Re-edited
Copyright © 2000 Netti Herawati
Makalah Falsafah
Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana - S3
Institut Pertanian
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C
Tarumingkeng
PERANAN DHA TERHADAP TUMBUH KEMBANG OTAK
(The
role of DHA in the development of the brain)
(Pra proposal)
Oleh:
Netti Herawati
(GMK 99 5182)
PENDAHULUAN
Kecerdasan
anak sangat ditentukan bagaimana perkembangan dan pertumbuhan otak saat dalam
kandungan dan setelah kelahiran. Gizi
yang cukup dan memenuhi kebutuhan merupakan determinan utama dalam pertumbuhan
dan perkembangan otak anak dari sejak dalam kandungan sampai fase tersebut
selesai. Kekurangan gizi pada masa
tumbuh-kembang ini dapat bersifat irreversibel; artinya tidak dapat
diperbaiki lagi setelah masa kritis tersebut berlalu.
Crawford et al
(1976) menyatakan bahwa pertumbuhan otak bersifat sangat unik dan berbeda
dengan jaringan tubuh lainnya karena otak menjadi lengkap dalam waktu yang
relatif singkat yaitu pada awal kehidupan; Otak menjadi lengkap sebelum
pertumbuhan badan berhenti.
Lipida atau lemak
merupakan komponen utama struktur otak yang jumlahnya dapat mencapai 60%. Omega-3 khususnya DHA merupakan asam lemak
rantai panjang yang sangat dibutuhkan sejak janin dalam kandungan sampai
setelah lahir. Diketahui bahwa kandungan
DHA dapat mencapai sepertiga dari total lipida otak. Defisiensi DHA pada ibu
yang sedang hamil dapat mempengaruhi fungsi penglihatan, pertumbuhan dan
perkembangan otak janin. Melihat
pentingnya omega-3 ini beberapa negara telah membuat rekomendasi kebutuhan
omega-3 bagi ibu hamil dan bayi.
Dibalik kepentingan DHA
bagi tumbuh-kembang otak masih ada kontrversi dan polemik seputar suplementasi
ini apalagi jika dilihat andanya fakta bahwa sebenarnya DHA dapat dibentuk dari
asam lemak lainnya. Sehingga dirasa
perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut seputar DHA.
Dalam suatu penelitian
maka ada tiga landasan utama yang digunakan yaitu ontologi (apa yang dikaji),
epistemologi (bagaimana cara memperolehnya) dan aksiologi(untuk apa hasil
penelitian tersebut digunakan). Praposal ini mencoba mengkaji ide penelitian
melalui tiga landasan tersebut.
Diharapkan kajian ini akan banyak membantu penulis dalam membangun
rencana penelitian yang baik.
TINJAUAN ONTOLOGI DHA
Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu ta onta
berarti”yang berada” dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran sehingga
ontologi diartikan sebagai ilmu keberadaan (Sudarsono, 1993). Ontologi merupakan landasan yang
mengungkapkan apa yang dikaji, bagaimana wujudnya dan bagaimana hubungan antar
objek tersebut dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan. Beranjak dari definisi tersebut maka berikut
ini akan dibahas deskripsi tentang DHA dan berbagai hasil penelitian yang telah
dilakukan.
Deskripsi tentang DHA.
Docosahexaenoic
acid atau DHA (C22:6w3) adalah asamlemak tidak jenuh rantai panjang kelompok
Omega-3. DHA bukanlah asam lemak
essensial karena DHA dapat dibentuk dari asam lemak lainnya. Tubuh dapat memperoleh DHA meskipun tidak
mengkonsumsi DHA karena kemampuan tubuh melakukan elongisasi dan desaturasi
asam lemak prekursor DHA (Tabel 1).
Pada awalnya kepentingan lemak hanya dihubungkan
dengan tiga asam lemak essensial yaitu Linoleic acid (LA, 18:2n-6), Arachidonic
acid (AA, 20:4n-6) dan Alpha Linolonic acid (ALA, 18:3n-3). Tapi pada dekade
akhir-akhir ini peneliti mulai melihat bahwa meskipun DHA tidak essensial namun
pada waktu-waktu kritis dalam siklus hidup manusia DHA ini penting
dipertimbangkan keberadaanya.
