PERILAKU KENAKALAN REMAJA:

 

Re-edited  20 December, 2000

 

Copyright © 2000 Herien Puspitawati    

Makalah  Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:  Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

 

 

 

 

PERILAKU KENAKALAN REMAJA: 

Pengaruh Lingkungan Keluarga dan/atau Lingkungan Teman?

 

(Bagian dari Draft Proposal Disertasi)

 

Oleh:

 

HERIEN PUSPITAWATI

Nrp.  995135

herien_puspitawati@email.com


 

 


 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

            Dalam kurun waktu kurang dari dasawarsa terakhir, kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang amat memprihatinkan.  Kenakalan remaja yang diberitakan dalam berbagai forum dan media dianggap semakin membahayakan.  Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, perampokan, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti narkotik (narkoba).

            Kenakalan remaja diartikan sebagai suatu outcome dari suatu proses yang menunjukkan penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran terhadap norma-norma yang ada.  Kenakalan remaja disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama (Willis, 1994), maupun faktor lingkungan sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang anak (Mulyono, 1995).

Perumusan Masalah

            Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik.  Dengan adanya program pendidikan tingkat dasar, menengah dan tingkat tinggi diharapkan dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi.  Namun sayangnya dalam dasawarsa terakhir ini kenyataan menunjukkan hal yang berbeda.  Banyak data dan informasi tentang tingkat kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan kekerasan dan melanggar hukum.  Khusus untuk kasus kenakalan remaja yang menjurus pada tindakan kriminal dan penggunaan narkoba sangat membutuhkan penelitian yang mendalam agar di dapat suatu gambaran yang jelas bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah kenakalan remaja tersebut.

 

Tujuan dan Kegunaan

            Mengingat semakin besarnya masalah yang dihadapi oleh anak-anak remaja, maka studi ini secara umum bertujuan untuk menganalisa keterkaitan antara faktor-faktor lingkungan di dalam keluarga, lingkungan sosial dan perilaku antisosial remaja yang menyangkut kenakalan, kekerasan, perkelahian dan penggunaan narkoba.  Secara khusus, studi ini bertujuan untuk:

1.      Mengetahui kharakteristik remaja yang meliputi usia, jenis kelamin, harapan, kebiasaan hidup dan personality

2.      Mengetahui kharakteristik keluarga yang meliputi umur, pendidikan dan pendapatan orang tua serta besar keluarga

3.      Mengetahui lingkungan teman bermain baik berupa dukungan sosial, pengaruh positif atau negatif

4.      Mengetahui pola asuh orang tua terhadap remaja dan komunikasi antar anggota dalam keluarga serta faktor-faktor yang berkaitan dengan pola asuh dan komunikasi tersebut

5.      Mengetahui kecenderungan perilaku kenakalan remaja (apakah tergolong kategori kekerasan atau kenakalan kriminal/narkoba)

6.      Menganalisa secara global model keterkaitan faktor-faktor yang berpengaruh pada kenakalan remaja (baik pengaruh langsung maupun tidak langsung) dengan menggunakan pendekatan metoda Structural Equation Modeling (SEM)

7.      Menganalisa pegaruh kenakalan remaja pada prestasi belajar remaja (dengan penggunaan analisa multi-report)

 

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi semua pihak yang memperhatikan kaum remaja sebagai penerus bangsa, baik itu pihak pendidikan nasional, para orang tua maupun masyarakat luas.

 

TINJAUAN PUSTAKA

            Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan kuaitas negara di masa yang akan datang sepertinya bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.  Perilaku nakal di kalangan remaja saat ini cenderung mencapai titik kritis.  Hal ini terbukti dari pemberitaan di Republika tahun 1999 tentang pelajar yang sering menggunakan obat-obat terlarang (seperti pil BK, megadon dan ecstasy), melakukan pergaulan bebas dan mabuk-mabukan (Republika 16 April, 1999).  Digambarkan pula bahwa remaja pada saat ini lebih suka jalan-jalan di mal, kebut-kebutan di jalan raya dan tawuran antar pelajar.  Frekuensi tawuran meningkat tajam dari 93 kasus pada tahun 1995/1996 menjadi 230 kasus pada tahun 1999 (Kompas, 23 Februari,1999).

            Berdasarkan data dari Polres Jakarta Pusat, tahun 1997 bentuk-bentuk kenakalan remaja yang tercatat adalah perkelahian remaja baik perseorangan maupun kelompok ( sebanyak 164 kasus), membawa senjata tajam (I orang tersangka), pengrusakan bus (10 kasus), pemerasan (3 orang tersangka), pencurian dengan kekerasan (2 orang tersangka), penyalahgunaan narkotik dan obat-obat terlarang (11 tersangka) dan kasus pengeroyokan hingga meninggal (8 orang tersangka). 

