(SCIENCE)
Oleh :
(TKL 995188)
Sepanjang hidup manusia ada keinginan untuk memburu pengetahuan, termasuk ilmu pengetahuan melalui berbagai program pendidikan. Lalu apa yang dimaksud dengan pengetahuan itu sendiri ? Pertanyaan ini sampai saat sekarang tetap menjadi bahan perenungan yang tidak habis-habisnya di jagat raya.
“Apakah hakikat pengetahuan itu ?” Jawaban terhadap pertanyaan ini tersedia beberapa jawaban, ada yang menyebutkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang bisa dibuktikan kebenarannya secara empirik ada pula yang menyebutkan pengetahuan mencakup segenap apa yang kita tahu tentang suatu obyek.
Pada jawaban pertama yang menyebutkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang bisa dibuktikan kebenarannya jika demikian apakah benar jika hal-hal
yang tidak bisa dibuktikan secara empirik adalah bukan pengetahuan. Tentunya tidak. Jawaban kedua yang lebih bisa diterima yakni
pengetahuan diartikan secara luas adalah
mencakup segenap apa yang kita
tahu tentang suatu obyek. Sehingga
pengetahuan dalam terminologi generik
adalah mencakup segenap cabang pengetahuan seperti, seni, moral dan ilmu.
Secara garis besar pengetahuan digolongkan
kepada tiga kategori utama berdasarkan kegunaannya yakni :
(1) pengetahuan tentang baik dan buruk yang dikenal sebagai etika,
(2) pengetahuan tentang indah dan jelek yang dikenal sebagai estetika,
(3) pengetahuan tentang benar dan salah yang dikenal sebagai logika,
Sedangkan sumber pengetahuan adalah pikiran,
perasaan, indera, intuisi dan wahyu.
Semua pengetahuan dibedakan atas tiga ciri
pembeda yakni :
(1) tentang apa (ontologi)
(2) tentang bagaimana (epistomologi)
(3) untuk apa .(aksiologis) pengetahuan
tersebut diketahui, disusun dan dimanfaatkan
PENGETAHUAN DALAM ALIRAN FILSAFAT
Pemahaman tentang pengetahuan ternyata
berkembang dari masa kemasa. Secara umum
pemahaman ini disajikan pada Tabel 1.
Dimana dimulainya embrio filsafat sebagai awal pengetahuan terjadi di Yunani. Para filsuf Yunani memberikan batasan bahwa
pengetahuan adalah idea atau abstraksi dari realita. Semua kondisi di dunia nyata telah ada di dunia idea. Juga disebutkan sebagai hal yang mutlak, abadi dan tidak berubah. Dalam pandangan ini pula menjadikan
pengetahuan sebagai hal yang supranatural yang mengarah ke hal-hal yang abstrak
dan teoritis.
Salah seorang filsuf Yunani yang termasyur, Aristoteles menyebutkan bahwa pengetahuan bertujuan mencari penyebab obyek yang diselidiki. Sehingga untuk mengartikan kejadian dikenal ada empat pembeda yakni :
(1) penyebab efisien : inilah sumber kejadian misalnya tukang kayu membikin sebuah kursi
(2) penyebab final : inilah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian misalnya kursi dibuat supaya orang bisa duduk di atasnya
(3) penyebab material : inilah bahan dari mana
benda dibikin misalnya kursi dibuat dari kayu
(4) penyebab formal : inilah bentuk yang
menyusun bahan sehingga kayu menjadi sebuah kursi
No. |
Aliran |
Batasan Pengetahuan |
Keterangan |
1. |
Filsuf Yunani Aristoteles |
Idea atau abstraksi dari realita Mencari penyebab-penyebab obyek yang diselidiki |
·
Pengetahuan
adalah sesuatu yang mutlak, abadi dan tidak pernah berubah ·
Mempunyai
hirarki atau tingkatan-tingkatan dari tertinggi hingga terendah ·
Pengetahuan
tertinggi adalah supranatural, akibat anggapan ini perkembangannya ke hal-hal
yang abstrak dan teoritis Macam penyebab :
|
2. |
Islam Klasik |
Sesuatu yang utuh (whole), terpadu (integrated) dan tersintesiskan (synthesized), sehingga membentuk harmoni |
· Mengakui adanya hirarki pengetahuan ·
Pengetahuan
abstrak dan konkrit atau teoritik dan praktis ada dalam tingkatan yang sama ·
Pengetahuan
sejati diperoleh melalui kehidupan yang baik, bersih dan jujur disertai
dengan latihan spritual |
3. |
Realisme |
Informasi yang terorganisasi yang sesuai realitas alam semesta. |
·
Pengetahuan
tidak hanya didasarkan atas keyakinan, melainkan atas konsensus dan pengujian
berulang-ulang oleh orang-orang yang
berkompoten untuk melakukannya |
4. |
Pragmatisme atau Eksperimentalisme |
Produk dari
pengalaman yang berlaku secara individu |
·
Tujuan
pengetahuan adalah untuk mendorong terjadinya aksi · Tidak mempunyai hirarki |
Pemahaman
apa yang disebut
pengetahuan dalam pandangan Islam ternyata lebih terarah ke
dunia nyata, tidak semata dunia
idea. Karena mnurut
pandangan Yunani Kuno mempelajari pengetahuan keduniaan semata adalah kebodohan. Sedangkan pemikir Islam justru
menyatakan dengan mempelajari pengetahuan dunia dapat membawa
kepamahaman tentang keberadaan Tuhan. Sehingga
dalam pola sikap individu menekankan tingkah laku baik, bersih dan disertai
dengan latihan spritual untuk mendapatkan pengetahuan.
Aliran realisme lebih jauh memberikan batasan
bahwa pengetahuan adalah informasi yang terorganisasi yang sesuai realitas alam
semesta, tidak semata hanya konsensus tetapi juga dapat diuji. Pandangan ini lebih berkembang lagi karena
lebih maju dimana ada pengujian dalam pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya paham prgamatisme
menyebutkan pengetahuan sebagai produk yang berlaku secara individu dengan
tujuan mendorong terjadinya aksi.
Pemahaman ini menyebutkan bahwa manusia terlahir untuk memecahkan
masalah.
PENUTUP
Pengetahuan ternyata merupakan hal yang menjadi
bahan perenungan manusia sepanjang sejarah peradaban. Dalam perkembangannya diawali dengan konsep
abstrak sebatas dunia idea sampai kepemahaman dalam bentuk nyata bahwa
pengetahuan adalah hal yang dijadikan dasar suatu aksi untuk memecahkan
masalah.
Jika konsep pengetahuan berkembang ke arah
sedemikian, kita sebagai pencari pengetahuan hendaklah menggunakannya untuk
memecahkan masalah, khususnya terlepasnya dari keterpurukan kehidupan berbangsa
dalam semua bidang.
Bertens, K.
1975. Sejarah Filsafat Yunani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Nasoetion, A.H.
1999. Pengantar ke Filsafat Sains. Litera AntarNusa. Jakarta.
Suriasumantri. J.S.
1998. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan.
Thoyibi. M (Ed)
.1999. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya.