Re-edited
Copyright © 2000 Sudirman
Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana - S3
Institut
Pertanian Bogor
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
ANALISIS PROSES PENANGKAPAN DAN
TINGKAH LAKU IKAN PADA BAGAN RAMBO
DENGAN MENGGUNAKAN LAMPU LISTRIK DI PERAIRAN BARRU SELAT MAKASSAR
(PROPOSAL
PENELITIAN)
Oleh:
SUDIRMAN
(P26600004)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
1.1 Latar Belakang
Salah satu bentuk
bentuk teknologi penangkapan ikan yang dianggap sukses dan berkembang dengan pesat pada
industri penangkapan ikan sampai saat
ini adalah penggunaan alat bantu cahaya untuk
menarik perhatian ikan dalam proses
penangkapan (Nikonorov, 1975; Arimoto, 1999). Namum tidak diketahui dengan pasti kapan manusia memulai penangkapan ikan
dengan menggunakan alat bantu cahaya (Ben-Yami 1987). Dalam teknologi
penangkapan ikan, semua jenis alat tangkap yang menggunakan alat bantu cahaya
disebut dengan light fishing.
Di Indonesia Intensitas cahaya yang digunakan oleh para
nelayan berbeda-beda bergantung pada jenis alat tangkap, species target,
fishing ground dan kemanpuan finansial dari masing-masing nelayan. Pada jenis
alat tangkap bagan tancap dan terapung menggunakan 2-4 buah lampu strongkin,
pada purse seine menggunakan 8-10 lampu dan pada bagan rambo dapat mencapai
20.000 watt. Di Jepang dalam penangkapan
ikan bervariasi dari 2000 watt-625.000 watt (Arimoto et.al 1999).
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang
dioperasikan dengan menerapkan teknologi penangkapan ikan dengan bantuan cahaya lampu. Berdasarkan cara pengoperasian alat tangkap
bagan dapat dikelampokkan kedalam jaring angkat (Von Brandt,1985). Sejalan
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai
oleh masyarakat maka konstruksi bagan semakin berkembang. Salah satu jenis bagan yang berkembang pesat
sampai saat ini adalah penggunaan bagan perahu di Sulawesi Selatan khusunya di
Kabupaten Barru. Konstruksi bagan ini dirancang secara khusus dengan
menggunakan bahan-bahan pilihan yang lebih kuat. Komponen dan peralatan bagan yang sering
mendapat perhatian khusus adalah perahu, jaring, rangka bagan, jumlah lampu dan
kapasitas daya dari generator listrik. Hal
yang cukup menarik perhatian pada konstruksi bagan perahu adalah ukurannya yang
lebih besar dan menggunakan lampu listrik yang banyak dengan kapasitas daya
yang besar. Bagan perahu yang demikian
oleh masyarakat setempat disebut dengan bagan
rambo (Nadir, 2000). Prinsip penangkapan ikan pada alat tangkap tersebut
pada dasarnya memanfaatkan tingkah laku ikan.
Penelitian mengenai hubungan antara
cahaya dan ikan telah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain; Ali (1962)
meneliti tentang respon retina mata ikan salmon. Tingkah laku ikan jack
mackerel terhadap warna cahaya (Ayodhyoa, 1967), respon ikan terhadap beberapa
sumber cahaya (Niconorov,1975), tingkah laku ikan terhadap cahaya dan warna
jaring (Sedana, 1976), retinomotor respon ikan jack mackrel terhadap intensitas
cahaya rendah dan tinggi (Arimoto, et. al., 1988), retinomotor respon jack
mackerel pada strobe light (Xiu, Arimoto
dan Inoue, 1989), penggunaan lampu dalam air dengan berbagai warna (Najamuddin
dkk, 1994), efek temperatur air dan intensitas cahaya terhadap aggressive
behaviour juvenile ikan ekor kuning (Sakakura dan Tsukamoto, 1997), proses
adaptasi cahaya ikan jack mackerel (Trachurus
japonicus) terhadap perbedaan intensitas cahaya dan temperatur air
(Sudirman et al, 2000), proses penangkapan dan tingkah laku ikan pada bagan
skala kecil seperti bagan rakit di Pelabuhan Ratu oleh Baskoro (2000) dan telah
memberikan banyak informasi untuk berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan
selanjutnya. Sedangkan informasi
hasil-hasil penelitian mengenai proses penangkapan dan tingkah laku ikan pada
bagan rambo belum banyak diketahui. Penelitian terakhir mengenai bagan rambo
telah dilaporkan oleh Nadir (2000), tentang deskripsi, sebaran cahaya dan hasil
tangkapan.