Indikator-indikator dari kenakalan remaja yang selama ini diteliti adalah (1) melarikan diri dari rumah, (2) mabuk di tempat umum, (3) mencuri (mengutil) dari toko, (4) secara sengaja merusak benda milik orang lain, (5) diciduk oleh polisi, (6) diadili di pengadilan, dan (7) melakukan 6 kali atau lebih kegiatan kriminal dalam tahun terakhir.  Apabila diihat dari tingkatan kenakalan remaja, maka indikator ke- 4 termasuk indikator keterlibatan bentuk pelanggaran minor, indikator ke-5 dan 6 termasuk indikator keterlibatan perilaku antisosial yang lebih serius, sedangkan , indikator ke-7 termasuk indikator keterlibatan masalah pelanggaran persisten (Simon, 1996).

            Indikator-indikator kenakalan remaja yang pernah diuji di beberapa Sekolah Menengah Umum (SMU) di Jakarta adalah meliputi 30 pertanyaan yang terbagi dalam 2(dua) tingkatan yaitu: (1) tingkatan kenakalan remaja umum yang meliputi 13 pernyataan seperti pulang sekolah larut malam, membaca buku porno, nonton film porno, tidak bayar SPP, menyontek, menganggu orang lewat, tidak mengerjakan PR, membolos, berkelahi dengan saudara, berbohong, memalsu tanda tangan, membuat guru marah, dan bertengkar, (2) tingkatan kenakalan remaja kriminal yang meliputi 17 pernyataan seperti perbuatan iseng negatif, terlibat pelacuran, membawa benda yang membahayakan,masuk dalam gang, tawuran, terlibat pencurian, merusak barang orang lain, menggunakan narkoba, minum minuman keras, berpesta pora semalaman, menyerang orang lain, menganiaya orang, hubungan sex di luar batas, bermabuk-mabukan, ditahan polisi, berjudi, dan menggunakan alat pencegah kehamilan.  Berdasarkan uji keterkaitan internal (internal consistency) antar variabel diketahui bahwa reliability Alpha adalah 0.89 untuk tingkat kenakalan remaja umum dan 0.72 untuk tingkat kenakalan remaja kriminal (Mardiah, 1999).

            Berbagai macam faktor yang berpengaruh pada kenakalan remaja, yaitu faktor keluarga (seperti kedekatan hubungan orang tua – anak, gaya pengasuhan orang tua, pola disiplin orang tua, serta pola komunikasi dalam keluarga) dan faktor lain di luar keluarga ( seperti hubungan dengan kelompok bermain atau ‘peer group’, ketersediaan berbagai sarana seperti gedung bioskop, diskotik, tempat-tempat hiburan, televisi, VCD, internet, akses kepada obat-obat terlarang dan buku-buku porno serta minuman beralkohol) (Gunarsa dan Gunarsa, 1995). 

Hampir sama dengan argumen sebelumnya, dinyatakan bahwa perilaku antisosial remaja yang meliputi kenakalan dan kekerasan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: pola asuh orang tua yang cenderung kasar/keras, tekanan ekonomi keluarga yang tinggi, rendahnya dukungan dan dorongan dari orangtua, dan tingginya keeratan hubungan dengan teman bermain yang juga nakal.  Lebih detil lagi juga diungkapkan bahwa perilaku dan perasaan jahat/kasar juga dipengaruhi oleh tindakan ayahnya yang kasar dan/ atau tindakan ibunya yang kasar.  Selanjutnya dijelaskan bahwa variabel kualitas pola asuh baik ayah maupun ibu merupakan variabel penengah (mediator) dari hubungan antara struktur keluarga dan perilaku kenakalan remaja (Conger dan Elder (1996); Simon, 1996).

            Faktor struktur keluarga juga berpengaruh terhadap kenakalan remaja.  Diketahui bahwa keluarga dengan orang tua cerai mempunyai resiko kenakalan remaja yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang orang tuanya tidak harmonis.  Disamping itu juga dihasilkan bukti yang kuat adanya perbedaan gender dalam perilaku kenakalan remaja yang menunjukkan bahwa remaja pria cenderung lebih nakal dibandingkan dengan remaja wanita.  Ditambahkan pula adanya bukti dari studi longitudinal bahwa ada kesinambungan dalam perilaku kenakalan dimana perilaku nakal dapat berlangsung antar generasi (Simon, 1996).

            Disimpulkan dari berbagai penelitian bahwa pola komunikasi yang demokratis dan frekuensi komunikasi yag tinggi berhubungan erat dengan rendahnya tingkat kenakalan remaja (Mardiah, 1999; Cahyaningsih, 1999; Pulungan, 1993), gaya pengasuhan yang otoriter dan permissive mendorong anaknya untuk bertingkah laku nakal (Cahyaningsih, 1999).

