Re-edited
Copyright
© 2000 Mohd. Harisudin
Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor
Dosen: Prof Dr Ir
Rudy C Tarumingkeng
PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN FUNGSIONAL BERBAHAN GINKGO BILOBA
Oleh:
Mohd.
Harisudin
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia usaha secara sadar
atau tidak kini tengah 'bergerak'
menjadi pasar dunia, suatu pasar
yang efisien dan transparan, yang mencakup daerah-daerah tak terbatas. Dalam hal ini, industri yang tidak mau ikut dalam pengefisienan dan
transparansi tersebut akan ketinggalan, karena terimbas oleh dinamika perubahan
arus besar globalisasi (Purnomo, 1999). Tak ada satupun industri/perusahaan
kebal terhadap kekuatan besar tersebut, bahkan perusahaan-perusahaan yang hanya
menjual dalam wilayah geografis yang kecilpun bisa merasakan dampak/implikasi
pada suatu perubahan yang tak dapat diduga
Perubahan yang terjadi
dalam persaingan dianggap sebagai ancaman oleh perusahaan tertentu, namun
perusahaan sejenis lainnya menafsirkan sebagai suatu peluang besar. Dengan kata
lain, ancaman ataupun peluang bisnis sangat ditentukan oleh bagaimana kemampuan
organisasi bisnis memahaminya dan merespons dalam bentuk sikap dan tindakan.
Walaupun peran pemerintah memang tetap diperlukan, terutama dalam menciptakan
iklim usaha yang kondusif, tetapi dalam realitasnya untuk menghadapi berbagai
perubahan yang sedang dan akan terus berlangsung, maka organisasi bisnis harus
semakin mengembangkan dan mengandalkan pada kekuatannya sendiri (Taufik, 1996).
Sebagai contoh, daur hidup produk (product lifecycle) semakin hari
semakin cepat, hal ini dikarenakan ketidakmampuan manajemen untuk berubah serta
beradaptasi terhadap perubahan eksternal yang cepat (Clarke, 1994).
Salah satu strategi untuk
mengatasi ancaman tersebut adalah pihak manajemen memutuskan untuk mengambil
kebijakan pengembangkan produk baru yang sesuai dengan tuntutan eksternal dan
dorongan internal, yaitu rencana ekpansi
pasar, reposisi produk, dan memperbaiki produk yang sudah ada (Clarke, 1994 dan
Babcock, 1991). Untuk memilih jenis
produk baru yang akan dikembangkan dengan tingkat probabilitas
keberhasilan yang tinggi, perlu
mempertimbangkan pola-pola dari kecenderungan yang sedang dan akan terjadi dari
konsumen sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi produk tersebut, serta
mendasarkan pada perkembangan teknologi yang memiliki keunggulan kompetitif
(Best, 1991; Clarke dan Thomas, 1990; Urban dan Hauser, 1993).
Salah satu peluang dari
pemanfaatan teknologi yang dimaksud adalah memproduksi pangan fungsional
berbahan botanikal dengan citra (image) sebagai pangan yang dapat
memenuhi dan menunjang aktivitas penggunanya. Sebagai ilustrasi, pada tahun
1998 penjualan produk botanikal di pasar dunia mencapai US$ 19,8 milyar, dan
pasar terbesar adalah Asia 39%, Eropah 34% dan Amerika Utara 22% (Dennin,
2000).
Peningkatan tersebut
terjadi karena meningkatnya minat konsumen akan obat alam dan ada kecenderungan
global mengenai gaya hidup kembali ke alam (back to nature) pada masyarakat dunia (Dennin, 2000). Hal ini
memperkuat pendapat dari Clarke (1999) yang menyebutkan bahwa telah terjadi
peningkatan kesadaran pada diri konsumen dalam mengkonsumsi pangan alami yang
terkait dengan kesehatan tubuh. Sebagai ilustrasi, diantara produk botanikal
terlaris (top 10) di beberapa negara maju seperti Eropa, Amerika, Kanada
dan Jepang adalah Ginkgo Biloba. Dalam hal ini Ginkgo Biloba
diklaim oleh produsen sebagai produk botanikal yang dapat memperlancar aliran
darah ke otak dan utilisasi zat gizi. Dalam kenyataannya, produk botanikal
tersebut dinilai kurang sesuai dengan produk yang dikehendaki oleh masyarakat
modern, yaitu berpenampilan menarik,
enak rasanya serta ready-to-eat (Best, 1991 ; O'neill,1994).