1.2 Perumusan Masalah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
ikan tertarik oleh cahaya, diantaranya adalah adaptasi mata ikan terhadap
intensitas cahaya, banyaknya makanan yang tersedia disekitar sumber
cahaya. Terjadinya adaptasi mata ikan atau
respon terhadap adanya cahaya dapat ditandai dengan naiknya kon (cone) yang
terdapat pada retina mata ikan.
Sedangkan ikan yang datang dengan makan dapat dilihat isi perutnya atau
stomac index. Namun demikian bila
dihubungkan dengan pengangkatan jaring pada bagan penyinaran cahaya yang terlalu
singkat lalu dilakukan pengangkatan jaring dapat menyebabkan kurang
efektifitasnya keberhasilan penangkapan karena ikan belum tentram di atas
jaring, atau terlalu lama penyinaran lampu
menyebabkan ikan-ikan akan jenuh dibawah cahaya karena adanya maksimum
respon ikan terhadap rangsangan intensitas cahaya yang diberikan, dimana
berlaku Hukum Weber, Hukum Steven dan Fachner-Weber (Arimoto,1999).
Dalam hubungannya dengan distribusi
dan tingkah ikan di bawah bagan rambo, sampai saat ini tidak diketahui dengan
pasti. Keberadaan ikan di bawah lampu
hanya diduga dari adanya gelembung-gelembung yang dikeluarkan oleh ikan maka
posisi ikan terhadap catchable area tidak diketahui, baik species target maupun
non target.
Dalam hubungannya dengan Teknologi
Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan (Environmental Friendly Fishing Teknology),
alat tangkap bagan banyak dinilai menangkap larva ikan karena tidak selektif.
Dugaan tersebut perlu dibuktikan dengan mengamati larva iakn yang tertangkap
baik prosentasenya bahkan kalau perlu jenisnya dan hubungan antara jenis larva
dan jenis ikan yang tertangkap..
Hubungan antara output cahaya yang
dihasilkan dengan jumlah hasil tangkapan, masih merupakan kajian yang perlu
didalami, termasuk Similarity Index setiap hauling time dan waktu penarikan
jaring yang paling banyak hasil tangkapannya.
Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut maka timbul beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1.
Bagaimana posisi kon pada retina mata ikan (dominant catchs) pada stiap hauling
time.
2.
Bagaimana posisi kon pada perbedaan kedalaman.
3.
Bagaiamana tingkah laku ikan (fish behaviour) ikan target dan non target
dibawah
alat tangkap bagan rambo.
4.
Bagaiamana jenis, jumlah dan komposisi larva ikan yang tertangkap dan adakah
hubungannya dengan jumlah dan jenis hasil
tangkapan.
5.
Bagaimana hubungan antara output cahaya yang dihasilkan dengan jumlah hasil
tangkapan.
6. Bagaimana Similarity Index dan
jumlah hasil tangkapan setiap hauling
time.
7.
Bagaimana sebaran cahaya diatas dan dibawah bagan rambo
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Melakukan analisis proses adaptasi ikan terhadap cahaya pada beberapa species
tangkapan yang dominant pada bagan rambo.
2.
Melakukan analisis terhadap pergerakan kon pada retina ikan, pada berbagai
kedalaman pada bagan rambo.
3.
Melakukan analisis terhadap pola hasil tangkapan, similarity index berdasarkan
hauling time.
4.
Melakuakan observasi bawah air terhadap tingkah laku gerombolan ikan di sekitar
sumber cahaya pada bagan rambo
5.
Melakukan analisis terhadap komposisi jenis dan larva yang tertangkap pada
bagan
rambo.
