Re-edited 20 December, 2000
Copyright © 2000 Sumardi
Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana - S3
Institut
Pertanian Bogor
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
ISOLASI DAN
KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL PROTEASE TAHAN ASAM
UNTUK SUPLEMEN PAKAN AYAM BROILER
(PROPOSAL PENELITIAN)
Oleh
Akhir-akhir ini ada kecenderungan bahwa masyarakat di negara maju lebih
mengutamakan makanan yang bebas dari pencemaran bahan-bahan kimia sintetik dan
residu antibiotik. Disamping beracun, bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan
timbulnya kanker. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terjadi kasus
ekspor broiler Indonesia ditolak oleh negara tujuan, karena adanya residu
antibiotik di dalam karkas.
Dalam era globalisasi, khususnya
setelah diberlakukan Asean Forum Trade
Association (AFTA), penolakan semacam ini merupakan usaha proteksi. Dalam
kesepakatan AFTA, proteksi dengan membatasi kuota tidak dibenarkan lagi. Dengan
demikian dinamika ekspor-impor akan ditentukan oleh persaingan harga,
persaingan kualitas, dan bebas dari pencemaran bahan kimia yang berbahaya bagi
kesehatan. Kondisi ini bagi Indonesia akan merupakan suatu hambatan ekspor
apabila petani dan peternak terus
menggunakan zat-zat kimia tanpa batas (Suharsono, 1991).
Di negara-negara yang sudah maju,
usaha peningkatan kualitas ternak terus dilakukan. Beberapa penelitian terakhir
memperlihatkan bahwa suplemen enzim dalam pakan ternak untuk hewan monogastrik,
berpotensi meningkatkan nilai nutrisinya termasuk unggas (Graham et al, 1988, Annison, 1992, Wenk et al, 1993). Di dalam saluran
pencernaan ayam proses pencernaan terjadi secara enzimatis. Oleh karena itu
beberapa peneliti telah mencoba menambahkan enzim dalam pakan ayam untuk
melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ayam. Salah satu enzim yang pernah
dicoba adalah pemberian enzim ß-glukanase dalam pakan ayam broiler. Pemberian
enzim tersebut dapat menurunkan kekenyalan (viscositas) isi usus hingga 20% dibandingkan
dengan makanan standarnya (biji-bijian
tanpa enzim) (sterling et al, 1998).
Dengan demikian proses pencernaan makanan di usus menjadi lebih mudah. Enzim
lain yang tidak kalah perannya dalam proses pencernaan tersebut adalah
protease. Enzim tersebut berperan dalam pemecahan protein menjadi asam amino.
Asam amino selanjutnya diserap ke tubuh ayam untuk selanjutnya diubah menjadi
protein tubuh (Wahju, 1992).
Guna mendapatkan enzim protease yang
berpotensi dalam meningkatkan nilai nutrisi pakan, maka enzim tersebut harus
memiliki aktivitas biologi saat mencapai saluran gastrointestinal (Spring et al, 1995). Saluran gastrointestinal
ayam mempunyai pH asam (4-5). Oleh karena itu seleksinya harus diisolasi dari
mikroorganisme yang hidup di saluran gastrointestinal ayam dengan menggunakan
medium yang bersifat asam.
Setelah mikroorganisme terisolasi
kemudian harus diidentifikasi. Sampai saat ini, identifikasi mikroba penghasil
protease masih banyak dengan menggunakan isolat dan kultur murni yang kemudian
dianalisis sifat fisiologi dan biokimianya saja. Sehingga mikroba yang tidak
terisolasi (not yet cultured) tidak
dapat diidentifikasi. Dengan kemajuan bidang biologi molekuler, identifikasi
semua organisme dapat dilakukan dengan analisis gen 16s-rRNA ini sesuai untuk
identifikasi mikroorganisme karena gen ini terdapat di semua organisme.
Sekarang telah diketahui terdapat lebih dari 4000 entri (sekuen yang terdaftar)
yang ada pada database 16s-rRNA yang mencakup sekitar 1800 spesies yang
jumlahnya terus bertambah (Bottger, 1996 dalam
Desiliyarni, 1999).
Isolat mikroorganisme yang diperoleh
diharapkan dapat digunakan sebagai probiotik. Menurut Fuller (1992), probiotik
adalah suatu food supplement-mikroorganisme
hidup yang secara menguntungkan mempengaruhi inang melalui perbaikan
keseimbangan mikroorganisme. Penggunaan probiotik tersebut dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas ternak yang ramah lingkungan. Sejumlah
mikroorganisme ditemukan dalam pencernaan ayam, diantaranya Escherichia coli, Clostridia, Enterococci,
Lactobacilli dan khamir. Mikroorganisme tersebut merupakan flora normal
yang terdapat dalam alat pencernaan ayam. Menurut Couch (1978), penambahan
kultur Lactobacillus dalam pakan ayam
dapat meningkatkan berat ayam broiler sampai 46 gram, menurunkan tingkat
kematian sampai 0,4% dan meningkatkan konversi pakan sampai 0,81 unit.
