Re-edited
Copyright © 2000 Yaherwandi
Makalah Falsafah Sains (PPs
702)
Program Pasca Sarjana - S3
Institut Pertanian Bogor
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
STRUKTUR
LANSKAP DAN PRAGMENTASI HABITAT: PENGARUHNYA TERHADAP KERAGAMAN PARASITOID
Oleh:
YAHERWANDI
P08600002/ENT
Keberadaan dan dinamika
parasitoid di lapangan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satu diantaranya
adalah struktur lanskap dimana pertanaman itu berada. Struktur lanskap pertanian biasanya
terbagi-bagi ke dalam beberapa fragmen pertanaman. Akibatnya, populasi serangga hama dan
parasitoidnya di lapang juga akan dipengaruhi oleh fragmentasi habitat yang
terjadi. Keadaan ini akan sangat
memperngaruhi efektifitas parasitoid di lapang.
Kajian mengenai interaksi antara fragementasi habitat dan keragaman
serta fluktuasi parasitoid di lapang masih
sangat jarang di lakukan di Indonesia, oleh karena itu untuk dapat lebih
mengerti dinamika populasi di lapang perlu dilakukan penelitian dasar mengenai
kajian struktur lanskap dan keragaman parasitoid.
Pemanfaatan parasitoid
sebagai agens dalam pengendalian hayati
memerlukan upaya kajian yang lebih intensif dan dengan dimensi lebih
kompleks untuk lebih memberi jaminan
terhadap keberhasilannya. Sejauh ini, studi terhadap parasitoid hama pengorok
daun baru pada tahap awal yang dilakukan oleh Pusat-pusat Kajian, Balai
penelitian dan Lembaga penelitian lainya, sehingga diperlukan kegiatan-kegiatan
penelitian dasar yang lebih banyak untuk
sampai pada penerapannya di lapangan.
Untuk itu akan dikumpulkan sampel dari
berbagai daerah sentra produksi sayuran di Indonesia untuk menguji hipotesis
berikut:
Ho :Fragmentasi
habitat tidak mempengaruhi keragaman parasitoid L. hudobriensis pada
berbagai struktur lanskap pertanaman sayuran di Indonesia
H1 :Fragmentasi
habitat mempengaruhi keragaman parasitoid L. hudobriensis pada berbagai
struktur lanskap pertanaman sayuran di Indonesia
Batasan pengertian
Metapopulasi
Metapopulasi yaitu sekumpulan populasi-populasi dari
suatu spesies yang menempati beberapa habitat yang antar habitat itu terjadi
migrasi yang dilakukan oleh populasi-populasi tersebut (Lincoln et al, 1988). Metapopulasi merupakan konsep ekologi lanskap yang
sangat penting yang berhubungan dengan dinamika populasi (Bunce and Jongman, 1993).
Ekologi Lanskap
Ekologi
lanskap merupakan interdisipliner ilmu
yang mengkaji tentang struktur, fungsi dan perubahan yang terjadi di lanskap.
Lanskap didefinisikan sebagai hamparan lahan yang heterogen yang tersusun dari
sekelompok ekosistem yang saling berinteraksi (Forman and Gordon, 1986). Lanskap pertanian adalah mencakup ekosistem hutan,
perkampungan, lahan pertanian, jalan raya dan jalan tanah (dirt road). Struktur
lanskap diartikan sebagai pola ruang dari berbagai komponen lanskap yang
menyangkut ukuran, keanekaragaman, kerapatan dan konfigurasinya.
Fragmentasi Habitat
Aktifitas
perubahan lanskap, seperti konversi lahan pertanian menjadi lokasi pemukiman
menyebabkan terjadinya fragmentasi dan kehilangan habitat. Fragmentasi habitat
dicirikan terpecahnya lanskap yang luas menjadi bidang-bidang lahan (patch)
yang lebih kecil dan biasanya patch ini secara ekologis banyak yang kurang
berhubungan satu sama lain (Theobald,
2000)
Epistomologi dalam Ekologi
Terdapat empat tingkat organisasi yang terkait dengan
ekologi, yaitu populasi, komunitas, ekosistem dan lanskap. Proses interaksi
masing-masing organisasi tersebut dapat digambarkan pada Gambar 1 (Scheiner et al, 1995).
Dari Gambar 1 dapat
dijelaskan sebagai berikut: jalur pertama individu terikat satu sama lain
menjadi populasi melalui proses kehidupan. Populasi terikat satu sama lain
menjadi guild melalui proses kompetisi. Guild terikat satu sama lain menyusun
komunitas atau jala makanan oleh proses predasi/parasitasi.
Jalur
hirarki lainya adalah individu dan suberdaya menyusun niche melalui proses
siklus hidup dan predasi/parasitasi. Selanjutnya niche dan komunitas
berinteraksi menyusun ekosistem.
Jalur
ketiga adalah interaksi antar populasi menjadi metapopulasi melalui proses
migrasi. Terakhir metapopulasi dan ekosistem beriteraksi melalui proses suksesi
menyusun lanskap atau bioma.
Komunitas
Gambar 1. Pola hubungan antar organisai dalam ekologi
KEMAJUAN PENELITIAN L. huidobriensis DI INDONESIA
Kegiatan eksplorasi dan studi parasitoid telah dimulai oleh Rauf dkk
(komunikasi pribadi). Kegiatan studi tentang parasitoid hama pengorok daun baru
dimulai pada tahap awal oleh PKPHT sehingga belum banyak diketahui tentang
parasitoid dari L. huidobrensis.
