Re-edited
Copyright © 2000 RINY
KUSUMAWATI
Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana - S3
Institut Pertanian
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C
Tarumingkeng
ANALISIS PENGARUH NILAITUKAR
RUPIAH/DOLLAR
TERHADAP USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
DAN PERDAGANGAN DAGING SAPI DI
Oleh:
RINY KUSUMAWATI
NRP : P 016000016
I. Pendahuluan
Dalam Pembangunan Jangka
Panjang Tahap II (PJPT II) salah satu tujuan
utama adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Propinsi : |
1995 : |
1996 : |
1997 : |
1998 : |
1999 : (Estimasi ) |
Jatim |
214.983 |
243.610 |
265.064 |
297.229 |
306.216 |
Jabar |
197.065 |
202.490 |
215.579 |
243.006 |
232.775 |
Jateng |
145.094 |
150.867 |
156.856 |
214.838 |
247.063 |
|
130.900 |
148.950 |
160.518 |
139.500 |
121.050 |
|
74.178 |
77.713 |
84.593 |
92.349 |
95.679 |
Sumber : Statistika Peternakan BPS, 1998
Konsumsi daging sapi yang rendah disebabkan oleh harga yang relatif lebih mahal
dibandingkan dengan produk yang sejenis sehingga tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat
Jumlah produksi lokal yang semakin terbatas disebabkan motivasi peternak untuk berusaha di bidang
penggemukan sapi potong masih rendah,
tidak intensif, skala kecil dan
berpencar-pencar. Pada
tabel berikut dipaparkan data mengenai jumlah rumah tangga
peternak sapi potong per propinsi di
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Peternak sapi
Potong per Propinsi
Tahun 1963, 1973, 1983 dan 1993
Propinsi : |
1963 : |
1973 : |
1993 : (Sementara) |
Jatim |
1.311.646 |
1.301.426 |
1.180.000 |
Jabar |
59.097 |
57.622 |
53.000 |
Jateng |
578.127 |
412.597 |
473.000 |
|
560 |
821 |
0 |
|
-- |
2.346 |
32.000 |
|
2.759.631 |
2.980.220 |
2.976.000 |
Sumber : Sensus Pertanian BPS Tahun 1963, 1973, 1983 dan 1993
Pada saat krisis ekonomi
saat dimana kurs dollar Amerika terhadap Rupiah naik 3 x lipat dibandingkan sebelumnya (Juni 1997), menyebabkan harga daging sapi
menjadi mahal dan semakin tidak
terjangkau oleh daya beli penduduk
Jawa Barat sebagai
penyangga
Tabel 3. Pemotongan Sapi per Propinsi Tahun
1993-1997
Propinsi : |
1993 : |
1994 : |
1995 : |
1996 : |
1997 : (Sementara ) |
Jatim |
415.383 |
420.256 |
435.679 |
450.466 |
456.322 |
Jabar |
334.020 |
187.825 |
215.474 |
267.104 |
310.434 |
Jateng |
164.374 |
162.488 |
163.886 |
168.391 |
173.026 |
|
262.961 |
262.961 |
256.917 |
239.956 |
243.000 |
|
49.636 |
44.870 |
41.435 |
40.873 |
40.873 |
|
1.685.896 |
1.551.375 |
1.590.382 |
1.766.919 |
1.841.1845 |
Sumber : Statistika Peternakan BPS, 1998
Menurut
Saragih (1998), kondisi peternakan sapi potong di
v
Skala
usaha kecil (kurang dari 1 ha)
v
Letaknya
tersebar (terpisah satu dengan yang lain)
v
Tidak
intensif dimana curahan waktu kerja peternak tidak banyak (kurang dari 8 jam
per hari)
v
Bersifat
sambilan (sebagai usaha sampingan petani)
Sedangkan kelompok kedua adalah feedloter yaitu perusahaan yang
khusus bergerak dibidang penggemukan sapi potong yang jumlahnya 5% di
Indonesia.
Kondisi demikian menyebabkan sulitnya pengembangan
industri dalam hal geografis wilayah, motivasi peternak dan kebiasaan yang
terjadi turun menurun. Pemerintah sebaiknya cepat tanggap melihat fenomena ini
karena apabila dibiarkan maka produksi lokal akan semakin terbatas dan sulit
diperoleh, di sisi lain konsumsi masyarakat semakin meningkat. Pada masa lalu
pemerintah mengandalkan pada impor sapi potong maupun daging sapi guna mencukupi
kebutuhan dalam negeri, namun hal ini berakibat buruk kerana sangat menyerap
devisa negara dan dengan adanya kurs dollar yang meningkat nilai rupiah
mengakibatkan banyak perusahaan penggemukan sapi potong bangkrut akibat tidak
sanggup lagi mengimpor.
Kenyataan ini mendorong indusri peternakan rakyat
untuk bangkit menjadi andalan konsumsi daging dalam negeri, namun karena tidak
dipersiapkan dengan baik maka produksi sapi lokal akan cepat habis dan
menimbulkan kelangkaan. Akibat terjadi kekurangan supply sapi potong
mengakibatkan harga melonjak naik sehingga tidak terjangkau oleh daya beli
masyarakat ditambah lagi dengan krisis moneter yang melanda Indonesia.
Dari latar belakang dan indentifikasi masalah yang telah dijabarkan sebelumnya dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini, antara lain adalah :
1. Bagaimana hasil yang diperoleh dari berbagai pola usaha
penggemukan sapi potong impor di
2. Bagaimana hasil yang diperoleh dari berbagai pola usaha
perdagangan sapi potong baik di
tingkat perdagangan perantara, pemotong maupun pedagang pengecer yang terjadi di
Tujuan penelitian antara lain adalah :
1. Membuat simulasi pola usaha penggemukan sapi potong impor yang mencakup hubungan antara harga beli sapi impor, lama penggemukan, nilai tukar Rupiah/USD dan persentase marjin kotor usaha yang dihasilkan
2. Membuat simulasi pola usaha perdagangan
sapi potong baik di tingkat
pedagang perantara, pemotong maupun pengecer dan tren
marjin kotor usaha yang dihasilkan di
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat antara lain :
1. Bagi pengusaha : mengetahui hubungan antar nilai tukar yang terjadi dengan harga pokok produk dan laba kotor dari sapi hidup, karkas maupun daging dan analisis kelayakan usaha di bidang sapi potong
2.
Bagi
perguruan tinggi : sebagai bahan pustaka dan bahan studi
3.
Bagi
pemerintah : dapat mengetahui tingkat harga yang wajar dibandingkan dengan suku
bunga yang berlaku dan komponen biaya dari produk sapi antara konsumen
(masyarakat) dengan produsen maupun pedagang
4.
Bagi
peneliti : menambah wawasan dan mencari alternatif pemecahan masalah
Ruang lingkup
penelitian memfokuskan pada simulasi hubungan
tingkat kurs dengan kelayakan pada usaha penggemukan
sapi potong impor dan perdagangan
sapi/daging sapi di pasar tradisional
Daftar Pustaka
Biro Pusat Statistik. 1999. Statistik Peternakan. Direktorat Jendral
Peternakan. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Dewanto, H. 1993.
Analisis Penentuan Harga Pokok dan Implikasinya terhadap Strategi
Penetapan Harga Ikan Tuna untuk Ekspor.
Tesis Magister Manajemen Agribisnis IPB.
Bogor.
Dewi, M. 1994. Pola Konsumsi Daging Sapi
dan Kerbau pada Konsumen Rumah Tangga di Kotamadya Pekanbaru. Skripsi Fakultas Peternakan IPB.