Re-edited
Copyright ©
2000 Diana Elizabeth Waturangi
Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana
Institut
Pertanian
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C
Tarumingkeng
KERAGAMAN GENETIK SERTA UJI RESISTENSI ANTIBIOTIK Escherichia coli
YANG DIISOLASI DARI FESES Varanus spp
Oleh :
Diana Elizabeth Waturangi
99.5129/Biologi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroorganisme indigenous
dapat hidup baik pada permukaan kulit, mulut, saluran pernapasan bagian atas,
saluran kemih maupun saluran
pencernaan. Mikroflora indigenous yang
hidup dalam saluran pencernaan telah diketahui memiliki pengaruh baik secara
anatomi, fisiologi maupun perubahan imunologik terhadap inangnya (Berg,
1996). Salah satu mikroorganisme
indigenous pada saluran pencernaan hewan ialah Escherichia coli begitu pula pada Varanus.
Yogiara (1998) telah
melaporkan bahwa E.coli hasil isolasi dari mulut Varanus
menunjukkan diversitas genetik.
Diversitas genetik dari E.coli
sebagai mikroflora diduga berhubungan secara spesifik dengan inangnya.
Sekuen rRNA 16S digunakan untuk menganalisa
diversitas genetik. rRNA 16S telah banyak dimanfaatkan untuk melakukan
analisis filogeni baik pada prokariot maupun eukariot (Braun-Hoeland et al., 1992).
Bakteri yang telah
diisolasi juga diuji resistensinya terhadap beberapa antibiotik, karena bakteri
pada lingkungan alaminya menunjukkan resistensi terhadap beberapa antibiotik
(Desselberger, 1998). Selain daripada
itu bakteri yang diisolasi dari lingkungan rumah sakit seperti E.coli menunjukan multiresistensi (Neu,
1992). Limbah dari rumah sakit
mengandung bakteri enterik yang meunjukkan tingkat resistensi antibiotik yang
tinggi (Guardabassi et al.,
1998). Karena itu, deteksi serta
karakterisasi gen resistensi antibiotik menjadi sangat penting.
Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah : Melakukan isolasi, karakterisasi, uji resistensi terhadap
antibiotik serta analisa gen rRNA 16S E.coli
hasil isolasi dari feses Varanus.
Mikroflora indigenous usus tidak didapati secara
spontan pada manusia ataupun hewan yang baru lahir, beberapa mikroba berkolonisasi pada tempat
tertentu di usus selang beberapa saat setelah lahir. Mikroflora indigenous dapat diklasifikasikan
atas : Autochthonous, yaitu
mikroorganisme yang ada selama evolusi dari hewan dan biasanya ada pada semua
komunitas dari spesies hewan tertentu.
Flora normal, yaitu mikroorganisme yang didapati pada semua anggota dari
komunitas spesies hewan tertentu tapi tidak harus ada pada semua komunitas
hewan tersebut. Patogen, mikroorganisme
yang berada pada waktu tertentu dan secara normal tidak didapati pada semua
anggota dari komunitas hewan tersebut.
Mikroorganisme indigenous dapat hidup baik pada permukaan kulit, mulut,
saluran pernapasan bagian atas, saluran kemih ataupun saluran pencernaan (Berg,
1996).
E.coli merupakan mikroba komensal dan patogen yang penting yang
hidup dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Bakteri ini telah diketahui menunjukkan
resistensi terhadap beberapa antibiotik (Neu, 1992). Hal ini dapat menjadi sumber penyebaran
resistensi yang penting pada patogen lain dari manusia ataupun hewan. Gen resistensi dari bakteri yang telah
resisten terhadap antibiotik tersebut dapat disebarkan melalui feses manusia ataupun
hewan ke organisme lain di lingkungan (Dunlop et al., 1998).
Bakteri dapat bersifat
resisten terhadap antibiotik karena adanya mutasi kromosom ataupun karena
pertukaran material genetik melalui transformasi, transduksi dan konjugasi
melalui plasmid (Neu, 1992).