Dari serangkaian
informasi di atas, maka perlu dicari
suatu strategi baru berupa pengembangan produk pangan fungsional berbahan Ginkgo
Biloba yang sesuai dengan permintaan pasar.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengungkap sebab-sebab
konsumen mengkonsumsi produk pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba
yang sudah ada di pasaran.
2. Menjelaskan preferensi konsumen mengenai
produk pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba.
3. Menyusun rancangan
pengembangan produk pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba yang sesuai
dengan permintaan pasar.
C. Kerangka pemikiran
Pangan fungsional berbahan
Ginkgo Biloba yang diklaim oleh produsen sebagai produk botanikal yang
berkhasiat dapat meningkatkan kemampuan daya pikir dan daya ingat saat ini
semakin banyak diproduksi oleh industri obat dan farmasi di Indonesia, hal ini
bisa dilihat dari banyaknya jumlah (17 merek dagang) industri obat dan farmasi
nasional yang memproduksi pangan fungsional tersebut.
Dalam kenyataannya, bentuk
produk yang sudah ada di pasaran sampai saat ini bentuknya hampir sama bahkan
bisa dikatakan tidak berbeda. Bentuk-bentuk produk tersebut bila dikaitkan
dengan atribut yang diinginkan konsumen masih belum sesuai dengan karakteristik
konsumen yang dinamis, dan serba instan. Fenomena ini bisa dipandang sebagai
peluang untuk memunculkan strategi pertumbuhan pada industri melalui strategi
pengembangan produk.
Untuk menambah tingkat
keberhasilan dari pengembangan produk
baru tersebut, maka perlu dilakukan suatu pendekatan strategi bersaing yang
memiliki keunggulan komparatif atas produk-produk penggantinya. Dalam
implementasinya perlu pula difahami kebutuhan dan ekspektasi konsumen terhadap
produk yang akan dikembangkan. Manfaat dari langkah ini adalah selain produk
baru tersebut diproduksi sesuai dengan pemenuhan kepuasan konsumen, diharapkan
bisa dibuat suatu formulasi bentuk produk yang memiliki keunggulan komparatif
dan berbeda dengan produk yang sudah ada di pasar.
Metode untuk memenuhi
keinginan konsumen tersebut dilakukan dengan riset konsumen. Hal-hal yang
digali dalam riset konsumen tersebut adalah karakteristik konsumen, latar
belakang dan pengalaman mengkonsumsi
pangan fungsional, penilaian terhadap klaim produk, pengetahuan gizi, kapan dan
bagaimana menggunakan produk, bagaimana cara mengkonsumsi, apa yang disukai dan
yang tidak disukai terhadap produk yang sudah ada, perbaikan apa yang perlu
dilakukan terhadap produk yang dikonsumsi, proses pengambilan keputusan yang
dilalui konsumen, dan didukung pula oleh data sekunder.
Hasil riset kemudian
ditindak lanjuti sampai terpilih konsep produk yang diinginkan konsumen, hingga
akhirnya terkristal kedalam suatu desain bentuk suatu produk. Untuk menjamin
validitas produk terpilih kemudian dilakukan uji konsumen melalui
disseminasi. Apabila formulasi bentuk
produk telah diterima oleh konsumen (mendapat respon positif), maka perlu
dilakukan produksi ulang dalam skala percontohan. Hasil produksi skala
percontohan ini diujicobakan ke konsumen kembali. Hasil dari uji konsumen
tersebut ditindaklanjuti dengan langkah perbaikan yang mempertimbangkan aspek
mutu pada tahap komersialisasi.
Kerangka pemikiran yang
telah diuraikan pada paragraf-paragraf sebelumnya dapat diringkas dalam bentuk
bagan di bawah ini :
Karakteritsik konsumen :
-latar belakang & pengalaman mengkonsumsi
-penilaian thd produk yang ada
-pengetahuan gizi
-apa yg disukai & tidak disukai
-Perbaikan apa yang perlu dilakukan
Umpan
balik
Generasi Ide Proses
pengembangan
produk pangan suplemen Produk Baru
Uji Konsep berbahan Ginkgo Biloba
-Konsumen & Ekspektasi
-Teknologi,
-Proses pengambilan keputusan,
-Globalisasi
-Keunggulan komparatif,
-Kelayakan bisnis
-Tujuan bisnis,
-Penjualan dan Pertumbuhan,
-Peningkatan daya saing, Peraturan
-Perubahan gaya hidup
Gambar 2: Skema Kerangka
Pemikiran Pengembangan Produk Pangan fungsional Berbahan Ginkgo Biloba
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu tanggung
jawab penting manajemen suatu perusahaan terutama bagian penelitian dan pengembangan (LitBang) adalah membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan dan peluang pasar
serta menanggapi kebutuhan dan peluang
tadi secara cermat dan efektif dengan mencari jalan keluar
atas pemecahannya. Karena produk yang telah ada sedang
mengalami, atau sebentar lagi akan menunggu tahap kemerosotan, atau produk yang ada perlu diganti
dan perusahaan harus mencari produk
baru supaya volume penjualan perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
Hal ini perlu dilakukan karena
konsumen menginginkan produk baru, sementara para pesaing akan berusaha sekuat
tenaga untuk menyediakannya (Kotler,
1993). Strategi bersaing yang demikian ini (menggabungkan aspek produk dan
pasar) disebut strategi konsentrasi, didalamnya terdiri atas tiga bentuk
strategi, yaitu penetrasi, pengembangan produk, dan pengembangan pasar (Stahl
and Grigsby, 1992).
Pengembangan produk adalah
suatu inovasi yang digambarkan dalam bentuk rangkaian kegiatan guna
menghasilkan produk baru. Kriteria suatu
produk bisa dikategorikan baru bila dilihat dari sisi perusahaan maupun pasar
masuk kedalam 6 golongan, yaitu (1)
produk baru, produk yang mencipta pasar baru; (2) lini produk baru,
produk untuk pertama kali memasuki pasar yang sudah ada; (3) tambahan pada lini
produk yang sudah ada, produk yang menambah lini produk yang sudah ada di suatu
perusahaan; (4) penyempurnaan atas produk yang sudah ada; (5) penempatan
kembali, produk yang sudah ada dipasaran pada pasar baru atau segmen pasar
baru; (6) penekanan biaya, produk yang sama dengan produk yang sudah ada pada
biaya yang lebih rendah (Hippel, 1985).
Sebagai suatu
strategi, pertumbuhan industri dan pengembangan produk baru menurut Best (1991)
bagaikan dua misi yang tidak dapat dipisahkan dalam intensitas persaingan suatu
industri. Menurut Tjan dalam Pawitra (1993), pengembangan produk
merupakan salah satu elemen penting dan mempunyai pengaruh yang kuat bagi
keberhasilan suatu usaha. Secara mendasar Nuese dalam Saguy dan Moskowitz
(1999) menyebutkan bahwa pengembangan produk baru merupakan darah kehidupan
dari suatu industri. Bahkan Best (1991) menyebutkan; dengan pengembangan produk
baru, industri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya
kecenderungan peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan gaya hidup konsumen,
peningkatan kesadaran pangan dan gizi, serta adanya peningkatan kesadaran
konsumen akan kembali ke pangan alami. Oleh karena itu, agar pengembangan
produk dapat berhasil harus dibangun atas prinsip kerja berawal dan berakhir
pada konsumen.
Paradigma konsumen sebagai
pusat aktivitas oleh Saguy dan Moskowitz diistilahkan sebagai pemenuhan
kebutuhan konsumen. Paradigma ini dibangun atas
4 pilar, yaitu 2 pilar substantif (pengembangan konsep konsumen dan
masukan konsumen) dan 2 pilar fasilitatif (tim dari multidisiplin dan
keterlibatan manajemen). Untuk memenuhi 4 pilar tersebut biasanya dilakukan
riset konsumen oleh pihak manajemen perusahaan sebagai upaya menyongsong
intensitas persaingan pasar yang semakin ketat. Alasan pihak manajemen
melakukan langkah ini menurut Jewson
(1991) adalah :
1. Riset konsumen dijadikan
sebagai informasi untuk mengurangi risiko dan sekaligus me- nuju sukses perusahaan
2. Riset konsumen dijadikan
sebagai suatu fasilitas pada permulaan proses produk baru.
Orientasi tersebut sesuai dengan falsafah dalam pemasaran yang berorientasi
pada pasar/konsumen, yaitu: "Temukan suatu keinginan dan
penuhilah" (Watson, 1997) .
Riset akademis dari
sejumlah sumber memperkuat gagasan bahwa pemahaman akan tuntutan konsumen
merupakan faktor penentu yang penting bagi keberhasilan bisnis. Sebagai
ilustrasi, kajian Universitas Sussex menyatakan bahwa inovator yang sukses
adalah yang memahami keinginan para konsumen, yaitu dapat bekerjasama secara
akrab dengan konsumen potensial dan untuk memperoleh pengetahuan yang
diperlukan tentang tuntutan konsumen. Selanjutnya Eric Von Hippel (1990)
menyebutkan pentingnya manfaat yang diperoleh industriawan untuk menjaga
hubungan yang dekat dengan pengguna produk, bukan hanya semata-mata untuk memahami tuntutannya, akan tetapi juga
untuk memperoleh sumber inovasi bagi pengembangan produk selanjutnya. Mengingat
pekerjaan pengembangan produk yang sangat kompleks, maka Urban dan Hauser
(1993) mengemukakan bahwa pengembangan produk merupakan integrasi lintas fungsi
dari bidang-bidang pemasaran, Litbang, produksi dan keuangan.
Pengembangan produk
dilakukan melalui suatu tahapan proses
yang harus dikerjakan secara
sistematis, tetapi dalam penerapannya dipengaruhi oleh strategi terpilih dan
sumber daya yang ada dalam suatu perusahaan. Sebagai ilustrasi, pengembangan
produk berjalan tidak secara linier, karena dipengaruhi oleh perubahan pada
lingkungan (eksternal dan atau internal) serta kejadian-kejadian kecil yang mungkin tidak kelihatan secara
jelas untuk dapat diukur (Peleg, 1994).
Keberhasilan pengembangan
produk di pasar secara umum tidak dapat distandarkan kepada suatu konsep
keberhasilan produk lain. Untuk itu, dalam mengukur kinerja pengembangan produk
menurut Ulrich dan Eppinger (2000) dapat dinilai atas 5 kriteria, yaitu (1)
Kualitas produk; (2) Biaya produksi; (3) Saat mengembangkan produk; (4) Biaya
pengembangan produk; (5) Kemampuan mengembangkan produk. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berhasilnya
suatu produk baru di pasar ditentukan oleh (1) upaya perusahaan dalam
meningkatkan efektivitas seluruh pengelolaan organisasinya terhadap penerapan
proses pengembangan produk baru; (2) perhatian perusahaan pada setiap tahap dan
proses dengan teknik-teknik terbaik yang digunakan yang dilakukan oleh ketiga
komponen utama bagian pemasaran, bagian desain, dan bagian pabrikan/produksi.
Nama Ginkgo Biloba sudah dikenal oleh masyarakat Cina sejak dulu, dalam kitab kuno Chen Noung Pen T'sao sudah disebutkan pula mengenai manfaat dari anggota family Ginkgoceae ini, salah satu kelompok Gymnospermae. William AR Thomson dalam bukunya yang berjudul A Modern Herbal seperti yang dikutip oleh majalah Trubus no 370 edisi september 2000 mengungkapkan bahwa Ginkgo Biloba mengandung zat aktif seperti Flavonoid, quercetin, luteolin, catechin, tanin dan resin. Kandungan yang lain adalah fatty oil dan essential oil (Duryatmo, 2000).