Disamping itu penambahan kultur L.
acidophilus dalam pakan dapat menghambat pertumbuhan Salmonella typhimurium dan Staphylococcus
aureus, dimana kedua bakteri tersebut merupakan bakteri patogen.
Pada penelitian lain yang dilakukan
oleh Nuryani (1998), penggunaan tepung Bio H+ sebanyak 60% yang
merupakan probiotik dalam ransum berpengaruh nyata dalam meningkatkan konsumsi
ransum ayam broiler. Probiotik tersebut mengandung berbagai jenis mikroba yang
bersifat : lignolitik, selulotik, proteolitik, dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk
Hipotesis
yang diajukan terdiri atas dua macam, yaitu hipotesis nol dan hipotesis satu. Hipotesis nol
terdiri atas :
Hipotesis satu terdiri atas :
Penelitian ini
akan dilakukan pada bulan Mei 2001 sampai dengan Februari 2002 di Laboratorium
Mikrobiologi, PAU Bioteknologi IPB Bogor.
Dalam
penelitian ini akan dilakukan beberapa kegiatan yaitu pengambilan contoh isi
usus ayam, yang kemudian diisolasi bakteri penghasil protease. Bakteri yang
diperoleh kemudian dikarakterisasi morfologi dan sifat fisiologi/biokimianya
yaitu meliputi morfologi sel dan aktivitas enzim protease. Bakteri yang
mempunyai enzim dengan aktivitas tinggi selanjutnya diidentifikasi dengan cara
analisis sekuenzing gen 16s-rRNA. Pada akhirnya bakteri yang telah
teridentifikasi tersebut diuji kemampuannya sebagai probiotik untuk ayam
broiler.
Sebanyak
lima puluh (50) contoh kotoran dalam usus ayam diambil dari berbagai daerah
tingkat II di Propinsi Lampung. Dari setiap contoh diambil sebanyak kira-kira
10 g. Setiap contoh diberi label seperlunya. Seluruh contoh tersebut
dikumpulkan dan diusahakan disimpan pada suhu 4oC.
Isolasi
dilakukan dengan menggunakan medium Luria Agar (0,5 g yeast ekstrak, 1 g
tripton, 1 g NaCl, 1 g skim milk, 1,5 g agar pH 4-5). Mula-mula contoh kotoran dibuat pengenceran
hingga 10-4. Kemudian suspensi tersebut divorteks, lalu sebanyak 0,1
ml dipipet dan disebarkan pada medium isolasi dengan tiga kali ulangan.
Cawan-cawan tersebut diinkubasi dengan posisi balik pada suhu 37oC
selama 24-48 jam. Koloni bakteri yang menghasilkan protease akan memperlihatkan
zona jernih disekelilinginya.
Isolat-isolat
yang sudah murni diamati morfologi koloninya, yang meliputi bentuk, tepian,
elevasi, dan konsistensi (Hadioetomo, 1986). Selain itu, setiap koloni(umur
24-72) dibuat lekapan basahnya untuk mengamati bentuk sel, bentuk dan letak
spora dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000 kali.
Isolat
bakteri ditumbuhkan dalam agar miring berisikan medium LA + Skim milk. Setelah
tumbuh, seluruh biakan direndam dalam medium cair dengan komposisi yang sama
dan dibiarkan semalam. Setelah itu biakan dilepaskan dari permukaan agar dan
seluruh suspensi dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer 200 ml berisi 25 ml
medium cair dan dikocok diatas mesin pengocok horizontal dengan kecepatan
kurang lebih 120 putaran per menit pada suhu 37oC selama 24-48 jam.
Pada akhir masa inkubasi, biakan ini dipakai sebagai inokulum.
Ke dalam
labu Erlenmeyer 250 ml yang berisi 50 ml medium LB + Skim milk, diinokulasikan
3% inokulum (O.D.620 = 1, yaitu sekitar 1x108 sel per ml.
Labu tersebut diinkubasikan di atas mesin pengocok seperti disebutkan di atas
selama 24 jam. Pada akhir pengocokan, biakan disentrifugasi pada kecepatan
kurang lebih 1000 x g selama 10 menit pada suhu 4oC (Beckman
Ultracentrifuge Model J2-21). Supernatan yang mengandung enzim protease kasar
disimpan dari endapannya dan siap untuk ditetapkan aktivitasnya.
Satu ml
supernatan dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah 1 ml larutan kasein
Hammerstein 1% dalam larutan buffer asetat 0,05 M (pH 4-5), lalu diinkubasikan
pada penangas air suhu 370C selama 20 menit. Reaksi dihentikan
dengan menambahkan 3 ml larutan asam trikloroasetat 10% (b/v). Hasil reaksi
tersebut disentrifugasi dengan kecepatan kurang lebih 15000 x g selama 10 menit
pada suhu 40C. Supernatan tersebut dipisahkan dan diukur menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 280 dengan menggunakan tirosin sebagai
standar. Satu unit aktivitas enzim protease adalah sejumlah enzim yang
menimbulkan reaksi tak terendapkan oleh larutan TCA (trichloro acetic acid) dan memberikan nilai absorbansi setara
dengan 1 mg tirosin per menit pada suhu 370C.
