Re-edited
Copyright © 2000 Irawan
Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana – S3
Institut Pertanian Bogor
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
EKSPLORASI
ENZIM XYLANOLITIK TERMOFILIK:
KLONING GEN
PENYANDI XYLANASE
(Usul Penelitian)
Oleh:
IRAWAN
995205
1. LATAR
BELAKANG PENELITIAN
Xylan
merupakan komponen utama dari hemiselulosa pada dinding sel tanaman, yang
terikat pada selulosa, pektin, lignin dan polisakarida lainnya untuk membentuk dinding sel.
Enzim yang berperan dalam mendegradasi xylan mendapat perhatian besar
karena mempunyai kegunaan dalam berbagai proses industri, terutama dalam
konversi bahan lignoselulosa menjadi bahan bakar dan dalam pemrosesan
hemiselulosa menjadi kertas. Selain itu
hasil hidrolisis xylan dapat digunakan dalam pembuatan tablet dan artificial low calorie sweeteners (Kulkarni et. al., 1999; Chen and Westpheling,
1998; Gibbs et. al., 1995). Selama proses pemutihan bubur kertas,
xylanase (EC 3.2.1.8) yang digunakan untuk menggantikan klorin dapat
meningkatkan daya ekstraksi lignin sehingga menghasilkan kertas berkualitas
tinggi. Penggunaan xylanase, baik untuk
menggantikan atau mengurangi jumlah klorin yang digunakan dalam proses pemutihan
bubur kertas, memberikan dampak yang baik terhadap kelestarian lingkungan
(Morris et. al., 1998). Dengan
demikian, penggunaan xylanase untuk proses pemutihan bubur kertas secara
komersil membutuhkan produksi enzim yang murah dan dalam jumlah besar
(Bergquist and Morgan, 1992).
2.
TUJUAN
PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengklon gen penyandi
xylanase termofilik
2.
TINJAUAN
PUSTAKA
Perhatian terhadap mikroorganisme termofilik, baik yang aerobik maupun anaerobik, meningkat pesat beberapa tahun terakhir ini dan banyak
bakteri baru dan menarik yang telah dideskripsikan (Bergquis et. al.,
1989; Brock, 1985). Enzim
yang berasal dari mikroorganisme ini mempunyai resistensi terhadap proses denaturasi oleh suhu tinggi dan
solven dan mempunyai aktivitas pada suhu yang tinggi (Zeikus, 1979).
Banyak penelitian
yang ditujukan pada enzim yang berasal dari bakteri pendegradasi
selulosa dan hemiselulosa, karena biopolimer ini merupakan biomasa yang terbanyak di biosfer ini
dan merupakan sumber bahan
Penggunaan xylanase
dalam industri kertas dan pulp saat ini mendapat
perhatian besar karena adanya peraturan
lingkungan hidup yang ketat terutama pada penggunaan klorin dalam proses
pemutihan kertas dan pulp. Perlakuan xylanase sebelum proses pemutihan kertas dan pulp dilaporkan dapat menggurangi penggunaan bahan kimia pemutih
dan memberikan hasil akhir yang lebih baik. Proses pemutihan secara enzimatik menyebabkan pemutusan ikatan antara lignin dan karbohidrat serta membuka struktur pulp sehingga memudahkan masuknya bahan pemutih. Dalam proses pemutihan
pulp, sangat diperlukan enzim dengan pH (pH 9-10) dan suhu optimum yang tinggi (70-80°C). Xylanase termostabil dari bakteri anerobik termofilik Dictyoglomus sp. telah diuji kemampuannya dalam proses pemutihan pulp. Perlakuan xylanase pada suhu
80°C dan
pH 6 – 8 menghasilkan peningkatan
derajat pemutihan sebanyak 2 satuan ISO dalam satu tahap
proses delignifikasi dengan peroksida. Xylanase komersial untuk proses pemutihan pulp pertama kali dipasarkan oleh Novo Nordisk A/S dengan nama Pulpzyme HA, yang berasal dari Trichoderma reesei.
Setelah itu bermunculan nama–nama lain seperti Cartazyme HS dari Sandoz Chemicals, Irgazyme 40 yang dihasilkan dari T. longibrachiatum dan T. harzianum E
58, Ecopulp
(Alko-ICI), Cartazyme-NS-10 (Clariant) dan Pulpzyme HC (Novo Nordisk) yang kesemuanya telah dicoba dalam
proses pemutihan pulp dan hasilnya menunjukkan
penurunan yang signifikan terhadap penggunaan ClO2
dan H2O2 (Kulkarni
et. al., 1999). Meskipun demikian xylanase tersebut bukan enzim termofilik alkalofilik yang ideal dibutuhkan
dalam industri pulp dan kertas saat
ini.
Selain kegunaan diatas xylanase juga berperanan penting dalam proses
macerasi bahan sayuran, protoplastasi sel tanaman, klarifikasi
jus dan wine,
recovery minyak
dari tambang-tambang minyak di subterania,
ekstraksi flavor, pigmen, minyak tumbuhan dan pati. Xylanase murni dari T. viridae ternyata
dapat menginduksi biosintesis etilen dan dua protein yang berkaitan dengan serangan patogen pada tanaman tembakau
yang menunjukkan adanya peranan xylanase pada mekanisme pertahanan tanaman terhadap patogen. Xylanase pada
proses perkecambahan benih tanaman berperanan dalam mengkonversi cadangan
makanan menjadi produk yang dapat digunakan.
