Re-edited
Copyright © 2000 Herien Puspitawati
Makalah Falsafah
Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
PERILAKU
KENAKALAN REMAJA:
Pengaruh Lingkungan Keluarga dan/atau
Lingkungan Teman?
(Bagian dari Draft Proposal Disertasi)
Oleh:
HERIEN PUSPITAWATI
Nrp. 995135
herien_puspitawati@email.com
Dalam
kurun waktu kurang dari dasawarsa terakhir, kenakalan remaja semakin
menunjukkan trend yang amat memprihatinkan.
Kenakalan remaja yang diberitakan dalam berbagai forum dan media
dianggap semakin membahayakan. Berbagai
macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir ini seperti perkelahian
secara perorangan atau kelompok, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,
perampokan, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti narkotik
(narkoba).
Kenakalan
remaja diartikan sebagai suatu outcome
dari suatu proses yang menunjukkan penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran
terhadap norma-norma yang ada. Kenakalan
remaja disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor pribadi, faktor keluarga
yang merupakan lingkungan utama (Willis, 1994), maupun faktor lingkungan
sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang anak (Mulyono,
1995).
Remaja
merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan
generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih
baik. Dengan adanya program pendidikan
tingkat dasar, menengah dan tingkat tinggi diharapkan dapat menghasilkan
sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi.
Namun sayangnya dalam dasawarsa terakhir ini kenyataan menunjukkan hal
yang berbeda. Banyak data dan informasi
tentang tingkat kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan kekerasan dan
melanggar hukum. Khusus untuk kasus
kenakalan remaja yang menjurus pada tindakan kriminal dan penggunaan narkoba
sangat membutuhkan penelitian yang mendalam agar di dapat suatu gambaran yang
jelas bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah kenakalan remaja
tersebut.
Mengingat
semakin besarnya masalah yang dihadapi oleh anak-anak remaja, maka studi ini
secara umum bertujuan untuk menganalisa keterkaitan antara faktor-faktor
lingkungan di dalam keluarga, lingkungan sosial dan perilaku antisosial remaja
yang menyangkut kenakalan, kekerasan, perkelahian dan penggunaan narkoba. Secara khusus,
studi ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui kharakteristik remaja yang meliputi
usia, jenis kelamin, harapan, kebiasaan hidup dan personality
2.
Mengetahui kharakteristik keluarga yang
meliputi umur, pendidikan dan pendapatan orang tua serta besar keluarga
3.
Mengetahui lingkungan teman bermain
baik berupa dukungan sosial, pengaruh positif atau negatif
4.
Mengetahui pola asuh orang tua terhadap
remaja dan komunikasi antar anggota dalam keluarga serta faktor-faktor yang
berkaitan dengan pola asuh dan komunikasi tersebut
5.
Mengetahui kecenderungan perilaku
kenakalan remaja (apakah tergolong kategori kekerasan atau kenakalan
kriminal/narkoba)
6.
Menganalisa secara global model
keterkaitan faktor-faktor yang berpengaruh pada kenakalan remaja (baik pengaruh
langsung maupun tidak langsung) dengan menggunakan pendekatan metoda Structural Equation Modeling (SEM)
7. Menganalisa pegaruh
kenakalan remaja pada prestasi belajar
remaja (dengan penggunaan analisa multi-report)
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi semua pihak yang memperhatikan kaum remaja sebagai penerus bangsa, baik itu pihak pendidikan nasional, para orang tua maupun masyarakat luas.
Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan kuaitas negara di masa yang akan datang sepertinya bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Perilaku nakal di kalangan remaja saat
ini cenderung mencapai titik kritis. Hal
ini terbukti dari pemberitaan di Republika tahun 1999 tentang pelajar yang
sering menggunakan obat-obat terlarang (seperti pil BK, megadon dan ecstasy),
melakukan pergaulan bebas dan mabuk-mabukan (Republika 16 April, 1999). Digambarkan pula bahwa remaja pada saat ini
lebih suka jalan-jalan di mal, kebut-kebutan di jalan raya dan tawuran antar
pelajar. Frekuensi tawuran meningkat
tajam dari 93 kasus pada tahun 1995/1996 menjadi 230 kasus pada tahun 1999
(Kompas, 23 Februari,1999).