Titik-titik kritis tersebut adalah pada saat kehamilan, menyusui dan
masa-masa awal pertumbuhan dan perkembangan manusia; yang kesemua titik kritis
tersebut sebenarnya berhubungan dengan periode
berlansungnya tumbuh-kembang otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
LNA bukan sumber DHA yang efektif untuk perkembangan phospholipid jaringan dan
otak (Clandinin et al 1992). Namun
hasil penelitian menunjukkan bahwa ALA bukan sumber DHA yang efektif untuk
perkembangan phospholipid jaringan dan otak (Clandinin et al 1992).
Pada awalnya
kepentingan lemak hanya dihubungkan dengan tiga asam lemak essensial yaitu
Linoleic acid (LA, 18:2n-6), Arachidonic acid (AA, 20:4n-6) dan Alpha Linolonic
acid (ALA, 18:3n-3). Tapi pada dekade akhir-akhir ini peneliti mulai melihat
bahwa meskipun DHA tidak essensial namun pada waktu-waktu kritis dalam siklus
hidup manusia DHA ini penting dipertimbangkan keberadaanya. Titik-titik kritis tersebut adalah pada saat
kehamilan, menyusui dan masa-masa awal pertumbuhan dan perkembangan manusia;
yang kesemua titik kritis tersebut sebenarnya berhubungan dengan periode berlansungnya tumbuh-kembang otak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa LNA bukan sumber DHA yang efektif untuk perkembangan
phospholipid jaringan dan otak (Clandinin et
al 1992). Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa ALA bukan sumber DHA
yang efektif untuk perkembangan phospholipid jaringan dan otak (Clandinin et al 1992).
Tabel 1. Kelompok Omega-3 dan Omega-6 pada Asam Lemak Essensial
Linoleat
Series |
Linolenat
Series |
C18:2w6 ( Linoleic Acid) C18:3w6 (Gamma-linoleic Acid) C20:3w6 (Dihomo-gamma-linoleic acid) C20:4w6
(Arachidonic Acid) C22:4w6
(Adrenic acid) C22:5w6 (Docosapentaenoic acid/DPA) |
C18:3w3
(Alpha-linolenic acid)
C18:4w3 C20:4w3 C20:5w3 (Eicosapentaenoic acid/EPA) C22:5w3 (Docosapentaenoic acid/DPA) C22:6w3 (Docosahexaenoic acid/DHA) |
Keterangan: Tanda panah
menunjukan proses perubahan asam lemak
dari satu bentuk ke bentuk lainnya melalui elongisasi dan desaturasi
Kepentingan DHA terhadap tumbuh kembang otak diawali
dengan pernyataan George dan Mildred Burr (1992) yang menyebutkan bahwa
terdapat komponen spesifik dari lemak yang diperlukan pada tubuh kembang
manusia. Lalu beberapa studi menunjukkan
bahwa DHA banyak terdapat pada otak, retina dan jaringan syaraf (Fliesler SJ et al, 1983; Neuringer and Connoer,
1986).Berbagai hasil penelitian telah menunjukan peranan asam lemak dalam
pertumbuhan sel otak, susunan syaraf pusat dan retina mata. Crawford (1992) menyatakan bahwa lipida
adalah komponen utama struktur otak yang jumlahnya dapat mencapai 60 %. Komponen lipida otak adalah kolesterol dan
fosfogliserida yang kaya asam lemak rantai panjang.
Wainwright et al (1991) menyatakan bahwa
fospolipida membran dalam sistem syaraf pusat mengandung PUFA (Polyunsaturated
Fatty Acids) dalam konsentrasi tinggi terutama DHA dan AA. Selain itu DHA juga terdapat pada membran
sinaptik dan sel fotoreseptor dalam retina mata dengan konsentrasi tinggi.