Selain itu juga berperanan dalam proses elongasi sel, pelunakan buah dan
dipercaya terlibat dalam berbagai fungsi fisiologis penting yang belum
diketahui secara jelas prosesnya. Pada
hewan ternak non ruminansia, makanan yang mengandung bahan hemiselulosa
meningkatkan viskositas pakan di dalam lambung, sehingga mengganggu penetrasi
enzim pencernaan dan absorbsi nutrisi serta mendukung masuknya patogen terutama pada ayam broiler (Kulkarni et. al., 1999). Oleh karena itu, xylanase juga memberikan
sumbangan dalam formulasi pakan ternak masa depan.
Untuk menuju ke arah komersialisasi
dibutuhkan proses produksi xylanase yang ekonomis, oleh karena itu sangat
penting untuk mendapatkan mikroorganisme yang mampu menghasilkan enzim ini
dalam jumlah banyak. Produksi xylanase pada
bakteri termofilik menjadi tidak ekonomis karena membutuhkan suhu tinggi dan
biasanya hasilnya rendah. Teknik DNA rekombinan memberikan kemungkinan untuk
meningkatkan produksi protein enzim ini.
pada bakteri mesofilik dan dapat dibuat overproduksi dengan teknik
biologi molekuler yang ada.
Isolasi DNA . DNA genom dari
bakteri xylanolitik termofilik diisolasi menggunakan IsoQuick Nucleic Acid Extraction kit (ORCA Research Inc.,
Washington) sedangkan DNA plasmid
diisolasi menggunakan Wizard Plus SV Minipreps DNA Purification System
(Promega, Madison)
Konstruksi pustaka genom.
DNA genom dari bakteri xylanolitik termofilik didigesti secara parsial
menggunakan enzim Sau3AI dan fragmen
dipisahkan dengan dielektroforesis pada agarosa 0.8%. Fragmen berukuran 5-6 kb dipotong dan
diisolasi dari agarosa menggunakan Jetsorb
Gel Extraction Kit (PGC Scientifics, Maryland). Vektor kloning pSJ1678 (shuttle vektor)
didigesti dengan enzim BamHI dan
fragment berukuran 3.8 kb diisolasi dari gel agarosa. Vektor dan insert kemudian diligasikan dan
ditransformasikan ke dalam Bacillus
substilis menggunakan metode
transformasi protoplast ( Chang and Cohen, 1979).
Skrening transforman. Transforman
yang tumbuh dimedia LA yang diberi antibiotik kanamisin (25mg/ml) kemudian dibuat replikanya.
Setelah diinkubasi 37° semalam, satu cawan kemudian dilapisi dengan media LA +
0.5% oat spelt xylan dengan konsentrasi agar 0.8% dan dipindahkan ke suhu 65°C
.Setelah 7 jam diamati pembentukan zona bening disekitar koloni.
Plasmid rekombinan
diisolasi dari Bacillus substilis dan
ditransformasikan kembali ke dalam E.
coli DH5a untuk proses subkloning.
Subkloning dilakukan menggunakan eksonuklease Bal31 dengan berbagai variasi waktu inkubasi untuk mendapatkan potongan
fragmen yang berbeda dan diligasikan kembali ke plasmid vektor yang sesuai.
Bergquist , P.L., D.R Love, J. E. Croft , M.B. Streiff,
R. M. Daniel, and H. W. Morgan.
1989. Genetics and potential
biotechnological application of thermophilic and
extremely thermophilic archaebacteria
and eubacteria.
Biotechnol. Genet.
Bergquist, P. L. and H. W. Morgan. 1992.
The molecular genetics and biotechnological application of enzymes from
extremely thermophilic eubacteria. In
Herbert, R. A. and R. J. Sharp (ed.). Molecular Biology and Biotechnology of Extremophiles.
Chapman and Hall.
Brock, T. D.
1985. Life at high temperatures. Science
230:132-138.
Chang, S.
and Cohen, S. N. 1979. High frequency
transformation of Bacillus substilis protoplast by
plasmid DNA. Mol. Gen. Genet. 168:111-115.
Chen, C.C.,
and J. Westpheling.
1998. Partial characterization of
the Streptomyces lividans xlnB promotor and its use for expression of a hermostable xylanase from Thermotoga maritima. Appl. Environ. Microbiol. 64:4217-4225.
Gibbs, M.
D., R. A. Reeves, and P. L. Bergquist. 1995.
Cloning, sequencing, and expression of a xylanase
gene from the extreme thermophile Dictyoglomus thermophilum Rt46B.1 and activity of the
enzyme on fiber-bound substrate. Appl. Environ. Microbiol. 61:4403-4408.
Kulkarni, N., A. Shendye,
and M. Rao. 1999.
Molecular and biotechnological aspects of xylanases. FEMS Microbiol. Rev. 23:411-456.
Morris, D. D.,
M. D. Gibbs, C. W. J. Chin, M. H. Koh, K. K. Y. Wong,
R. W. Allison, P. J. Nelson, and P. L. Bergquist. 1998.
Cloning of the xynB gene from Dictyoglomus thermophilum
Rt46B.1 and action of the gene product on kraft
pulp. Appl. Environ. Microbiol. 64:1759 -1765.
Shendye, A., and M. Rao. 1993.
Molecular cloning and expression of xylanases
from an alkalophilic thermophilic
Bacillus (NCIM 59) in Bacillus substilis A8. Enzyme Microb. Technol. 15:343-347.
Shendye, A., Gaikaiwari, R. and M. Rao. 1994. Expression of the cloned xylanases
from an alkalophilic thermophilic
Bacillus in Bacillus substilis. World
J. Microbiol. Biotechnol. 10:414-416.
Zeikus, J.G. 1979. Thermophilic
bacteria : ecology, physiology and technology.
Enzyme Microb. Technol.
1:243-252
7.
JADWAL PELAKSANAAN
PENELITIAN
Aktivitas |
bulan |
|||
1 2
3 4 5
6 7 8
9 10 |
||||
|
|
|||
|
|
|||
|
|
|||
|
|