 

KERANGKA PEMIKIRAN

            Pendekatan teoritis yang melatarbelakangi studi kenakalan remaja ini adalah:

1.      Teori Sistem yang menyatakan bahwa sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling tergantung antara satu dengan yang lain (Klein dan White, 1996).  Dalam studi ini digunakan logika berfikir secara teori sistem bahwa keluarga tediri dari anggota-anggota keluarga yang saling berpengaruh satu dengan yang lain.  Kenakalan remaja adalah merupakan suatu output dari suatu proses hubungan antara anggota keluarga

2.      Teori Pertukaran Sosial yang menyatakan bahwa sesama individu dapat saling bertukar baik berupa materi maupun non materi (Klein dan White, 1996).  Dalam studi ini digunakan logika berfikir bahwa antar anggota keluarga saling memberi dan menerima sesuatu, begitu pula dengan para remaja dengan teman bermainnya.  Dengan demikian kenakalan remaja adalah output dari sebuah hasil pertukaran sosial antar individu.

 

Berdasarkan telaahan dari studi pustaka tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kenakalan remaja, maka Gambar 1 berikut ini merupakan model konseptual yang diajukan dari studi ini.  Gambar 1 menyajikan beberapa hal, yaitu: 

1.      Perilaku Kenakalan remaja dipengaruhi oleh 3 hal yaitu

§         Kharakteristik pribadi anak (path a) (sesuai dengan pendapat dari Simon, 1996; Willis 1994)

§         Kharakteristik keluarga melalui mediator pola asuh dan komunikasi keluarga (path c, d, f, g, dan h) (sesuai dengan pendapat Conger & Elder, 1996; Simon, 1996; Gunarsa & Gunarsa, 1995; Mardiah, 1999; Cahyaningsih, 1999; Willis 1994).

§         Lingkungan teman bermain (path e) (sesuai dengan pendapat Conger & Elder, 1996; Simon, 1996; Mulyono, 1995)

2.      Dalam studi ini peneliti mengajukan hipotesa bahwa pola asuh orang tua terhadap remaja disamping dipengaruhi kharakteristik keluarga juga dipengaruhi oleh kharakteristik remaja itu sendiri (path b). 

 

Kerangka pemikiran yang tersaji pada Gambar 1 telah mengakomodasi semua tujuan khusus yang tertera di atas, seperti:

§         Tujuan khusus nomor 1 dicerminkan oleh Box A

§         Tujuan khusus nomor 2 dicerminkan oleh Box B

§         Tujuan khusus nomor 3 dicerminkan oleh Box C

§         Tujuan khusus nomor 4 dicerminkan oleh Box D dan E; Path b, c, d, dan f

§         Tujuan khusus nomor 5 dicerminkan oleh Box F

§         Tujuan khusus nomor 6 dicerminkan oleh Path a - h

§         Tujuan khusus nomor 7 dicerminkan oleh Box F dan G; Path i

 

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Rencananya penelitian akan dilakukan di 5 (lima) Sekolah Menengah Umum (SMU) baik Negeri maupun swasta di Kota Madya Dati II Bogor.  SMU yang akan dipilih berdasarkan informasi dari Polresta Bogor mengenai ranking rekor tawuran dan kasus narkoba.  Pengambilan data direncanakan dilakukan selama 4 bulan, yaitu bulan Juni sampai September 2001.

Cara Pemilihan Contoh

            Pertama kali dikumpulkan data sekunder dari catatan Polresta Bogor tentang SMU yang bermasalah.  Dari sejumlah SMU yang bermasalah tersebut kemudian dipilih 5 SMU yag paling bermasalah.  Pada masing-masing SMU tersebut kemudian dipilih 4-5 kelas dari siswa kelas 3.  Pertimbangan memilih kelas 3 adalah dengan logika bahwa siswa kelas 3 adalah yang tertua dan kemungkinan besar pernah melakukan perilaku antisosial.  Diperkirakan jumlah sampel adalah 200 siswa tiap sekolah, dan jumlah sampel total adalah 1000 siswa.