Dalam Grolier Academic Encyclopedia buku ke-9 edisi tahun 1980 yang ditulis oleh Glassman disebutkan bahwa Ginkgo Biloba biasa disebut pula dengan sebutan maidenhair
tree, sehingga sering dijadikan tanaman hias. Species tanaman ini telah hidup
sekitar 190 juta tahun lalu (bahkan
menurut Peter R. Hannah sejak
250 juta tahun lalu), dengan tinggi bisa mencapai 36 meter. Di Eropa dan Amerika utara tanaman
ini biasa dijadikan tanaman hias di pinggir
jalan, sedangkan di
Berbeda dengan anggota genus Ginkgo lainnya yang biasanya evergreen
atau selalu berdaun hijau. Pohon ini setiap menjelang
musim gugur, daun-daun pada tanaman Ginkgo Biloba selalu berubah kekuningan. Bahkan menurut laporan
majalah Trubus, meskipun
Ekstrak Ginkgo Biloba menurut Maier dkk (1993) mengandung 25% Flavone
glycosides, yaitu suatu
senyawa flavonoid
dan terpen yang dapat menghambat pembentukan PAF (Platelet Activating Factor), yaitu suatu butir
darah merah yang kental. Kekentalan
ini akan menghambat aliran darah ke otak dan daerah periferi lainnya. Dengan
penghambatan pembentukan PAF tersebut, aliran darah menjadi lebih lancar dan
kebutuhan sel otak serta sel-sel tubuh lainnya terhadap oksigen lebih mudah
terpenuhi, sehingga otak dan tubuh menjadi lebih segar (Babal, 1992). Bahkan
Willard (1995) melaporkan bahwa Ginkgo dapat meningkatkan jumlah saraf
transmisi dan jumlah sisi reseptor pada
saraf transmisi. Melengkapi Maier, Honglian dan Niki (1998) menjelaskan lebih
lengkap mengenai isi dari ekstrak Ginkgo Biloba yang terdiri atas 2
fraksi yaitu Flavonoid (terdiri dari quercetin, kaempferol, dan isorhamnetin)
dan Terpenoid (terdiri dari Ginkgolides dan Bilobalides).
Antioksidan dari Ginkgo Biloba menurut Boveris dan Puntarulo (1999)
aktivitasnya lebih baik daripada antioksidan yang terdapat dalam biji gandum
dan alfalfa untuk digunakan sebagai penjaga aktivitas radikal bebas dan
kerusakan yang disebabkan oleh reaksi oksidatifnya.
Dalam studinya, Maier meneliti 50 orang yang baru saja dioperasi
karena menderita pembengkakan pembuluh darah rentang waktu 7-42 bulan. Pasien
diuji dengan uji standar seperti diberi rangsangan, tingkat perhatian dan daya
tangkap terhadap uji verbal dan non-verbal.
Mantan pasien yang diberi makanan yang mengandung Ginkgo Biloba selama
12 minggu secara signifikan lebih baik
daya tangkapnya, lebih bisa selektif dalam merespons rangsangan, dan
lebih stabil tingkat perhatiannya.