6.
Melakukan analisis terhadap out put cahaya yang digunakan dengan jumlah hasil
tangkapan
7.
Melakukan observasi sebaran cahaya di atas dan di bawah bagan
1.4 Manfaat hasil penelitian
1.
Memberikan informasi yang tepat berapa lama sebaiknya jaring dalam air baru
dilakukan pengangkatan.
2.
Mengetahui tingkah laku di bawah bagan rambo, sehinga dapat memperbaiki proses
penangkapan dan meningkatkan efisiensi
penangkapan
3.
Mengetahui intensitas cahaya optimum yang memberikan hasil tangkapan terbaik
pada bagan rambo.
4.
Sebagai salah satu bahan masukan dalam pengembangan bagan rambo dimasa
mendatang.
1.5 Hipotesis
1.
Tidak semua ikan yang tertangkap pada bagan sudah full adapted.
2.
Tidak semua gerombolan ikan yang tertarik oleh cahaya dapat ditangkap d pada
saat
pengangkatan jaring
3.
Tidak banyak larva yang tertarik oleh cahaya pada bagan rambo
4. Tidak
ada perbedaan hasil tangkapan terhadap output cahaya yang digunakan pada
berbagai fishing ground.
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat tangkap
bagan
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di tanah
air untuk menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenal oleh nelayan
Bugis-Makassar sekitar tahun 1950-an.
Selanjutnya dalam waktu relatif singkat sudah dikenal di seluruh
indonesia. Bagan dalam perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik bentuk
maupun ukuran yang dimodifikasi sedekian rupa sehingga sehingga sesuai dengan
daerah penangkapannya. Berdasarkan cara
pengoperasiannya bagan dikelompokkan ke dalam
jaring angkat (lift net), namun karena menggunakan cahaya lampu untuk
mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing (Subani dan Barus, 1989).
Ada dua jenis tipe bagan
yang ada di Indonesia. Yang pertama adalah bagan tancap yaitu bagan yang
ditancapkan secara tetap di perairan dengan kedalaman 5-10 m, dan yang kedua adalah bagan apung yaitu bagan
yang dapat berpindah dari satu fishing ground ke fishing ground lainnya
(Baskoro, 1999). Bagan terapung dapat lagi diklasifikasikan menjadi
bagan dengan satu perahu, bagan dua perahu, bagan rakit, dan bagan dengan
menggunakan mesin.
Dalam tahun 1995 jumlah bagan tancap di Indonesia
sebanyak 11.644 buah dan bagan apung
sebanyak 9.761 buah dengan total
produksi sebesar 8% dari total produksi perikanan Indonesia (Direktorat
Jenderal Perikanan 1997 dalam Baskoro, 1999).
Bagan termasuk light fishing yang menggunakan lampu
sebagai alat bantu untuk merangsang atau menarik ikan untuk berkumpul di bawah
cahaya lampu, kemudian dilakukan penangkapan dengan jaring yang telah tersedia
(Ayodhyoa,1981). Selanjutnya dikatakan
bahwa ikan tersebut memberikan respon melalui rangsangan cahaya dan
dimanfaatkan dalam penangkapan atau pemanfaatan salah satu tingkah laku ikan
untuk menangkap ikan itu. Ada beberapa
jenis ikan dengan adanya cahaya akan tertarik dan berkumpul dan ada juga
menjauhi cahaya dan menyebar. Perkembangan terakhir mengenai teknologi
penangkapan ikan pada bagan adalah
penangkapan ikan dengan menggunakan jenis alat tangkap bagan rambo.
Bagan rambo memiliki ukuran yang lebih besar dan dan
konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang digunakan lebih banyak
di atas 30 unit lampu. Perahu bagan
dapat dikatakan sebagai bangunan utama dari bagan rambo karena selain untuk
mengapungkan bangunan bagan juga diatasnya terkonsentrasi seluruh peralatan dan kegiatan pada saat
operasi penangkapan. Bentuk dan
konstruksi perahu dirancang khusus
berbentuk pipih memanjang dengan dimensi utama LBD yaitu 30,0 m x 2,0 m x 3,5
m. Selain perahu komponen lain dari bagan rambo adalah rangka bagan. Adanya bangunan kayu yang berbentuk rangka merupakan
ciri khas dari unit alat tangkap bagan.