Studi awal tentang peranan DHA terhadap tumbuh kembang
otak dilakukan pada hewan percobaan terlebih dahulu. Connor et al (1992) melakukan studi untuk
melihat pengaruh pemberian ransum kaya asam lemak omega 6 dan omega 3. Hasilnya
menunjukkan bahwa kera yang diberi ransum kaya omega 6 (rasio 0mega 6/omega
3 = 250) memiliki konsentrasi DHA yang relatif lebih kecil dibanding kera yang
diberi ransum kaya omega 3 (rasio omega 6/omega3=7); ditemukan pada retina dan
korteks serebral kera dengan ransum kaya omega
masing-masing adalah 50% dan 25% dibandingkan dengan kelompok kera
dengan ransum kaya omega 3. Setelah dua tahun perlakuan, konsentrasi DHA
kelompok kera yang diberi ransum kaya omega 3
pada kedua jaringan tsb meningkat dua kali namun keadan ini tidak
terjadi pada kera yang diberi ransum kaya 0mega 6
Hasil penelitian Hermawan (1998) menunjukan bahwa kelompok tikus yang diberi
sumber protein dan minyak masing-masing kasein-tuna, kasein lemuru mempunyai
kemampuan belajar, kandungan asam amino neurotransmitter, kandungan DHA dan AA
serta jumlah sel neuron otak yang lebih tinggi dibandingkan tepung beras
berprotein tinggi (TBBT)-tuna, TBBT-lemuru, TBBT-sawit dan Kasein-sawit.
KEBUTUHAN OMEGA-3 SELAMA
KEHAMILAN.
Otto Sj, et al (1997) menunjukan
bahwa semakin tinggi konsentrasi DHA posfolipid plasma ibu semakin tinggi pula
konsentrasinya di tali pusar. Ruyle et al
(1990) memperkirakan transfer DHA dari ibu ke janin dapat mencapai 4 g/hari
dengan laju aliran darah ke janin 110 m/menit/kg berat badan. Hasil penelitian ini mendukung perlunya
menyediakan DHA dalam makanan ibu hamil untuk meningkatkan suplai DHA ke janin
yang kebutuhannya meningkat dari waktu ke waktu.
Van Houwelingen AC et al (1995) meneliti pengaruh
suplementasi minyak ikan pada ibu hamil dengan memberikan 2.7 gram minyak ikan/
hari sejak hamil 30 minggu sampai lahir.
Kemudian penelitian tersebut dilanjutkan dengan meneliti pengaruh pemberian
produk pangan kaya asam linoleat (omega-6) 10 gram/hari dari umur
kehamilan 20 minggu sampai lahir (Van
Houwelingen AC et al ,1995). Hasil kedua penelitian tersebut menunjukan
bahwa suplementasi omega-6 (Linoleic Acid Study) dapat meningkatkan konsentrasi
omega-6 tapi menurunkan konsentrasi omega-3.
Sebaliknya suplementasi omega-3 dapat meningkatkan konsentrasi
omega-3 tapi menurunkan Omega-6.
Pentingnya
peranan Omega-3 (DHA) untuk tumbuh-kembang bayi setelah dilahirkan ditunjukkan
dengan kandungan DHA pada ASI (0.2-0.4% asam lemak). Penelitian Carlson, Rhodes dan Ferguson
(1986) yang dilanjutkan dengan Carlson et al (1992) membandingkan bayi ASI
dengan bayi susu formula yang diberi LNA.
Setelah 6,5 minggu perlakuan, kandungan DHA pada bayi yang diberi susu
formula nyata menurun dibanding bayi ASI (Tabel 2). Hasil penelitian ini juga menunjukan DHA-PE
dan DHA PC pada bayi ASI meningkat sedangkan pada bayi formula menurun. Temuan ini menyimpulkan bahwa LNA bukan
sumber terbaik bagi pembentukan DHA dan LNA dianggap tidak mampu memenuhi
kebutuhan DHA untuk tumbuh-kembang bayi.
Jadi meskipun LNA tersedia banyak, LNA ini tidak dapat dikonversikan
menjadi DHA (Hoffman and Uauy, 1992).