Faktor yang berperan dalam
perkembangan resistensi terhadap antibiotik ialah : Peningkatan ataupun
kesalahan penggunaan antibiotik dalam bidang klinik, mekanisme transformasi,
transduksi ataupun konjugasi, penggunaan tehnik deteksi molekular, penambahan
antibiotik pada pakan ternak
(Desselberger, 1998).
Pendekatan konvensional
untuk uji resistensi antibiotik didasarkan atas pertumbuhan koloni pada media
selektif dengan atau tanpa penambahan antibiotik (Siegel et al., 1974). Bagaimanapun
juga analisa profil DNA merupakan cara yang penting untuk melakukan
karakterisasi dan identifikasi gen resistensi antibiotik.
Analisis asam nukleat
merupakan metode yang terbaik untuk melakukan klasifikasi ataupun
mendeterminasi kekerabatan antar organisme.
Salah satu metode Analisis Sidik jari DNA ialah melihat sekuen rRNA 16S.
Kemampuan analisis rRNA
16S untuk membuat hubungan filogeni antar organisme telah banyak dilaporkan
(Braun-Howland et al., 1992). RNA ribosomal merupakan molekul yang telah
terevolusi diantara organisme hidup.
Molekul ini bersifat homolog baik secara fungsional ataupun evolusinya
pada organisme yang berbeda; dan merupakan molekul yang strukturnya
terkonservasi; berada dalam jumlah besar
di dalam sel sehingga mudah diisolasi dari berbagai organisme; ukuran sekuennya
cukup besar untuk dibandingkan sehingga bersifat signifikan secara statistik
(Olsen et al., 1986).
BAHAN DAN METODE
Beberapa spesies reptile
di kumpulkan dari berbagai daerah di Indonesia.
Feses dari reptile diambil dan dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2
ml larutan fisiologi NaCl 0.85%.
Isolasi E.coli dari feses reptil
Bakteri
diisolasi dan dikultivasi pada medium EMB (Eosin Metilen Blue) (Difco,
Laboratories, Michigan), sebanyak 20 ul sampel disebar pada medium tersebut dan
diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37°C. Tehnik kuadran dilakukan untuk mendapatkan
koloni tunggal lalu diinokulasi ke dalam medium EMB.
Pada
uji ini disiapkan tabung yang sudah
berisi medium MR (metil red). Bakteri diinokulasikan ke dalam tabung dan diinkubasi selama 18 jam pada suhu
37 °C.
Setelah inkubasi maka dilakukan penambahan larutan
indikator sebanyak 3-4 tetes. Hasil yang
positif ditunjukkan dengan perubahan warna medium menjadi merah artinya
terbentuk asam.
. Bakteri ditumbuhkan dalam medium Sitrat
dan diamati pertumbuhannya setelah periode inkubasi selama semalam pada suhu 37°C. Hasil uji yang positif ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan bakteri
pada medium ini, disamping adanya perubahan warna medium dari hijau menjadi
biru.
Bakteri yang telah ditumbuhkan pada medium
kaldu Tripton 1% diteteskan dengan
reagen Kovac sebanyak 10-12 tetes. Hasil
yang positif ditunjukkan dengan
terbentuknya lapisan berwarna merah di atas biakkan.
Bakteri diuji resistensinya terhadap beberapa
antibiotik dengan menggunakan tehnik cawan replika, yaitu dengan menumbuhkan
bakteri pada dua jenis medium dengan penambahan antibiotik serta medium tanpa
antibiotik lalu keduanya diinkubasi pada suhu 37°C selama 18 jam dan diamati pertumbuhan yang
terjadi.
Antibiotik yang digunakan
adalah : ampisilin 100 ug/ml, tetrasiklin 10 ug/ml, streptomisin 50 ug/ml,
kanamisin 25 ug/ml, gentamisin 20 ug/ml, trimetoprim 25 ug/ml, serta
khloramfenikol 25 ug/ml.
