Home Page

 

Copyright ©  2000  Program Pasca Sarjana IPB

Re-edited 20 December 2000
Makalah Kelompok I

Sem 1, 2000/1

Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana, S3

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen Penanggung Jawab: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

 

Pangan Rekayasa Genetika 

dalam Perspektif Filsafat Teknologi

 

 

Oleh:

Endang S. Sunaryo, Rahayu Dewi,   Fredrik Riewpassa, Netty Herawaty, Herien Puspitawati, Arpah, Elmeizy Arafah, Mohd. Harisudin, Raffi Paramawati, Aris Toharisman, Dedin F. Rosida, Adolf Parhusip dan  Abjad Asih.

 

 

LAtar belakang

Dalam filsafat, teknologi sangat jarang dibahas. Umumnya, teknologi lebih bersifat praktis atau berbasis realita, sedangkan filsafat yang sesungguhnya bersifat universal atau fundamental. Imanuel Kant pernah membahas filsafat teknologi, tetapi hanya sebatas prinsip.

 

Peningkatan eksponensial terhadap pertumbuhan industrialisasi menunjukan fakta bahwa teknologi merupakan “prime mover” terjadinya perubahan yang sangat cepat. Sayangnya dampak negatif yang sering terjadi akibat eksploitasi teknologi jarang tersentuh oleh pemikiran filsuf. Kalaupun ada buku yang pernah diterbitkan antara lain Beckman 1806 dan Kapp pada tahun 1877 pada era abad 19 serta Karl Jasper dan Martin Heidegger pada 1967. Menurut Karl Jasper, teknologi dianggap sebagai “takdir manusia” yang mengakibatkan bencana atau problema utama bagi manusia. Sedangkan menurut Heidegger, teknologi dianggap sebagai penjabaran metafisika modern yang mampu menjadi fundamental utama guna menggali potensial dan peluang bagi “kejayaan” atau “keruntuhan” manusia.

Dengan teknologi manusia berkonfrontasi dengan alam guna memuaskan bahkan bertahan hidup. Dengan teknologi, manusia berpacu dengan pertumbuhan penduduk yang cepat yang berakibat eksploitasi alam semena-mena. Salah satu kontroversial yang saat ini ramai diperdebatkan adalah Pangan Rekayasa Genetika.

 

Pangan Rekayasa Genetika 

          Terminologi Pangan Rekayasa Genetika atau Genetically Modified Organism (GMO atau GM Foods) dapat diartikan tanaman yang secara genetika diubah dengan menambahkan gen asing melalui teknik biologi molekuler modern atau bioteknologi guna memperoleh karakter yang dikehendaki.

 

(Public Perception Issues in Biotechnology : Charles Hagedorn dan Susan Allender-Hagedorn). Istilah “transgenic plant” digunakan apabila tanaman mengandung DNA organisme seperti virus, bakteri atau tanaman lainnya yang dimasukan kedalam genome pada awal pengembangannya.  

Menurut Institute of Food Science and Technology (UK), bioteknologi pangan dihasilkan dari penerapan tehnik biologi molekuler pada tanaman, hewan dan mikroorganisme dengan tujuan untuk memperbaiki sifat yang diinginkan, meningkatkan hasil, memperbaiki keamanan, mempermudah proses serta membuat produksi semakin efisien dan ekonomis.

Dengan demikian tehnik ini dapat pula disebut sebagai rekayasa genetika, manipulasi genetika, teknologi genetika dan atau rekombinasi teknologi DNA. Terminologi pangan rekayasa genetika atau GMO umum digunakan dalam kodifikasi dokumentasi peraturan dan pustaka ilmiah yang menjabarkan tanaman, hewan dan mikroorganisme yang memiliki DNA asing hasil transfer genetika.

Sebagai contoh; B-t corn ,  jagung yang telah di transplantasikan ke dalamnya gen dari Bacillus turingiensis yang dapat menghasilkan kristal protein yang tidak dapat dicerna oleh larva serangga sehingga tanaman dapat menghasilkan sifat resisten terhadap hama bor jagung.

 

Apa Keuntungan Pangan Rekayasa Genetika ?

Saat ini jumlah penduduk dunia mendekati angka 6 milyard dan diprediksi jumlahnya akan meningkat dua kali dalam 50 tahun mendatang. Hal ini menjadi tantangan bagi kita bagaimana mencukupi permintaan yang beraneka ragam  jenis maupun mutunya.