Ukuran panjang dan lebar bagan 32,0 m x 30,0 m yang dirangkai pada sisi kiri dan kanan perahu. Semua bahan dari rangka dan perahu terbuat
dari kayu pilihan. Selain itu dilengkapi
dengan jaring, roller, generator dan lampu merkuri (Nadir, 2000).
Yang menonjol dari penggunaan bagan rombo ini adalah
penggunaan lcahaya listrik dengan jumlah
bola lampu yang dipergunakan, biasanya
berjumlah 30 - 60 buah. Berdasarkan
fungsinya dapat dibedakan atas dua jenis yaitu lampu penarik dan lampu
pengkonsentrasian (Fokus).
2.2 Respon ikan
terhadap stimuli cahaya
Nicol (1963) telah melakukan review mengenai penglihatan
dan penerimaan cahaya oleh ikan dan
menyimpulkan bahwa mayoritas mata ikan laut sangat tinggi sensitivitasnya
terhadap cahaya. walaupun batas absolut sensitivitas ikan terhadap cahaya belum
diketahui namum sensitivitas mata ikan
terhadap cahaya sangat tinggi. Ikan
mempunyai respon terhadap rangsangan yang disebabkan oleh cahaya yang
besarnya 0,01 - 0,001 lux, sangat
bergantung pada kemanpuan jenis ikan beradaptasi (Laevastu dan Hayes, 1981;
Gunarso, 1985; dan JICA, 1997). Rod
dapat melihat pada kegelapan 0,00001 lux, namum
umumnya ikan dapat tertarik oleh cahaya pada intensitas 0,001 - 10 lux (Mitsugi,
1974)). Peristiwa tertariknya ikan oleh
cahaya disebut dengan sifat fototaxis.
Adanya sifat fototaxis dari beberapa
jenis ikan ekonomis penting maka
dapat dipikat oleh cahaya buatan pada malam hari. Dalam hubungannya dengan intensitas cahaya dan
pengelompokan pada ikan Shaw 1961 dalam
Radakov 1973 menemukan bahwa pada ikan muda jenis Menidia (Family Atherinidae)
akan menyebar pada intensitas cahaya 0,05 lux.
Kertika intensitas cahaya dikurangi 1 - 2 lux secara tiba -tiba maka
ikan akan terpencar 2 - 5 menit selanjutnya akan menyatu kembali.
Namum demikian tertariknya ikan oleh cahaya tidak
semata-mata disebabkan oleh cahaya tetapi juga karena motif lain. Zusser 1958 dalam Gunarso 1985) menyatakan
bahwa bagi ikan ternyata cahaya juga merupakan indikasi adanya makanan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ikan dalam
keadaan lapar akan lebih mudah terpikat oleh cahaya dari pada ikan dalam
keadaan tidak lapar. Demikian pula
bahwa, ternyata terdapat keseimbangan batas intensitas tertentu untuk sesuatu
jenis ikan terhadap intensitas cahaya yang ada.
Batas obsolut sensitivitas ikan terhadap cahaya belum diketahui, namun
sensitivitas mata ikan terhadap cahaya
sangat tinggi (Gunarso, 1985).
Nikonorov (1975), Ben-Yami (1987), Subani dan Barus (1989),
menhatakan bahwa keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan alat bantu
cahaya selain ditentukan oleh jumlah
lampu dan besarnya intensitas cahaya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
3. METODE
PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu.
Penelitian ini akan dilaksanakan di perairan Barru -
Selat Makassar dengan posisi 4 22 00- 4 2500 LS dan 119 24 00 - 119
27 00 BT, berlangsung selama 5 bulan
Dari Bulan Feberuari - Juni 2002. Selanjutnya analisis laboratorium dilakukan
di Laboratorium Teknologi Penangkapan Ikan Institut Pertanian Bogor.