Hal ini terjadi karena karena bayi memiliki keterbatasan untuk melakukan
desaturasi dan elongisasi LNA menjadi DHA (Innis, 1992)
Kandungan DHA dipengaruhi oleh kualitas dan konsumsi
konsumsi ibu menyusui. Peningkatan
konsumsi DHA ibu hamil akan meningkatkan konsentrasi DHA ASI(Craig et al, (2000) melakukan penelitian untuk
melihat pengaruh suplementasi DHA pada ibu menyusui dengan 4 perlakuan:
pemberian alga, telur omega-3, Minyak ikan dan tanpa suplementasi. Hasil penelitian
tersebut menunjukan :
¨
Suplementasi
DHA nyata meningkatkan konsentrasi DHA
pada plasma ibu
¨
Terdapat korelasi positif yang nyata antara konsentrasi
DHA plasma ibu dengan konsentrasi DHA pada ASI.
¨
Konsentrasi
DHA pada ASI berkorelasi positif dengan konsentrasi DHA bayi
Tabel 2. Kandungan DHA pada Phosphatidylethanolamie dan Phosphatidylcholine Erythrocyte bayi
berumur 6,5 minggu yang diberi ASI dan Susu Formula a)
Kandungan
DHA |
Pre
Studi |
ASI
(mol %) |
Susu
Formula |
DHA-PE DHA-PC |
4,8 0,2 0,9 0,2 |
6,2 0,4 1,3 0,2 |
4.0 1.0b) 0.5
0.06 b) |
a)
Susu
Formula mengandung Asam Linolenat (0.6 sampai 0.9 mol%) sebagai prekursor asam
omega 3. Kandungan
LNA dan DHA ASI yaitu 0.62 dan 0.19 mol %
b)
Berbeda nyata, P<0.001)
Peranan DHA terhadap Fungsi Penglihatan.
Selain di otak akumulasi DHA didalam tubuh yaitu pada
retina, hati, testis dan jaringan Adipose. Ricardo and Denis (2000) menunjukan
bahwa suplementasi DHA pada susu formula lebih besar dari 0,35% nyata
mempengaruhi fungsi penglihatan tapi suplementasi DHA 0,23% tidak berbeda nyata
dengan 0,12%.
Suatu
penelitian (Auestad N, et al. 1997)
yang membandingkan ASI dengan susu formula dilakukan untuk melihat peranan DHA
terhadap pertumbuhan dan fungsi penglihatan dengan perlakuan sbb:
Tabel 3.
Perlakuan Suplementasi Asam Lemak pada susu formula
Perlakuan |
Linoleic
Acid |
Alpha-linolnic acid |
EPA |
DHA |
CO Susu Formula + minyak jagung SO :Susu Fomula + minyak kedele SMO: Susu Formula + minyak Ikan |
24% 21% 20% |
0,5% 2,7% 1,4% |
0,65% |
0,35% |
Hasil penelitian ini menunjukan:
¨
Bayi
yang diberi SMO mempunyai ketajaman fungsi penglihatan lebih baik dibanding CO dan SO
¨
Respons fungsi penglihatan pada bayi yang diberi SMO hampir menyamai yang diberi ASI
¨
Kosentrasi
DHA darah nyata berkorelasi positif dengan kemampuan melihat.
¨
Tidak
ada perbedaan pertumbuhan diantara perlakuan
TINJAUAN
EPISTEMOLOGI
Epistemologi
berasal dari kata episteme yang berati pengetahuan dan logos berati teori. Sehubungan dengan hal tersebut Yuyun (1995)
menyatakan bahwa epistemologi berhubungan dengan bagaimana caranya mendapat
pengetahuan tersebut.
Berdasarkan
hasil kajian terhadap hal-hal yang pernah diteliti sehubungan dengan DHA diatas
maka timbul beberapa hal yang ingin diketahui lebih lanjut yaitu:
·
Meskipun
DHA dapat dibentuk dari asam lemak lain namun kelebihan asam lemak tertentu
akan menekan keberadaan DHA sehingga perlu mengetahui berapa rasio omega
6/omega 3 yang tepat untuk tumbuh kembang otak yang optimal.