Pangan rekayasa genetika atau GM Food dianggap sebagai alternatif untuk memenuhi tantangan tersebut melalui :

1.     Tanaman Pangan yang tahan terhadap pestisida

 

Kehilangan hasil panen akibat hama sangat merugikan petani dan mengurangi cadangan pangan khususnya di negara dunia ke tiga. Petani menggunakan pestisida dalam jumlah yang bermakna, padahal disisi lain konsumen menghendaki pangan yang aman. Belum lagi penggunaan pestisida yang bermakna mencemari lingkungan. Penemuan B-t corn sangat berarti dalam menjawab kegundahan masalah di atas.

2.     Tanaman Pangan yang tahan terhadap herbisida

Dalam produksi tanaman pangan, disamping tanaman yang dikehendaki, gulma juga tumbuh. Untuk mengatasi gulma, herbisida selektif harus digunakan. Seperti halnya problem pertama, herbisida berlebih akan mencemari lingkungan dan berbahaya bagi manusia. Penemuan kedele varietas tahan herbisida mampu menjawab tantangan.

3.     Tanaman Pangan yang tahan terhadap penyakit

4.     Tanaman Pangan yang tahan terhadap pergantian musim

5.     Tanaman Pangan yang tahan terhadap musim panas kering

6.     Tanaman Pangan yang tahan terhadap tanah bergaram tinggi

 

Melalui teknologi rekayasa genetika mampu dihasilkan tanaman dengan karakter yang dikehendaki.

7.     Tanaman dengan kandungan zat gizi tertentu

Masalah gizi yang tidak kunjung reda yang menimpa negara dunia ketiga, diperparah dengan kenyataan umumnya mereka mengkonsumsi sereal yang notabene miskin zat gizi mikro seperti vit.A dan zat besi (Fe).

Dengan GM Food, sangat dimungkinkan untuk memanipulasi gen beras guna menghasilkan beras kaya vit.A dan Kedele kaya omega 3. Sayangnya isu negatif GMO yang beredar akhir-akhir ini menyebabkan pengembangan beras kaya vit.A dan kedele kaya omega 3 tersendat.

8.     Tanaman Pangan dengan karakter yang diinginkan

Berbagai masalah produksi yang berkaitan dengan teknologi pengawetan pasca panen juga telah dapat diatasi melalui teknologi rekayasa genetika. Sebagai contoh pengembangan tomat yang dapat matang seragam dan mengandung licopen warna merah yang stabil terhadap panas sehingga pulp tomat yang diawetkan dapat tetap berwarna merah segar.

 

Seberapa jauh GM Food dikembangkan ?

Hasil monitoring yang dilakukan, saat ini USDA telah memberikan izin pengembangan komersialisasi terhadap 40 jenis tanaman antara lain jagung, kedelai, tomat, kapas, melon, beet, canola, kentang dll.

Umumnya GM Food dikembangkan secara komersial di USA, misal 74% luas area pertanian telah didedikasikan untuk maksud produksi komersial GM kedelai dan GM kapas; bahkan di Argentina (15%), Canada (10%) dan Australia (1%).

Selain tanaman, beberapa produk GMO yang telah diproduksi komersial :

·                     Chymosin (hasil GM mikroorganisme) yang dipakai untuk menggantikan rennet, banyak digunakan untuk produksi keju.

·                     Insulin (hasil GM mikroorganisme) yang dipakai untuk memproduksi insulin, sehingga banyak penderita Diabetes mampu mengatasi penyakit tersebut.

 

Apa yang dikhawatirkan para Kritisi GM ?  

Perdebatan sengit perihal Pangan Rekayasa Genetika akhir-akhir ini umumnya dilemparkan oleh aktivitas pencinta lingkungan, organisasi keagamaan, pakar / ilmuwan, organisasi kemasyarakatan dan pemerhati masalah GM Foods. Yang dikhawatirkan adalah eksploitasi teknologi GMO untuk kepentingan bisnis tanpa melihat bahaya potensial yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.

1.     Bahaya terhadap Keseimbangan Lingkungan

*        Kematian yang tidak dikehendaki pada organisme lainnya

Pengembangan B-t corn ternyata mempengaruhi keseimbangan alam. Kenyataan B-t corn tidak saja kebal terhadap serangga bor jagung tetapi polen B-t corn yang terbang menghinggapi bunga-bungaan telah termakan oleh kupu-kupu, akibatnya kupu-kupu juga mati.

*        Mengurangi efektifitas pestisida

Kecepatan serangga melakukan adaptasi terhadap lingkungan sangat cepat, sebagai contoh nyamuk generasi baru yang resisten terhadap DDT. Fenomena ini sangat dikhawatirkan pemerhati lingkungan yaitu apabila terjadi mutasi gen serangga yang tahan terhadap B-t corn.