Jenis dan Cara pengambilan Data

            Data yang diambil meliputi data sekunder dan data primer.  Data Sekunder meliputi:

§         Data Potensi Konflik dan kenakalan remaja di Bogor (dari Catatan Polresta Bogor)

§         Data para siswa contoh di masing-masing SMU

§         Data Nilai Raport dari masing-masing siswa contoh di masing-masing SMU

§         Data Kenakalan siswa contoh di masing-masing SMU

Data Primer meliputi:

§         Kharakteristik Siswa contoh yang meliputi umur (tahun), jenis kelamin, urutan anak dalam keluarga, personality masing-masing siswa dengan menggunakan test BEM (dari 15 pertanyaan), kebiasaan hidup, dan kebiasaan belajar

§         Kharakteristik Keluarga Contoh yang meliputi umur orang tua, pendidikan orang tua, besar keluarga, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga

§         Lingkungan Teman Bermain Contoh yang meliputi siapa teman-teman dekat remaja Contoh, bentuk dukungan sosial yang diberikan, tingkt keeratan hubungan, kegitan-kegiatan yang dilakukan bersama

§         Pola Pengasuhan Orang Tua Contoh, baik ayah, maupun ibunya apakah cenderung demokratis atau otoriter, dan apakah cenderung konsisten atau tidak konsisten

§         Komunikasi Keluarga meliputi pola komunikasi terbuka atau tertutup antara sesama orang tua dan antara orang tua dan anak

§         Perilaku kenakalan remaja yang terdiri dari berbagai pertanyaan yang menyangkut pertanyaan-pertanyaan untuk perilaku kekerasan/kekasaran dan pertanyaan-pertanyaan untuk perilaku kriminal dan penggunaan narkoba/minuman keras

§         Prestasi belajar yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penghargaan sekolah, penghargaan orang tua dan penghargaan teman.

Untuk kasus-kasus tertentu yang sangat menarik akan dilakukanindept studiatau studi yang mendalam dengan cara mengadakan wawancara tambahan (partly-qualitative research).

 

Pengolahan dan Analisa Data

            Data yang terkumpul kemudian diberi skor sesuai dengan tingkatan masalahnya.  Analisa yang akan dipergunakan dalam studi ini adalah:

§         Uji Faktor Analisis yang digunakan untuk mengklasifikasikan indikator-indikator pola asuh, pola komunikasi, dan kenakalan remaja (menggunakan Program SPSS)

§         Uji Regresi Linear Berganda (dengan Program SPSS) yang digunakan untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh dan faktor-faktor yang berinteraksi pada:

 

§         Pola Asuh

§         Pola Komunikasi

§         Kenakalan Remaja

§         Prestasi Belajar

§         Uji Structural Equation Modelling (SEM) yang digunakan untuk menguji Model Empiris 1 dan Model Empiris 2 (menggunakan Program LISREL)

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Cahyaningsih, N.  1999.  Persepsi Remaja Terhadap Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Hubungannya Dengan Kenakalan Remaja SMU di Jakarta Pusat.  Skripsi S1.  Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.  Institut Pertanian Bogor.

 

Conger, R.D. & Elder, G.H.  1994.  Families in Troubled Times:  Adapting to Change in Rural America.  Aldine De Gruyter.  New York.

 

Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.  1995.  Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.  PT BPK Gunung Mulia.  Jakarta.

 

Klein  & White. 1996.  Family Theories.  Mc Millan.

 

Mardiah.  1999.  Hubungan Interaksi Antara Orang Tua dan Anak dengan Kenakalan Remaja.  Skripsi S1.  Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.  Institut Pertanian Bogor.

 

Mulyono, B.  1995.  Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya.  Kanisius, Jogyakarta.

 

Pulungan, W.  1993.  Pola Asuh Orangtua dengan Kecenderungan Tingkah Laku Pro-Sosial pada Remaja.  Thesis yang tidak dipublikasikan.  Fakultas Psikologi UI, Jakarta.

 

Simon, R.I.  1996.  Understanding Differences Between Divorced and Intact Families.  Sage Publications.

 

Willis, S.  1994.  Problema Remaja dan Pemecahannya.  Penerbit Angkasa, Bandung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A.

Karakteristik Anak

 

 

 

 

 -

Jenis Kelamin

 

 

 

 

 

 -

Personality

 

 

 

 

 

(maskulin/feminin)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

       b

 

 

 

 

a

 

 

 

D. Pola Asuh

 

 

 

 

 

 

 

B

Karakteristik Keluarga

    c

 

          h

 

 

 

 

 -

Umur ortu

 

 

F.

Perilaku Kenakalan Remaja

I

G.

Prestasi Belajar

 

 

 

 -

Pendidikan ortu

 

     f

 

 

 

 

 

 

 

 -

Besar keluarga

 

 

 

 

 

 

 

 

 -

Pendapatan keluarga

    d

 

g

 

 

 

E. Komunikasi Keluarga

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

e

 

 

 

 

B

Teman Bermain

 

 

 

 

 -

Dukungan sosial

 

 

 

 

 

 

 -

Pengaruh positif /

 

 

 

 

 -

negatif

 

 

 

 

Gambar 1.

Model Konseptual Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Perilaku Kenakalan Remaja