Suspensi sel
isolat bakteri sebanyak 1,5 ml dimasukkan ke dalam tabung mikro dan disentrifuse selama 30 detik.
Supernatan dibuang kemudian tabung ditambahkan suspensi sel lalu disentrifuse
kembali. Pelet yang terbentuk disuspensi dalam 567ml TE kemudian dilarutkan dengan sempurna. Suspensi yang
terbentuk ditambah 30 ml larutan SDS 10% dan 3 ml proteinase
K (2 mg/ml), kemudian dicampur dengan membolak-balikkan tabung lalu
diinkubasi pada suhu 370C
selama satu jam. Suspensi ditambah 0,7 ml larutan fenol: kloroform : isoamil
alcohol (25:24:1) dicampur dengan cara membolak-balikkan tabung sampai
terbentuk emulsi kemudian disentrifugasi selama 5 menit. Supernatan dipindah
dengan hati-hati dengan pipet Pasteur atau
ujung pipet 1000 ml, interfase harus dihindari. Supernatan dimasukkan dalam
tabung mikro yang bersih. Untuk mengendapkan DNA ditambahkan 0,6 ml
isopropanol. Tabung dibolak-balik sampai terbentuk benang-benang putih kemudian
disentrifus selama 10 menit. Supernatan dibuang kemudian ditambahkan 1 ml
etanol 70% dingin, lalu disentrifus selama 2-4 menit. Supernatan dibuang,
tabung dikeringkan dengan kertas tisu, pellet DNA dikeringkan dalam desikator
selama 15 menit atau kering udara 3-4 jam. Kemudian DNA diresuspensikan dengan
menambahkan 100 ml x TE (Suwanto, 1993).
Penggunaan
Berbagai Bakteri Penghasil Protease Tahan Asam dalam Ransum Ayam Broiler
Perlakuan
dalam percobaan ini adalah berbagai jenis bakteri penghasil protease yang
ditambahkan dalam ransum ayam. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ransum komersial comfeed. Sedangkan
kontrolnya adalah ransum komersial yang tidak ditambah bakteri. Ayam broiler
diberi perlakuan sampai umur 8 minggu. Setelah umur broiler 8 minggu kemudian peubah
yang diamati yaitu : konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum,
bobot dan persentase karkas.
No |
Kegiatan
|
Bulan |
|||||||||
|
|
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
1 |
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Pelaksanaan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengambilan
Contoh di Lampung |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Isolasi
dan Seleksi Awal Bakteri Penghasil Protease |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengamatan Ciri-ciri Morfologi Koloni
dan sel |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Seleksi
Bakteri Penghasil Enzim Protease |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Pembuatan
laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Analisis
data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penulisan
laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Annison, G. 1992. Commercial Enzyme Supplementation of Wheat-based diets Raises Ileal Glycanase Activities and Improves Apparent Metabolisable Energy, Starch and Pentosan Digestible in Broiler Chickens. Anim. Feed Sci. Technol. 38:105-212
Couch, J.R.
1978. Poultry Reseachers Outline Benefits of Bacteria, Fungistatic Compouns,
Other Feed Additivies. Feedstuffs
50,6
Desiliyarni,
T. 1999. Analisis Keragaman Genetik Bakteri Termofilik dari Kawah Candradimuka,
Pegunungan Dieng dengan Teknik PCR-RFLP gen 16s-rRNA. Tesis Program
Pascasarjana. IPB. Bogor.
Fuller, R. 1992. Probiotics the Scientific Basis. Chapman and Hall. London.
Graham, H., W. Loewgren, D. Petterson, and P. Aman.
1988. Effect of Enzyme Supplementation on Digestion of Barley Pollard-Based Pig
Diet. Nutr. Rep. Int. 38: 1073-1139
Hadioetomo,
RS. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Penerbit PT Gramedia Jakarta.
Nuryani, A.1998. Pengaruh Penggunaan Berbagai Tingkat Bio H+
dalam Ransum terhadap Bobot dan Presentase Karkas, giblet, serta Lemak
Abdominal Broiler. Fak. Pertanian Unila. Bandar Lampung.
Sterling, K.G., JM. Harter-Dennis,
MJ. Estienne,
and K.V. McElwain. 1998. Effect of Enzyme Addition in Pelleted vs. Mash Barley
Based Diets for Broilers. Abstract American Society of Animal Science Northeast
Section. 76: 81
Suharsono,
1991. Probiotik Alternatif Pengganti Antibiotik dalam Bidang Peternakan. Fak. Peternakan UNPAD. Bandung.
Suwanto,
A.1993. Teknik Percobaan dalam Genetika Molekuler. Jur. Biologi. FMIPA IPB.
Bogor
Wahju, 1992.
Ilmu
Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wenk, C., R. Koelliker, and R. Messikommer. 1993. Whole Maize Plants in Diets for
Growing Pig: Effects of Three Different Enzymes on the Feet Utilization. Pages
165-169 in : Prosiding of The First
Symposium of Enzymes in Animal Nutrition. Kartause Ittingen, Switzerland.