Sejauh ini, satu jenis parasitoid ditemukan dominan yaitu jenis Hemiptarsenus varicornis (Hymenoptera:
Eulophidae) yang memarasit stadium larva L.
huidobrensis di Indonesia tetapi
dilaporkan bahwa tingkat parasitisasi dari jenis parasitoid tersebut rendah (Shepard et. al.
1996; Supartha, 1998). Oleh
karena itu, saat ini ada upaya alternatif yaitu mengintroduksi beberapa jenis
parasitoid dari luar negeri oleh Jurusan HPT, Institut Pertanian Bogor (Rauf, komunikasi pribadi).
Keragaman jenis dan kemampuan penekanan parasitoid (parasitisasi) terhadap L. huidobrensis sejauh ini belum banyak
terungkap disebabkan kegiatan penelitiannya masih sangat terbatas meskipun informasi tentang
hama pengorok daun itu sendiri sedikit lebih maju sejak tahun 1997 pada tanaman
kentang di beberapa dataran tinggi Jawa Barat. Sejauh ini belum dikaji
keragaman jenis dari parasitoid pada berbagai tanaman inang dan lanskap
pertanian. Parasitoid memiliki kemampuan
untuk mengatur (regulate) populasi
inangnya, tetapi berdasarkan beberapa penelitian (Landis
and Menalled, 1998) ternyata struktur fisik agroekosistem yang cenderung
sederhana justru berpengaruh negatif terhadap efektifitas dan kekayaan spesies
parasitoid di lapang. Untuk dapat
memaksimalkan survival parasitoid di
lapang diperlukan sumber-sumber lain seperti inang alternatif, sumber makanan
bagi imago, refugia, inang yang
kontinue dan mikroklimat yang sesuai.
Kondisi seperti ini dapat diperoleh melalui teknik budidaya seperti intercropping ataupun dengan keberadaan
gulma diseputar tanaman pertanian utama.
Selain itu, dilihat dari struktur lanskap, sumber-sumber makanan dan
inang alternatif dapat pula tersedia
apabila dalam struktur lanskap tersebut terdapat ladang terbuka (oldfield), pematang luas (hedgerows), maupun hutan sekunder (woodlands) (Menalled
et al., 1999) . Hal ini
berarti bahwa struktur lanskap suatu habitat akan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap keragaman jenis, fluktuasi populasi
serta kekayaan spesies
parasitoid. Oleh karena itu penelitian
dengan lingkup lanskap yang lebih luas perlu dilakukan untuk mengetahui secara
mendalam kaitan antara struktur lanskap dengan efektifitas parasitoid di
lapang.
RENCANA PENELITIAN
Rencana penelitian yang akan dilakukan
merupakan bentuk penelitian dasar (basic research)
yang terdiri dari beberapa tahap penelitian yaitu eksplorasi, identifikasi dan
kajian peranan parasitoid dalam menekan serangan hama pengorok daun. Tahap
kegiatan eksplorasi bertujuan untuk melakukan pencarian dan mengkoleksi
jenis-jenis parasitoid yang ditemukan pada hama pengorok daun dari berbagai
jenis tanaman inang, sedangkan
daerah pencarian ditujukan pada daerah sentra sayuran yang selalu ditemukan
hama pengorok daun pada setiap musim yaitu Alahan Panjang dan Koto Baru
(Sumatera Barat), Pangalengan dan Garut (Jawa Barat), Wonosobo dan Banjarnegara
(Jawa Tengah). Pencarian akan difokuskan pada beberapa jenis tanaman inang seperti
kentang, tomat, kubis, brokoli, bawang merah dan selederi. Pencarian hama dan parasitoidnya juga akan
dilakukan pada tanaman liar (gulma) yang ada disekitar daerah penelitian.
|
Bunce, R.G.H. and
R.H.G. Jongman. 1993. An Introduction to landscape
ecology, p. 3 – 10. In R.G.H., L. Ryszkowski and M.G.
Paoletti (eds.) Landscape Ecology and Agroecosystems. Lewis Publishers. London.
Forman, R.T.T and M. Gordon. 1986. Landscape Ecology. John Willey and
Sons. New York. 620 p.
Hanski, I. and D. Simberloff. 1997. The metapopulation
approach, its history, conseptual domain, and
application to conservation, p. 5-26. In I. Hanski
and M.E. Gilpin (eds.) Metapopulation biology:
Ecology, Genetics and Evolution. Academic Press. San Diego.
Landis, D.,
and F. Menalled. 1998. Ecological considerations in conservation of
parasitoids in agricultural landscapes.
Pages 101-121 in P. Barbosa, (ed.)
Conservation biological control.
Academic Press, San Diego, California. USA.
Lincoln, R.J.,
G.A. Boxshall and P.F. Clark. A Dictionary of
Ecology, Evolution and Systematics. Cambridge
University Press. Melbourne, Sydney, New York. 298 p.
Manalled, F.D., P.C.
Marino, S.H. Gage and D.A. Landis. 1999. Does agricultural landscape structure
affect parasitism and parasitoid diversity ?. Eco. Appli.
9 (2): 634-641.
Shepard, B.M;
A. Braunn, A. Rauf dan Samsudin. 1996. Liriomyza
huidobrensis: Hama pendatang baru pada sayuran. Warta PHT Palawija dan Sayuran. 1 (1): 2-3
Scheiner, S.M., A.J. Hudson and M.A. VanderMeulen. 1995. An Epistemologi of ecology. ESA Bull. P. 17 – 21.
Supartha, I.W. 1998.
Bionomics of Liromyza huidobrensis
(Blanchard) (Diptera: Agromyzidae)
on potato. PhD. Thesis, Bogor Agricultural
University. 146 pp.
Theobald, D.M. 2000. Tools
available for measuring habitat fragmentation.