Berdasarkan
data dari Polres Jakarta Pusat, tahun 1997 bentuk-bentuk kenakalan remaja yang
tercatat adalah perkelahian remaja baik perseorangan maupun kelompok ( sebanyak
164 kasus), membawa senjata tajam (I orang tersangka), pengrusakan bus (10
kasus), pemerasan (3 orang tersangka), pencurian dengan kekerasan (2 orang
tersangka), penyalahgunaan narkotik dan obat-obat terlarang (11 tersangka) dan
kasus pengeroyokan hingga meninggal (8 orang tersangka).
Indikator-indikator
dari kenakalan remaja yang selama ini diteliti adalah (1) melarikan diri dari
rumah, (2) mabuk di tempat umum, (3) mencuri (mengutil) dari toko, (4) secara
sengaja merusak benda milik orang lain, (5) diciduk oleh polisi, (6) diadili di
pengadilan, dan (7) melakukan 6 kali atau lebih kegiatan kriminal dalam tahun
terakhir. Apabila diihat dari tingkatan
kenakalan remaja, maka indikator ke- 4 termasuk indikator keterlibatan bentuk
pelanggaran minor, indikator ke-5 dan 6 termasuk indikator keterlibatan
perilaku antisosial yang lebih serius, sedangkan , indikator ke-7 termasuk
indikator keterlibatan masalah pelanggaran persisten (Simon, 1996).
Indikator-indikator
kenakalan remaja yang pernah diuji di beberapa Sekolah Menengah Umum (SMU) di
Jakarta adalah meliputi 30 pertanyaan yang terbagi dalam 2(dua) tingkatan
yaitu: (1) tingkatan kenakalan remaja umum yang meliputi 13 pernyataan seperti
pulang sekolah larut malam, membaca buku porno, nonton film porno, tidak bayar
SPP, menyontek, menganggu orang lewat, tidak mengerjakan PR, membolos,
berkelahi dengan saudara, berbohong, memalsu tanda tangan, membuat guru marah,
dan bertengkar, (2) tingkatan kenakalan remaja kriminal yang meliputi 17
pernyataan seperti perbuatan iseng negatif, terlibat pelacuran, membawa benda
yang membahayakan,masuk dalam gang, tawuran, terlibat pencurian, merusak barang
orang lain, menggunakan narkoba, minum minuman keras, berpesta pora semalaman,
menyerang orang lain, menganiaya orang, hubungan sex di luar batas,
bermabuk-mabukan, ditahan polisi, berjudi, dan menggunakan alat pencegah
kehamilan. Berdasarkan uji keterkaitan
internal (internal consistency) antar
variabel diketahui bahwa reliability Alpha adalah 0.89 untuk tingkat kenakalan
remaja umum dan 0.72 untuk tingkat kenakalan remaja kriminal (Mardiah, 1999).
Berbagai
macam faktor yang berpengaruh pada kenakalan remaja, yaitu faktor keluarga
(seperti kedekatan hubungan orang tua – anak, gaya pengasuhan orang tua, pola
disiplin orang tua, serta pola komunikasi dalam keluarga) dan faktor lain di
luar keluarga ( seperti hubungan dengan kelompok bermain atau ‘peer group’,
ketersediaan berbagai sarana seperti gedung bioskop, diskotik, tempat-tempat
hiburan, televisi, VCD, internet, akses kepada obat-obat terlarang dan
buku-buku porno serta minuman beralkohol) (Gunarsa dan Gunarsa, 1995).
Hampir sama
dengan argumen sebelumnya, dinyatakan bahwa perilaku antisosial remaja yang
meliputi kenakalan dan kekerasan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yaitu: pola asuh orang tua yang cenderung kasar/keras, tekanan ekonomi keluarga
yang tinggi, rendahnya dukungan dan dorongan dari orangtua, dan tingginya
keeratan hubungan dengan teman bermain yang juga nakal. Lebih detil lagi juga diungkapkan bahwa
perilaku dan perasaan jahat/kasar juga dipengaruhi oleh tindakan ayahnya yang
kasar dan/ atau tindakan ibunya yang kasar.
Selanjutnya dijelaskan bahwa variabel kualitas pola asuh baik ayah
maupun ibu merupakan variabel penengah (mediator) dari hubungan antara struktur
keluarga dan perilaku kenakalan remaja (Conger dan Elder (1996); Simon, 1996).
Faktor
struktur keluarga juga berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Diketahui bahwa keluarga dengan orang tua
cerai mempunyai resiko kenakalan remaja yang lebih besar dibandingkan dengan
keluarga yang orang tuanya tidak harmonis.