·
Terdapat
dua titik kritis utama dalam tumbuh-kembang otak yaitu sebelum lahir dan
setelah lahir sehingga perlu diketahui bagaimana tumbuh-kembang otak pada
setiap titik kritis dengan rasio omega-6/omega-3 berbeda.
·
Bagaimana
kandungan DHA khususnya dan omega3 serta omega 6 umumnya pada ibu hamil dengan
status gizi yang berbeda pada timester kehamilan yang sama, anak yang lahir
dengan berat rendah(<2.75 kg) dan
berat cukup (>2.75 kg).
Kajian ini perlu dilakukan mengingat pola konsumsi
penduduk Indonesia cendrung tinggi menggunakan minyak dalam berbagai menu
sehingga dikhawatirkan rasio omega3/omega-6 pada makanan yang dikonsumsi
sehari-hari menjadi tinggi dan akan menekan jumlah DHA yang bisa dikonversikan
dari prekursor DHA.
Mengingat adanya keterbatasan jika sample yang digunakan
manusia maka penelitian ini gabungan antara laboratorium dan masyarakat.
Penelitian laboratorium dengan menggunakan tikus dan pada manusia dengan
menggunakan responden terpilih.
Kausalitas banyak mendasari perkembangan ilmu pengetahuan
(Epistemologi). Kausalitas diartikan sebagai cara mengetahui bahwa sesuatu
menyebabkan sesuatu yang lain sehingga pendekatan kausalitas ini digunakan dari awal merancang penelitian sampai
pada saat melakukan analisis hasil penelitian dimana ransum dengan rasio
omega-6/omega-3 berbeda sebagai penyebab yang mengakibatkan terjadinya
perbedaan performans tikus dalam tumbuh-kembang otak.
Hipothesis
Ho: Tidak Terdapat perbedaan kandungan DHA
pada otak tikus pada titik-titik kritis umur kronologis dan fisiologis menurut
rasio omega3/omega 6 yang berbeda.
H1: Terdapat perbedaan kandungan DHA pada otak
tikus pada titik-titik kritis umur kronologis dan fisiologis menurut rasio
omega3/omega 6 yang berbeda.
Ho: Tidak terdapat perbedaan jumlah neuron
pada tikus yang diberi ransum yang berbeda rasio omega3/omega6
H1: Terdapat perbedaan jumlah neuron pada
tikus yang diberi ransum yang berbeda rasio omega 3/omega 6
Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan belajar
tikus yang diberi ransum dengan rasio omega 3/omega 6 berbeda.
H1 : Terdapat perbedaan kemampuan belajar tikus
sesuai dengan jumlah neuron dan DHA otak
Ho : Tidak terdapat perbedaan kandungan DHA dan rasio
omega 3/omega 6 pada bumil dan bayi dengan status gizi berbeda
H1 : Terdapat
perbedaan kandungan DHA dan rasio omega 3/omega 6 pada ibu hamil dan bayi
dengan status gizi berbeda
TINJAUAN AKSIOLOGI
Aksiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu mengenai nilai-nilai
kemanusiaan, sistem nilai yang mempengaruhi persepsi manusia dalam mengambil
keputusan mengapa sesuatu dilakukan.
Yuyun (1995) menjelaskan lebih lanjut landasan aksiologi dapat
dijelaskan dengan menjawab pertanyaan: untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu dipergunakan dan bagaimana kaitannya dengan moral. Hal ini akan tercermin
dari tujuan penelitian dan manfaat yang akan diperoleh dan kemungkinan
permasalahan yang timbul.
Tujuan Penelitian:
·
Mengetahui
kandungan DHA, rasio omega3/omega 6 pada ibu hamil dan bayi baru lahir dengan
status gizi berbeda
·
Mengetahui
berapa rasio omega 6/omega 3 yang tepat untuk tumbuh kembang otak yang optimal.