*        Transfer gen pada spesies lain

Kekhawatiran terhadap mutasi gen menimbulkan dugaan akan timbulnya “Superweed”. Dugaan ini dikhawatirkan karena adanya persilangan polen antar spesies tanaman yang terserap oleh gulma.

 

2.     Bahaya terhadap Kesehatan

*        Timbulnya alergi

Banyak anak-anak Amerika dan Eropa rentan terhadap alergen kacang tanah. Oleh sebab itu pengembangan var. kedele dengan transplantasi gen kacang Brazil mendapatkan tantangan keras para ahli kesehatan. Penelitian mendalam terhadap efek tanaman terhadap timbulnya alergen harus dilakukan.

*        Timbulnya efek yang belum diketahui akibat modifikasi gen

Para ahli kesehatan Eropa banyak mempertentangkan kemungkinan-kemungkinan dampak negatif yang terjadi akibat introduksi DNA asing pada rantai pangan. Percobaan terakhir yang dilakukan pada tikus, seperti yang dilansir majalah Lancet, memaparkan bahwa GM kentang yang diberikan pada tikus telah menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan tikus. Ketika dikonfirmasikan ternyata GM kentang tersebut dibuat dengan transplantasi gen Lectin yang memang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan. Jadi disini etika pengembangan GM Food dipertanyakan ?

 

3.     Pertimbangan sosio-ekonomi

Mengingat riset GMO banyak dilakukan negara maju, ada kekhawatiran timbulnya monopoli dan ketergantungan. Hukum supply-demand tidak lagi berjalan dengan fair sehingga selamanya negara berkembang akan bergantung pada negara maju. Kenyataannya benih GM Food telah direkayasa sedemikian rupa sehingga biji-bijian produksi GM Food tidak lagi bersifat fertil.

Oleh sebab itu para pemerhati sosio-ekonomi mengusulkan agar akses informasi terhadap paten dipermudah sehingga peneliti di negara berkembang mampu mengembangkan dan menyesuaikannya dengan kondisi negara yang bersangkutan.

 

Bagaimana GMO diatur saat ini ? 
Bagaimana peran masing-masing pemerintah ?

Jika kita lihat perkembangan dan kontroversi yang terjadi di dunia, bahkan terkesan adanya persaingan seru antara kubu Amerika dan Eropa.       Jika dikaji lebih mendalam kekhawatiran yang terjadi bertumpu pada kenyataan kurangnya atau sulitnya mengakses informasi perihal ;

*        Pengembangan metoda transplantasi gen terbaru.

*        Perkembangan paten GMO terbaru.

*        Perkembangan metoda uji terbaru.

Kenyataan yang ada GMO menjadi business yang menguntungkan dan saat ini banyak dikuasai oleh Monsanto yang bermarkas di USA. Kekhawatiran ketidaknetralan riset GMO merebak diantara para pakar, apalagi saat ini belum ada regulasi internasional yang mengatur masalah etika dan prosedur baku pengembangan GMO. Dalam hal ini Codex Alimentarius Commission belum mengeluarkan guideline dan code of practice GMO sebagai acuan internasional yang bersifat mandatori dan landasan penegakan hukum (Law enforcement) bagi pelanggaran yang terjadi.

 

Yang ada masing-masing negara membuat peraturan sendiri khususnya tentang prosedur diluncurkannya produk GMO dan label produk GMO.

 

 

kajian filsafat terhadap pangan rekayasa genetika

Jika kita melihat relevansinya, penemuan teknologi memberi karakteristik bahwa akan timbul pertanyaan baru : apa yang dibutuhkan dari teknologi tersebut, apa yang dapat diperbuat oleh teknologi dan akhirnya sampai pada apa yang tidak dapat terpuaskan oleh ilmu yang ada. Problem yang datang memaksa ditemukannya penemuan-penemuan baru sehingga juga akan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Kompetensi keilmuan tertantang dengan kompleksnya problem. Sehingga kaedah filsafat diperlukan untuk menjembatani persoalan dengan pola berfikir filsafat yaitu mencari kebenaran untuk kebenaran dengan cara berpikir radikal, sistematis dan universal.

Popper dalam menganalisis suatu permasalahan menekankan bahwa pengetahuan yang disebut “logic of discovery” berawal dari falsifikasi. Pendekatan pengetahuan digunakan untuk mengarahkan mencari jawaban dari masalah dengan cara yang sistematis, terukur dan menyeluruh.