3.2 Materi Penelitian
Penelitian ini
menggunakan peralatan seperti pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Peralatan
yang akan digunakan dalam penelitian ini
No |
Peralatan dan
Spesifikasi |
Kegunaan |
1 |
Satu Unit Bagan
Rambo (33x 31 m) Total 61 lampu~16.250 |
untuk menangkap
ikan |
2 |
Satu Unit Echosounder |
Untuk mengamati ikan
di dalam air |
3 |
Satu Unit Marine Lux meter |
Untuk mengukur
iluminasi cahaya |
4 |
Microtom |
Mengiris organ dalam ketebalan
micron |
5 |
Mikroskop kamera |
Mengamati preparat/memfoto |
6 |
Timbangan biasa |
Menimbang ikan |
7 |
Ichtyometer |
Mengukur panjang
ikan |
8 |
Dryer |
Mengeringkan sampel |
9 |
Botol sampel |
Menyimpan preparat |
10 |
Kurungan ikan |
Simulasi untuk
mengetahui adaptasi ikan terhadap cahaya |
11 |
Kamera |
Dokumentasi |
12 |
Gelas ukur |
Membuat larutan
Bouin |
13 |
Oven |
Mencairkan parafin |
3.3 Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini
No |
Nama Bahan |
Kegunaan |
1 |
Spesies ikan
target (5 spesies) |
Pengamatan adaptasi
cahaya |
2 |
Aquades |
pelarut |
3 |
Alkohol (75%, 80%, 85%, 95%,
100%) |
Dehidrasi |
4 |
Obyek glass |
Melekatkan preparat |
5 |
Zat Pewarna
Mayer Haematoxilin |
Pewarna |
6 |
Zat Pewarna
Eosin Philoksin |
Pewarna |
7 |
Micro Cover glass |
Penutup preparat |
8 |
|
Perekat Histologis |
9 |
Xylene |
Membersihkan lemak
pada jaringan |
10 |
Parafin |
Memblok organ |
11 |
Larutan Bouins |
Fixasi |
12 |
Pink tissu dan kassate
embedding |
Membungkus preparat
dalam larutan |
|
|
|
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Proses Adaptasi ikan terhadap
cahaya (Light Adaptation Process)
Pengamatan proses adaptasi mata ikan terhadap cahaya akan dilakukan setiap
waktu hauling dilakukan dengan mengambil sampel mata ikan. Pengambilan sampel ikan dilakukan pada 4 waktu
operasi yaitu pada bulan baru, 1/4 bulan, 3/4 bulan, dan bulan purnama. Mata ikan yang telah di ambil langsung dimasukkan kedalam larutan Bouins, selanjutnya dilakukan
pengamatan dengan prosedur histologi (Arimoto, 1989). Rasio adaptasi cahaya akan diukur dengan
menggunakan Cone Index dan Pigment Index (Arimoto, 1989; Baskoro, 1999).
3.3.2 Pengamatan
Posisi Kon pada Berbagai Kedalaman
Untuk melihat posisi kon pada mata ikan pada perbedaan
kedalaman, akan dilakukan simulasi
dengan memasukkan ikan dalam kurungan, dan menempatkannya dalam 4 level
kedalaman masing-masing 5 meter, 10 meter, 15 meter, dan 20 meter. Pengambilan sampel mata ikan dilakukan
setelah 1 jam didalam air.
3.3.3. Pengamatan Bawah Air
Pengamatan bawah air akan dilakukan dengan menggunakan
teknik Acoustic yaitu dengan menggunakan Scientific Echosounder.
3.3.4. Pengamatan Larva ikan
Pengamatan jenis dan jumlah larva akan dilakukan dengan
bantuan mikrosko dan buku identifikasi larva.
3.3.5. Pengamatan Hasil Tangkapan dalam hubungannya
dengan jumlah cahaya
Dalam pengamatan ini jenis alat tangkap akan
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu rendah, sedang dan tinggi. data hasil
tangkapan kemudian dilakukan uji statistik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,M.A., 1975.
Vision in Fishes. New Approaches
in Research . Plenum Press,
Ayodyoa, A.U., 1967. An Analysis of
Arimoto,T., 1997. Fish Behaviour Approach for Improving Trawl Gear Selectivity
Proceeding of the Regional Workshop on Responsible Fishing, South Asian
Fisheries Development Center, Samut Prakarn, p.251-265.