·
Mengetahui
bagaimana tumbuh-kembang otak pada setiap titik kritis tumbuh-kembang otak
dengan rasio omega-6/omega-3 berbeda yang akan dicerminkan dengan kandungan DHA
otak, kemampuan belajar, jumlah neuron otak.
Manfaat Penelitian:
Memberikan keyakinan kepada pihak yang berkepentingan
sejauhmana kepentingan suplementasi DHA pada makanan ibu hamil, ibu menyusui
dan anak yang sedang dalam proses tumbuh-kembang.
Permasalahan yang mungkin
muncul dari hasil penelitian ini:
Para pelaku pasar biasanya dengan cepat mengambil setiap
peluang yang ada. Buktinya saat ini banyak sekali produk DHA dijual dipasaran dengan
standarisasi yang tidak jelas padahal masih banyak kontroversi apakah
suplementasi itu perlu atau tidak.
Sering dilupakan bahwa pemberian DHA yang terlalu tinggi akan menekan
konsentrasi DHA dalam tubuh dan DHA tanpa antioksidan dapat menjadi radikal
dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Auestad N, Montalto MB, Hall RT, et al. 1997. Visual
Acuity, erythrocyte fatty acid composition and growth in term infants fed
formulas with long chain polyunsaturated fatty acids for one year. Pediatr Res. 1997;41:1-10
Craig L.Jensen,
Maureen Maude, Robert E Anderson and William C Heird. 2000.
Effect of Docosahexaenoic acid suplementation of lactating women on the fatty acid
composition of breast milk lipids and maternal and infant plasma phospholipid. Am J Clin Nutrition 2000; 71 (Suppl):
292S-9S.
Clandinin MT, Parrot A, Van
Aerde JE, Hervada AR, Lien E. Feeding
preterm ingants a formula containing C20 and C22
fatty acids simulates plasma phospolipid fatty acid
composition of infants fed human milk. Early Hum Dev. 1992.
Connor, WE., M. Neuringer
and S. Reisbick. 1992. Essensial fatty
acid: the importance of n-3 fatty acid in the retina and brain. Nutr. Rev. 50(4): 21-29.et
al (1992)
Crawford (1992). Crawford et al, 1976. Dalam
Hermawan, D. 1998. Pengaruh Pemberian Sumber
Minyak dan Protein yang Berbeda dalam Ransum
terhadap Kemampuan Belajar Tikus Percobaan. Skripsi. Fakultas
Tekhnologi Pertanian. Institut Pertanian
Hermawan, D. 1998. Pengaruh Pemberian Sumber
Minyak dan Protein yang Berbeda dalam Ransum
terhadap Kemampuan Belajar Tikus Percobaan. Skripsi. Fakultas Tekhnologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Innis, S.M. 1992. N-3
Fatty Acids requirements of the newborn. Lipids 27:879-885.
Monique DM Al, Adriana C and Gerard H, 2000. Long Chain Poliunsaturated fatty acids, pregnancy and pregnancy
outcome. Am J Clin Nutrition 2000; 71 (Suppl): 292S-9S.
Otto Sj, et al (1997) dalam
Monique DM Al, Adriana C and Gerard H, 2000. Long Chain Poliunsaturated fatty acids, pregnancy and pregnancy
outcome. Am J Clin Nutrition 2000; 71 (Suppl): 292S-9S
Ricardo Uauy and Dennis R.Hoffman. 2000. Essential fat requirements of preterm
infants. Am.J.
Cli. Nutr 2000, 71(Suppl):245S-50S
Ruyle,
M., Connor, W.E.,
Van Houwelingen AC et al (1995) dalam
Monique DM Al, Adriana C and Gerard H, 2000. Long Chain Poliunsaturated fatty acids, pregnancy and pregnancy
outcome. Am J Clin Nutrition 2000; 71 (Suppl): 292S-9S
Wainwright,
PE., YS Huang, B. Bulmen-Flemming,
DE. Mills, P.Redden dan D. McCutcheon. 1991. The role of n-3 essential fatty acids in
brain and behavioural development: A cross-fostering
study in the mouse. Lipids 26(1): 37-45.