Disamping itu juga dihasilkan bukti yang kuat adanya perbedaan gender
dalam perilaku kenakalan remaja yang menunjukkan bahwa remaja pria cenderung
lebih nakal dibandingkan dengan remaja wanita.
Ditambahkan pula adanya bukti dari studi longitudinal bahwa ada
kesinambungan dalam perilaku kenakalan dimana perilaku nakal dapat berlangsung
antar generasi (Simon, 1996).
Disimpulkan
dari berbagai penelitian bahwa pola komunikasi yang demokratis dan frekuensi
komunikasi yag tinggi berhubungan erat dengan rendahnya tingkat kenakalan
remaja (Mardiah, 1999; Cahyaningsih, 1999; Pulungan, 1993), gaya pengasuhan
yang otoriter dan permissive mendorong anaknya untuk bertingkah laku nakal
(Cahyaningsih, 1999).
Pendekatan
teoritis yang melatarbelakangi studi kenakalan remaja ini adalah:
1.
Teori Sistem yang menyatakan bahwa
sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling tergantung antara satu dengan
yang lain (Klein dan White, 1996). Dalam
studi ini digunakan logika berfikir secara teori sistem bahwa keluarga tediri
dari anggota-anggota keluarga yang saling berpengaruh satu dengan yang
lain. Kenakalan remaja adalah merupakan
suatu output dari suatu proses hubungan antara anggota keluarga
2.
Teori Pertukaran Sosial yang menyatakan
bahwa sesama individu dapat saling bertukar baik berupa materi maupun non
materi (Klein dan White, 1996). Dalam
studi ini digunakan logika berfikir bahwa antar anggota keluarga saling memberi
dan menerima sesuatu, begitu pula dengan para remaja dengan teman
bermainnya. Dengan demikian kenakalan
remaja adalah output dari sebuah hasil pertukaran sosial antar individu.
Berdasarkan
telaahan dari studi pustaka tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kenakalan remaja, maka Gambar 1 berikut ini merupakan model konseptual yang
diajukan dari studi ini. Gambar 1 menyajikan
beberapa hal, yaitu:
1.
Perilaku Kenakalan remaja dipengaruhi
oleh 3 hal yaitu
§
Kharakteristik pribadi anak (path a)
(sesuai dengan pendapat dari Simon, 1996; Willis 1994)
§
Kharakteristik keluarga melalui
mediator pola asuh dan komunikasi keluarga (path c, d, f, g, dan h) (sesuai
dengan pendapat Conger & Elder, 1996; Simon, 1996; Gunarsa & Gunarsa,
1995; Mardiah, 1999; Cahyaningsih, 1999; Willis 1994).
§
Lingkungan teman bermain
(path e) (sesuai dengan pendapat Conger & Elder, 1996; Simon, 1996; Mulyono, 1995)
2. Dalam studi ini peneliti mengajukan
hipotesa bahwa pola asuh orang
tua terhadap remaja disamping dipengaruhi kharakteristik keluarga juga dipengaruhi
oleh kharakteristik remaja itu sendiri
(path b).
Kerangka pemikiran
yang tersaji pada Gambar 1 telah mengakomodasi semua tujuan khusus yang tertera di atas,
seperti:
§
Tujuan khusus nomor
1 dicerminkan oleh Box A
§
Tujuan khusus nomor 2 dicerminkan oleh
Box B
§
Tujuan khusus nomor 3 dicerminkan oleh
Box C
§
Tujuan khusus nomor 4 dicerminkan oleh
Box D dan E; Path b, c, d, dan f
§
Tujuan khusus nomor 5 dicerminkan oleh
Box F
§
Tujuan khusus nomor
6 dicerminkan oleh Path a -
h
§
Tujuan khusus nomor 7 dicerminkan oleh
Box F dan G; Path i
Rencananya
penelitian akan dilakukan di 5 (lima) Sekolah Menengah Umum (SMU) baik Negeri
maupun swasta di Kota Madya Dati II Bogor.
SMU yang akan dipilih berdasarkan informasi dari Polresta Bogor mengenai
ranking rekor tawuran dan kasus narkoba.
Pengambilan data direncanakan dilakukan selama 4 bulan, yaitu bulan Juni
sampai September 2001.
Pertama
kali dikumpulkan data sekunder dari catatan Polresta Bogor tentang SMU yang
bermasalah. Dari sejumlah SMU yang
bermasalah tersebut kemudian dipilih 5 SMU yag paling bermasalah. Pada masing-masing SMU tersebut kemudian
dipilih 4-5 kelas dari siswa kelas 3.