Kerangka berfikir ilmiah yang berintikan logico-hypothetico ini terdiri dari langkah-langkah:

·                     Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan objek empiris yang jelas batas-batasnya.

·                     Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesa yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor.

·                     Kerangka ini disusun secara rasional dengan premis-premis ilmiah.

·                     Perumusan hipotesa (Hipotesa nol dan Hipotesa 1).

·                     Pengujian hipotesa.

·                     Penarikan kesimpulan (diterima atau ditolak)

Apabila fakta yang diperoleh mendukung hipotesa yang dibuat maka hipotesa diterima dan hasilnya akan memunculkan suatu teori baru. Apabila teori ini teruji untuk kesekian kalinya maka akan menjadi dalil.

Berkaitan dengan kontroversi penerimaan teknologi pangan rekayasa genetika, beberapa pertanyaan timbul: 

 

P.1. 

·                     Sampai seberapa jauh produksi GM Foods mempengaruhi siklus alam ?

·                     Apakah produksi GM Foods setuju dengan prinsip produksi pangan organik ?

·                     Bagaimana kita meyakini bahwa GM Foods tidak menimbulkan efek samping ?

·                     Bagaimana kita melindungi spesies asli ?

 

P.2. 

·                     Apa konsekwensi lingkungan terhadap pengembangan dan produksi GM Foods ?

·                     Apakah tidak mencemari organisme lain ?

·                     Apakah mempengaruhi resistensi organisme lain ?

·                     Apakah tidak mencemari tanah dan udara ?

·                     Bagaimana efek racun B.t selanjutnya 

P.3. 

·                     Bagaimana pengaruh GM Food terhadap kesehatan manusia ?

·                     Bagaimana efeknya terhadap sistem kekebalan tubuh ?

·                     Bagaimana efeknya terhadap resistensi antibiotik ?

·                     Bagaimana efeknya terhadap fertilitas ?

·                     Bagaimana efeknya terhadap pertumbuhan penyakit baru ?

P.4. 

·                     Bagaimana kita mencegah pengaruh monopoli usaha GM Food ?

·                     Sampai seberapa jauh peran R&D membantu produksi pertanian negara berkembang ?

·                     Apakah negara berkembang dapat mengakses paten dengan murah ?

P.5. 

·                     Siapa dan bagaimana upaya mengontrol pengembangan GM Foods agar dapat memberikan garansi aman ?

·                     Bagaimana mengujinya ?

·                     Bagaimana upaya monitoring jangka pendek dan panjang terhadap produksi dan kultivasi GM Foods ?

P.6. 

·                     Bagaimana konsumen dapat mendapatkan layanan informasi dan perlindungan terhadap hak-haknya ?

 

P.7. 

·                     Dapatkah aspek etika dimasukan sebagai prasyarat dalam otorisasi dan kontrol prosedur pengembangan GM Foods ?

         

 

Didalam epistemologi filsafat, berbagai metoda uji dapat digunakan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyan diatas. Mengacu pada esensi filsafat, kita berupaya mencari kebenaran untuk kebenaran dengan berfikir secara radikal (menyeluruh), sistematis (tahap demi tahap) dan universal (berlaku untuk sesuatu yang lebih luas).

Dalam mengkaji teknologi yang pada dasarnya mengutamakan produksivitas dan efisiensi biaya maka filsafat teknologi digunakan untuk menjembatani agar kedua unsur karakter teknologi tetap dapat mengutamakan kesetimbangan dengan faktor lainnya (keamanan dan ketahanan sosial, budaya, ekonomi, politik).

 

Latar belakang dalam mengupas suatu masalah dapat mengunakan pendekatan :

1.     Teori Kausal atau teori penyebab umum. (teori Salmon) 

Untuk menjelaskan prinsip sebab akibat terjadinya korelasi antar peristiwa, Salmon mencoba melakukan analisa yang terdiri dari :

 

*        Relevansi statistika.

*        Hubungan antar penyebab proses.

*        Perubahan setelah interaksi yang terjadi secara berulang. Dalam hal ini kompleksitas sebab-akibat juga dicoba untuk diamati.

2.     Teori pragmatis

Van Frassen mencoba untuk mencari jawaban melalui pendekatan pragmatis yaitu presupposition (mengapa X), klasifikasi kontras (mengapa X bukan Y, Z dsb) dan pengertian relevansi kriteria.

3.     Teori investigasi

*        Pendekatan induktif (teori Carnap)

*        Pendekatan deduktif (teori Popper)

Baik Carnap maupun Popper menggunakan pendekatan ilmiah yaitu pengkajian berdasarkan fakta ilmiah yang diperoleh dari cara berfikir radikal, sistematis dan fokus pada masalah atau sudut pandang tertentu.