Mendukung Maier, Petkov
dkk (1993) melalui pemberian ekstraks Ginseng (G115) dan Ginkgo
Biloba (GK501) kepada mencit selama 7 hari ternyata memberikan hasil
keseluruhan dosis yang diberikan memberikan pengaruh pada tingkat pembelajaran,
dan daya ingat obyek (mencit) yang diteiliti. Sehingga Petkov
dkk dari
Ginkgo
Biloba memiliki khasiat seperti tersebut di atas
karena ia mengandung flavonoid jenis ginkgolide dan
bilobalide. Flavonoid
adalah jenis antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas. Radikal bebas dikenal sebagai
perusak sel dan mempercepat proses penuaan. Ginkgolide mencegah terbentuknya
bekuan darah atau trombosit di pembuluh darah
arteri seperti di pembuluh darah
otak dan jantung. Dengan begitu, stroke dan
jantung koroner dapat dicegah. Menurut laporan Shen dan
Zou (1995) antioksidan yang
dikandung didalam Ginkgo
Biloba secara signifikan bisa melawan myocardial ischemia dan
reaksi yang timbul dari luka-lukanya. Bahkan sebagai obat ia aman dikonsumsi
karena tidak merusak hati. Dengan keamanan tersebut membuat David Salim
-seorang Manajer Pengembangan Produk Perusahaan Jamu Sido Muncul- memproduksi
pangan suplemen berbahan Ginkgo Biloba. Keputusan perusahaan seperti ini
juga didukung kenyataan yang menyebutkan bahwa saat ini terdapat dokter-dokter
di Eropa yang sudah lama menyertakan ekstrak Ginkgo Biloba dalam resep
yang diberikan kepada pasien-pasiennya.
Bilobalide yang terdapat pada Ginkgo Biloba mampu
menghambat pembengkakan otak, sedangkan proanthocyanidins berfaedah
sebagai antioksidan yang bersama kandungan Ginkgo Biloba lainnya
berfungsi menurunkan tekanan darah. Khasiat Ginkgo Biloba yang meningkatkan
aliran darah juga terjadi di pembuluh darah halus atau kapiler. Dengan demikian
menurut Setiawan dalam majalah
Trubus 370 Ginkgo Biloba juga berguna untuk pengobatan pada mata, alzheimer
dan rasa dingin di jari tangan.
Sebagai salah satu
komponen isi dari pangan suplemen yang sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia, Ginkgo
Biloba sementara ini banyak
diproduksi dalam bentuk kapsul, namun Giese (1995) sudah mulai mengembangkan
pemasyarakatan Ginkgo Biloba dalam bentuk yang lain yaitu sebagai bahan
tambahan makanan (food additives) pada beverage (minuman) yang
hasilnya dikatakan baik. Pada tahun 1999, Chen dkk dari Universitas Guangxi
mencoba membuat juice yang terbuat dari mangga dan Ginkgo Biloba.
Maksud dari pembuatan juice ini adalah sebagai makanan kesehatan
(health food) dengan kemanfaatan sebagai makanan bagi penderita penyakit
jantung.
III. BAGAN ALIR PENELITIAN
Tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan alur di bawah ini:
Merumuskan masalah dan Tujuan
penelitian
Review Jurnal Penelitian dan Studi Pustaka Seleksi/uji
konsumen
Identifikasi Peubah Penelitian Desain
produk akhir
Penentuan Populasi dan Sampel
Penelitian Seleksi/uji konsumen
Pembuatan Kuesioner Pilot
Plant
Pengumpulan Data Seleksi/uji
konsumen
Konsep Produk Analisis
dan Pembahasan
Seleksi/Uji konsumen Pelaporan
Desain Produk
Gambar 3 : Bagan alir
penelitian Pengembangan produk pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba
DAFTAR PUSTAKA
Babal, K. 1992. Ginkgo Improves Circulation and Brain Function
http://www.ginkgocostcompare.com/articles/vitaminsupplement/v5010txt.html
Babcock, D.L. 1991. Managing Engineering and Technology An Introduction to Management for Engineers. Prentice-Hall
International Inc,
Best, D. 1991. Designing
New Products from a Market Perspective. dalam Food Product Development edited by Ernst
Graf and Israel Sam Saguy. Chapman
& Hal,
Boveris-AD; Puntarulo-S. 1999. Free-radical Scavenging Actions of Natural antioxidants. Journal of Nutrition-Research; 18 (9) 1545-1557
Chen-GG; Peng-ZW; Huang-SH; Liang-JJ. 1999. Development of a Mango and Ginkgo Juice. Journal of Food-Industry, 2; 8-9.
Clarke, K and Thomas, H. 1990. Technological Change
and Strategy Formulation dalam The Strategic
Management of Technological Innovation. John Wiley
& Sons,
Clarke, L. 1994. The Essence of Change (terj).