Arimoto,T., N.Watanabe and N. Okamoto, 1989. Retinomotor Respon of Jack
Mackerel, Trachurus japonicus
to Light Condition. Journal of the Tokyo
University of Fisheries 75(2):333-341.
Baskoro, M.S., 1999. Capture
Process of The Floated Bamboo-Platform Liftnet With Light Attraction (Bagan).
Ben-Yami, M. 1976. Fishing With Light. Published by Arrangement
With The Agriculture Organisation
of The United Nation by Fishing News Books Ltd. Farnham,
Bowmaker,J.K., 1990.
Visual Pigment of Fishes. In The Visual System of Fish. Edited by Ron H.Douglas and Mustafa B.A. Djamgos.
Publised by Chapman and Hall Ltd,
Gunarso, W., 1985. Tingkah laku Ikan Dalam
Hubungannya Dengan Metoda Dan Taktik Penangkapan. Diktak Kuliah (tidak
dipublikasikan) Jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor 281.Hal.
JICA, 1997. The Fishing
Technology Manual. A basic Out Line of Fishing Gears and Methods.
Laevastu,T., and M.l.
Hayes., 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News Books Ltd.London. p 238.
Matayfel, B.P., and D.V.Radakav, 1965. Pola Tingkah Laku Ikan
Sebagai Dasar Aplikasi dan Perencanaan Alat Penangkap. Alih bahasa oleh Wisnu
Gunarso. Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. 46 hal.
Mitsugi, S. 1974. Fish Lamps. In
Fishing Gear and Methods. Text book for Marine Fisheries Research Course. Japan
International Cooperation Agency, Goverment of
Nikonorov, I.V., 1975.
Interaction of Fishing Gear With Fish Aggregations. Keter
Publishing House Jerusalem Ltd.
Nadir, M., 2000. Teknologi Light Fishing di Perairan Barru Selat Makassar:
Deskripsi, Sebaran Cahaya dan Hasil Tangkapan (Tidak dipublikasikan). Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. 87 hal.
Najamuddin, M.N.Nessa., M.Palo, M.Yusran,
Metusalach dan A.Assir., 1994. Studi Penggunaan Lampu Neon Dalam Air Dengan
Warna Yang berbeda Pada Perikanan Purse seine di Laut Flores.. Buletin Ilmu
Peternakan dan Perikanan Volume II (7). Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Radakov,
D.V. Schooling in The Ecology of Fish. Translated from Russian by H.Mills. A Halsted Press Book.
John Wiley and Sons. New York - Toronto.
Subani,W., dan H.R. Barus, 1989. Alat Penagkapan Ikan dan Udang Laut. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut No. 50 tahun 1988 (Edisi Khusus). Jakarta. 248 hal.
Subani,
W., 1983. Penggunaan lampu sebagai alat
bantu penangkapan ikan. Laporan penelitian perikanan laut (Marine fisheries report).No 27. Balai
penelitian perikanan laut (Research institut for
marine fisheries ). Badan Penelitian
dan Pengembangan
PertanianDeptan Jakarta. hal 45-68.
Sedana, I.P.1976. Studies on the Behaviour of Fish Towards Colored Light and Colored Net.
Master Tesis. Laboratory of Fishing Metodology.
Sudirman., M.S.Baskoro, Zulkarnain, S.Akiyama and T.Arimoto., 2000. Light Adaptation Process of Jack Mackerel
(Trachurus japonicus) by
different Light Intensites and Water Temperatures.
Proceeding International Symposium Sustainable Fisheries in The New Millennium
(in press). Institut Pertanian
Woodhead, P.M.J. 1966. The Behaviour of Fish in Relation to the Light in The Sea. Eceanogr. Mar. Biol.Ann. Rev.4: 337- 403. Horald Barnes Edition.
Xiu, M.C., T.Arimoto,and
M.Inoue. 1989. Retinomotor Respon of Jack Makerel Trachurus japonicus to
strobe light. Journal of The Tokyo
University of Fisheries.76:(1-2): 65-72.