4.     Teori filsafat lainnya yang diyakini dapat menjawab permasalahan

 

Dari fakta yang ada, untuk mencari kebenaran digunakan hipotesa antara lain :

H0 :    Pengembangan Teknologi Pangan Rekayasa Genetika terkontrol tidak akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan kondisi sosio-ekonomi.

H1 : Pengembangan Teknologi Pangan Rekayasa Genetika terkontrol akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan kondisi sosio-ekonomi.

 

Untuk mengkaji keterkaitan multifaktor terhadap teknologi, saat ini banyak filsuf modern melakukan pendekatan epistemologi dengan cara;

*        Mengkaji sistem dengan meneropong kemungkinan pengaruhnya terhadap kesatuan (unifikasi) atau keanekaragaman (diversifikasi) populasi.

*        Mengkaji sistem secara holistik (menyeluruh) atau spesifik objek (atomis).

*        Mengkaji sistem dengan model simulasi atau realitas langsung di lapangan.

 

Kajian terhadap GM Food dan Keamanan Ligkungan.

Dengan berbagai metoda penemuan baru dalam hal screening dan transfer gen antara lain penggunaan sperma untuk transportasi DNA asing ke dalam sel telur memungkinkan sukses transplantasi DNA semakin mudah dan terkontrol.

 

Temuan ini lebih baik daripada transgenik dengan menggunakan antibiotik resisten yang berfungsi sebagai gen pemberi tanda, sehingga ketakutan terhadap pencemaran DNA yang berdampak pada ketidakseimbangan alam dapat dikurangi.

 

Selain itu etika riset untuk menyimpan gen dan plasma nutfah serta dokumentasi riset harus dibakukan untuk menghindari kemungkinan hilangnya gen asli tanaman.

 

Pengembangan metoda uji untuk mendeteksi DNA GM Foods juga semakin berkembang yaitu dengan “Polymerase Chain Reaction” atau PCR yang harus terus diverifikasi dan divalidasi agar dapat menjadi metoda baku.

 

Adapun monitoring terhadap keamanan lingkungan dilakukan secara saksama dalam jeda waktu 5 - 7 tahun yang hasilnya tidak menunjukan adanya perubahan atau gangguan keseimbangan alam.

 

Kajian terhadap GM Food dan Kesehatan manusia

Walaupun saat ini sulit untuk membuktikan resiko GM Food terhadap kesehatan manusia, sebaiknya pengujian harus dilakukan kasus demi kasus terhadap resiko :

*        Efek racun terhadap mekanisme metabolisme tubuh.

*        Efek reaksi alergi.

*        Perubahan terhadap nilai gizi.

*        Efek resistensi gen terhadap antibiotik dalam tubuh.

 

Pengujian terhadap binatang perlu dilakukan secara mendalam untuk jaminan keamanan GM Food. Harus ada lembaga Internasional yang independen dan profesional dalam apraisal guna memberikan sertifikasi aman terhadap GM Food.

 

 

Kajian terhadap GM Food dan sosio-ekonomi

            Mengingat teknologi GM Food berkembang pesat di negara maju, hendaknya penelitian juga melihat dampaknya terhadap sosio-ekonomi negara berkembang. Pengembangan teknologi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal negara berkembang.

Paten harus diupayakan mudah diakses tanpa bayar jika digunakan untuk kepentingan riset di negara berkembang, bahkan kalau perlu harus tersedia penyandang dana..

Etika riset harus dijunjung tinggi khususnya dalam memberikan rekomendasi perihal GM Food yaitu terbuka dan mudah diakses agar konsumen dapat tetap memilih GM Food atau Pangan Organik.

 

KEPustakaAN

1.                 IFST : Current Hot Topics-1999. Genetic Modification and Food.

 

2.                 Teknologi Radet. 1999. Final document of the consensus conference on GM Foods. http://www.tekno.d.k/enj/publicat/genfoods.htm

3.                  Agazzi, E and Lenk H. 1997. http://scholar.lib.vt.edu/ejournal/SPT/v4-nihtml/AGASSINT.html

 

4.                 Dudly. S. 1998. The Relations between Science and Technology.

5.                 Gazalba S. 1992. Sistematika Filsafat. Buku I.

6.                 Ropohl. G. 1998. Philosophy of Socio-Technical systems.

7.                 Suriasumantri. J.S. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.

8.                 Whitman. D.B. 2000. Genetically Modified Foods : Harmful or Helpful ?