Gen 16S rRNA dari E.coli
hasil isolasi dari feses reptile diamplifikasi dengan PCR dengan primer
16f. Dalam tabung mikro 0.2 ml dicampur
larutan : 2.5 ul 10X bufer (Finnzyme), 0.5 ul campuran dNTP (Finnzyme) 1 ul
primer 63F; 1 ul primer 1387r, 1 ul DNA polymerase (Finnzyme), serta ddH20
hingga volume akhir mencapai 25 ul sedangkan DNA cetakan digunakan koloni
bakteri langsung. Kontrol negatif dibuat
tanpa penambahan DNA.
Siklus dilakukan sebanyak 30 kali meliputi : 94° C selama 2 menit ; 92° C selama 30 detik (denaturasi); 55° C selama 30 detik (penempelan); 75° C selama 60 detik (pemanjangan); 72° C selama 20 menit; setelah 30 siklus
suhu dipertahankan pada 4° C.
Untuk memeriksa hasil amplifikasi dilakukan
elektroforesis. 3 ul sampel DNA dicampur dengan 2 ul loading bufer lalu diinjeksikan ke dalam agarosa 1% dengan 1X bufer Tris Acetic EDTA (TAE). Elektroforesis dilakukan selam 60 menit, 100 mV
lalu diamati di bawah sinar ultraviolet.
RsaI, Sau3A, HaeIII and CfoI merupakan enzim restriksi yang digunakan untuk analisis
ini. Dalam tabung mikro dicampurkan DNA
hasil amplifikasi sebanyak 3 ul, bufer enzim restriksi 2ul, enzim restriksi 5
Unit dan sisanya ditambahkan ddH20 hingga mencapai volume total 20
ul. Inkubasi dilakukan pada suhu dan
waktu yang disesuaikan dengan kondisi aktivitas enzim.
Setelah digesti ditambahkan larutan penghenti reaksi
sebanyak 5 ul, kemudian hasilnya dianalisis dengan elektroforesis menggunakan
gel agarosa 2.5%, 45 mV.
DAFTAR PUSTAKA
Berg, R.D. 1996. The indigenous
gastrointestinal microflora. Trends Microbiol. 4:430-435.
Braun-Howland,
E.B., S.A. Danielsen, and
Brock, T.D, and M.T. Madigan. 1991. Biology of microorganism. 8th ed. Prentice-Hall,
Inc.,
Desselberger, U. 1998. Resistance to antibiotics and other antimicrobial agents. SGM Quarterly 25:94-95.
Dunlop, R.H.,
S.A. McEwen., A.H. Meek., R.C. Clarke., R.. Friendship., W.D. Black, and A.N. Sharpe. 1998.
Measurement of antimicrobial resistant Escherichia coli in pig feces with a hydrophobic grid membrane filter interpreter system.
Appl. Environ. Microbiol. 64:366-369.
Guardabassi, L., A. Petersen., J.E. Olsen, and A. Dalsgaard. 1998. Antibiotic resistance in Acinetobacter spp. Isolated from sewers receiving waste effluent from a hospital and a pharmaceutical plant. Appl. Environ. Microbiol. 64:3499-3502.
Neu,
C.H. 1992. The crisis
in antibiotic resistance. 257:1064-1072.
Siegel, D., W.G. Huber, and F. Enloe. 1974.
Continuous non-therapeutic use of antibacterial drugs in feed and drug
resistance of the gram negative enteric florae of food producing animals. Antimicrob. Agents Chemother.
6:697-701.
Walter, M.V, and J.W. Vennes. 1985. Occurrence of multiple antibiotic resistant
enteric bacteria in domestic sewage and oxidation lagoons. Appl. Environ. Microbiol.
50:930-933.
Yogiara., A. Suwanto, and W. Erdelen. 1999. Antibiotic resistance and genetic diversity
of Escherichia coli isolated from
Indonesian monitor lizard (Varanus spp). Researh report. Departement of
Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science,