Prentice Hall International Ltd,
Clarke, A. 1999. Herbs for Health. Journal International-Food-Ingredients, 4; 95-98
Dennin, R.J. 2000. The
Global Trends of Natural Products. Makalah pada Seminar Pengembangan
Usaha & Bursa Hasil Penelitian Obat Asli
Duryatmo, S. 2000. Maraknya Pemanfaatan Suplemen Ginkgo Biloba. Trubus 370-September 2000/XXXI
Giese, J. 1995. Developments in beverage additives. Journal of Food-Technology; 49 (9); 63-65, 68-70, 72
Grolier Academic Encyclopedia. 1980. Books
9. Grolier International. USA
Hippel, E.V. 1985. Learning from Lead Users. dalam
Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran jilid 2 (terjemahan) edisi keenam.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
_____________. 1990.
Sources of Innovation.
Honglian, Shi; Niki, E. 1998. Stoichiometric and kinetic studies on Ginkgo biloba extract and related antioxidants. Journal of Lipids; 33 (4); 365-370
Jewson, D. 1991. Consumer Research dalam Food Product Development, from concept to the
marketplace .
Kotler, P. 1993. Manajemen
Pemasaran jilid 2 (terj) edisi ke-6. Penerbit Erlangga,
Maier, H. K; Landahn, D; Schilcher, H
(ed.). Phillipson, JD (ed.).
Loew, D. 1993. Effectiveness of
Ginkgo-biloba Special-extract in Patients after Subarachnoid Hemorrhage and Aneurysm Surgery Suffering from
Cerebral Insufficiency. First world congress on
medicinal and aromatic plants for human welfare (WOCMAP),
O'neill, M.A; McKenna, M.A; Fitz, F; Cooper, C.P; Cooper, C.P (ed.); Lockwood, A. 1994. Factors Affecting Future Menu Compilation. Progress-in-tourism,-recreation-and-hospitality-management, Volume 6; 164-174
Pawitra, T. 1993.
Manajemen di Indonesia : Beberapa Isu Kontemporer. LPFE UI,
Peleg, M. 1994. Darwinian Evolution Patterns in Food Products. Food Science and Nutrition, 2(34); 95-108.
Petkov, VD. Kehayov, R.
Belcheva, S. Konstantinova, E. Petkov, VV. Getova,
D. dan Markovska,
V. 1993. Memory effects of standardized extracts of Panax
ginseng (G115), Ginkgo biloba (GK 501) and their
combination Gincosan R (PHL-00701). Planta-Medica, 2(59); 106-114.
Purnomo, S.H dan
Zulkieflimansyah. 1999. Manajemen Strategi, Sebuah Konsep Pengantar. LPFE UI,
Jakarta.
Rapin, J.R; Lamproglou, I; Drieu, K; DeFeudis, F.V. 1994. Demonstration of the "anti-stress" activity of an extract of Ginkgo biloba (EGb 761) using a discrimination learning technique. General-Pharmacology,5(25); 1009-1016
Saguy, I. S dan Howard R. Moskowitz. 1999. Integrating the Consumer into New Product Development. Food Technologym, 8(53); 68-73.
Shen, J.G, Zhou, D.Y. 1995. Efficiency of Ginkgo biloba extract (EGb 761) in antioxidant protection against myocardial ischemia and reperfusion injury. Biochemistry-and-Molecular-Biology-International, 1(35); 125-134
Stahl, M.J and D.W. Grigsby. 1992. Strategic
Management for Decision Making. PWS-KENT Publishing Company,
Taufik, T.A. 1996. Pengembangan Produk dengan "Concurrent Engineering". Usahawan, 08(XXV) Agustus.
Urban, G.L and Hauser, J.R. 1993. Design and Marketing of New Product, second edition.
PRENTICE HALL,
Watson, G.H. 1997. Strategic Benchmarking (terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Willard ,T. 1995. Ginkgo Biloba-Good for the Brain, and More!
http://www.ginkgocostcompare.com/articles/vitaminsupplement/v5010txt.html