Pertimbangan memilih kelas 3 adalah dengan logika bahwa siswa kelas 3
adalah yang tertua dan kemungkinan besar pernah melakukan perilaku
antisosial. Diperkirakan jumlah sampel
adalah 200 siswa tiap sekolah, dan jumlah sampel total adalah 1000 siswa.
Data
yang diambil meliputi data sekunder dan data primer. Data Sekunder meliputi:
§
Data Potensi Konflik dan kenakalan
remaja di Bogor (dari Catatan Polresta Bogor)
§
Data
para siswa contoh di masing-masing
SMU
§
Data Nilai Raport dari masing-masing
siswa contoh di masing-masing SMU
§
Data Kenakalan siswa contoh di
masing-masing SMU
Data Primer meliputi:
§
Kharakteristik Siswa contoh
yang meliputi umur (tahun), jenis kelamin,
urutan anak dalam keluarga, personality masing-masing siswa dengan menggunakan test BEM (dari 15 pertanyaan), kebiasaan hidup, dan kebiasaan belajar
§
Kharakteristik Keluarga Contoh
yang meliputi umur orang tua, pendidikan
orang tua, besar keluarga, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga
§
Lingkungan Teman Bermain
Contoh yang meliputi siapa teman-teman dekat remaja Contoh,
bentuk dukungan sosial yang diberikan, tingkt keeratan hubungan, kegitan-kegiatan yang dilakukan bersama
§
Pola Pengasuhan Orang Tua Contoh, baik
ayah, maupun ibunya apakah cenderung demokratis atau otoriter, dan apakah
cenderung konsisten atau tidak konsisten
§
Komunikasi Keluarga meliputi
pola komunikasi terbuka atau tertutup
antara sesama orang tua dan
antara orang tua dan anak
§
Perilaku kenakalan remaja
yang terdiri dari berbagai pertanyaan yang menyangkut pertanyaan-pertanyaan untuk perilaku kekerasan/kekasaran dan pertanyaan-pertanyaan untuk perilaku kriminal dan penggunaan narkoba/minuman keras
§
Prestasi belajar yang terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan penghargaan sekolah, penghargaan orang tua dan penghargaan
teman.
Untuk kasus-kasus
tertentu yang sangat menarik akan
dilakukan ‘indept studi’ atau studi yang mendalam dengan cara mengadakan
wawancara tambahan (partly-qualitative research).
Data
yang terkumpul kemudian diberi skor sesuai dengan tingkatan masalahnya. Analisa yang akan dipergunakan dalam studi ini
adalah:
§
Uji Faktor Analisis yang digunakan
untuk mengklasifikasikan indikator-indikator pola asuh, pola komunikasi, dan
kenakalan remaja (menggunakan Program SPSS)
§
Uji Regresi Linear Berganda (dengan
Program SPSS) yang digunakan untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh dan
faktor-faktor yang berinteraksi pada:
§
Pola
Asuh
§
Pola
Komunikasi
§
Kenakalan Remaja
§
Prestasi Belajar
§
Uji
Structural Equation Modelling (SEM) yang digunakan untuk menguji Model Empiris 1 dan Model Empiris 2 (menggunakan Program LISREL)
Cahyaningsih, N. 1999. Persepsi Remaja Terhadap Gaya Pengasuhan
Orang Tua dan Hubungannya Dengan Kenakalan Remaja SMU di Jakarta Pusat. Skripsi
S1. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian
Conger, R.D.
& Elder, G.H. 1994. Families
in Troubled Times: Adapting to Change in
Rural
Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.
1995. Psikologi Praktis: Anak,
Remaja dan Keluarga. PT BPK Gunung
Mulia.
Klein &
White. 1996. Family Theories. Mc Millan.
Mardiah. 1999. Hubungan Interaksi Antara Orang Tua dan
Anak dengan Kenakalan Remaja. Skripsi
S1. Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian
Bogor.
Mulyono, B. 1995. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya. Kanisius,
Jogyakarta.
Pulungan, W. 1993. Pola Asuh Orangtua dengan Kecenderungan
Tingkah Laku Pro-Sosial pada Remaja.
Thesis yang tidak dipublikasikan.
Fakultas Psikologi UI, Jakarta.
Simon, R.I. 1996. Understanding
Differences Between Divorced and Intact Families. Sage
Publications.
Willis, S. 1994. Problema Remaja dan Pemecahannya. Penerbit
Angkasa,