atau Principal Component Analysis (PCA) (Clifford dan Stephenson, 1975;
Ludwig dan Reynolds, 1988).
Pengelompokan
titik-titik pengamatan berdasarkan karakteristik fisik, kimia dan biologi
perairan dan ciri khas kimiawi senyawa terpen karang lunak jenis Sinularia flexibilis Quoy &
Gaimard, selanjutnya dikonfirmasikan dengan klasifikasi hierarki (Cluster
Analysis, CA) yang dijabarkan dalam bentuk dendrogram. Ordonansi dalam klasifikasi
hierarki dihitung berdasarkan jarak Euclidean dengan kriteria
agregasi yang digunakan adalah keterkaitan rata-rata (average linkage).
Perhitungan
Analisis Komponen Utama (PCA) dan klasifikasi hierarki (CA) dilakukan
dengan bantuan microsoft STAT-ITCF (Beaux et al., 1992).
Bayer,
F.M., 1956. Octocorallia. in: Treatise on Invertebrata Paleontology, Part F Coelenterata. (R.C. Moore ed.). Geological
Society of America and Univ. Kansas Press.
Beaux, M.F., H. Gouet, J.P. Gouet,
P. Morleghem, G. Philippeau, J. Tranchefort, and M. Verneau, 1992. STAT-ITCF
User Manual. Evenue du President Wilson, Paris.
Clippord, H.T., and W. Stephenson,
1975. An Introduction to Numerical Clasification. Academic Press. New York- San
Francisco-London. Pp 394
Ludwig, J.A., and J.F. Reynolds, 1988. Statical Ecology: A Primer on Methods and Computing. Jhon Wiley & Sons. New York, USA.
Manuputty,
A.E.W.,1991. Senyawa Terpen dalam Karang lunak (Octocorallia: Alcyonacea). Oseana, Volume XV, Nomor 2: 77-84. Puslitbang
Oseanologi-LIPI Jakarta.
________________,
1996. Pengenalan Beberapa Karang Lunak (Octocorallia, Alcyonecea) di Lapangan. Oseana, Vol. XXI, Nomor 4 : 1-11. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Michalek, A
and B.F. Bowden, 1997. A Natural Algicide from Soft Coral Sinularia fleksibilis
(Coelenterata, Octocorallia, Alcyonacea). Journal of Chemical ecology.
1997, 23: 2,259-272; 34 ref.
Suharsono
dan Soekarno, 1995, Kandungan Zooxanthella pada Karang Batu di Terumbu Karang Pulau Pari. Osenologi
dan Limnologi di Indonesia. No 28.