PENDAHULUAN

Re-edited  20 December, 2000

 

Copyright © 2000 Rahayu Dewi S. Y. Mende  

Makalah  Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:  Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

 

 

KAJIAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN

SENYAWA BIOAKTIF BERDASARKAN KOMPOSISI ZAT GIZI SARANG BURUNG

(EDIBLE NEST/SBW) dari BURUNG WALET (Collocalia fuciphagus )

 

Oleh:

 

Rahayu Dewi S. Y. Mende

P21600004/GMSK

 

 

 

PENDAHULUAN

 

 

Latar Belakang

 

 

            Tuhan menciptakan beragam kehidupan, mulai tata surya sampai bumi yang dihuni berbagai kehidupan hayati dari materi sampai mahluk hidup yang berwujud  manusia dan hewan. Kehidupan antara manusia dan satwa di muka bumi adalah saling menguntungkan, atau sebaliknya bisa merugikan, untuk keberlangsungan kehidupan mahluk tersebut. Satwa yang hidup di muka bumi ada jenis satwa darat, air dan  udara (aviaries). Bahkan dari banyak jenis satwa aviaries  ada diantaranya memiliki Sarang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, terutama  nilai ekonominya tinggi. Satwa tersebut adalah Burung Walet dari species Collocalia Fuciphagus.

Sarang, yang memiliki nilai komersil tersebut adalah  berasal dari Burung Walet (sp. Collocalia Fuciphagus), termasuk Burung layang-layang, adalah jenis Burung satwa liar.  Burung Walet tersebut memiliki kemampuan menghasilkan "Sarang" yaitu berupa rajutan serabut-serabut transparan (brittle). Fungsi  utama dari  Sarang Burungnya adalah hanya  untuk  tempat bersarang, jadi bukan untuk  dimakan  oleh  anaknya.

Sarang Burung (Ediblenest) dari SBW (SBW)  di Indonesia sebenarnya sudah dikenal berabad-abad  (± mulai abad XVII), bahkan dalam perkembangannya lebih mengarah ke aspek ekonominya. Maka, adalah wajar jika untuk mendapatkan informasi dari aspek ilmiahnya masih minim, bahkan langka. Maka, diperlukan kajian secara  ONTOLOGI :  berupa APA? dapat dilihat dari sudut pandang METAFISIKA UMUM UNTUK HAKIKAT APA YANG DIKAJI ? lalu timbul pertanyaan apakah yang didapat dari Kajian Obyek : SBW (SBW)? Apa menfaat dari SBW? berkhasiat untuk kesehatan? memiliki nilai ekonomis untuk kesejahteraan manusia? selanjutnya dapat ditelusuri secara TELEOLOGIS (Yunani) : telos = ujung; logos = nalar). Menurut Hull (1974) dalam Nasoetion A. H., (1999), maka, keberaadaan SBW dapat ditelusuri manfaatnya karena dalam penelusurannya adalah mencari keterangan yang dapat membenarkan mengapa suatu hal bisa terjadi. Jadi, perlu secara ilmiah dilakukan suatu penelitian tentang komponen bioaktif yang terkandung dalam SBW, yakni mengkaji komponen atau senyawa, yang diduga berkhasiat bagi pemeliharaan kesehatan tubuh manusia, vitalitas, juga upaya preventif terhadap berbagai penyakit.

Kajian EPISTEMOLOGI : tentang Bagaimana? Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar, maka penentuan  kandungan  SBW secara kualitatif diantaranya dengan menggunakan  metoda  untuk analisis senyawa nonvolatil (tidak menguap) akan dilakukan dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC), juga dilakukan metode ekstraksi bertahap untuk senyawa nonpolar sampai polar yang dilanjutkan dengan purifikasi lebih lanjut dengan menggunakan teknik Solid Phase Extraction (SPE). Isolasi senyawa volatil (menguap) akan dilakukan dengan alat secara simultan (alat Likens-Nickerson), kemudian dilanjutkan dengan analisis dengan menggunakan Gaz Chromatograph Mass Spectrophotometry (GC-MS). Sedangkan untuk senyawa tertentu yang perlu dilakukan purifikasi lebih lanjut dengan menggunakan kromatografi kolom, yang dilanjutkan dengan analisis menggunakan Direct Insert Mass Spectrophotometry (DI-MS). Selanjutnya untuk kajian berbagai jenis asam amino menggunakan alat  Amino Acid Analyzer (AAA).

            Sekitar lebih dua abad ternyata perkembangan SBW di Indonesia tidak begitu dinamis, karena banyak aspek yang membatasi terutama aspek budaya. Di sini tersebar mitos bahwa SBW hanya diberikan sebagai anugerah kepada seseorang. Apabila ada seseorang yang memaksakan diri untuk berhubungan dengan SBW maka, ia akan menjumpai malapetaka dan kesengsaraan. Untuk itu diperlukan tinjauan AKSIOLOGI untuk kajian SBW, yang memiliki bobot nilai kegunaan ilmu yang memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat luas. Karena suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi. Sehingga untuk pemenuhan segala kebutuhannya dapat dilakukan dengan lebih cepat dan  lebih mudah (Suriasumantri  J. S.1985.) Lalu, antara pengkajian secara ilmiah dan SBW apakah suatu berkah, atau membawa malapetaka atau kesengsaraan?

 

 

 

ONTOLOGI :  APA?

METAFISIKA UMUM UNTUK HAKIKAT APA YANG DIKAJI ?

Kajian Obyek : SARANG BURUNG WALET (SBW)

 

                                                                                    Supranaturalisme                 

                                                                                    (kekuatan gaib)                                 Obyek

                                                                                                                                                (vitalistik)

ILMU                            Metafisika

FILSAFAT                   Umum

 

                                                                                   

Rounded Rectangle: Naturalisme
Kesetimbangan
(Kimia-Fisika)
SBW
                                                                                                                                   

                                                                                                                       

                                                                                                                                                Obyek

                                                                                                                                         (mekanistik)

                                                                                               

                                                                                                           

Sumber : Modifikasi Suriasumantri J.S., (1985) dan Nasoetion A. H., (1999).

 

 

 

Sarang  Burung Walet  (SBW)

 

 

            Sebagian  dari  sumberdaya  hewani  di  alam  Indonesia  diantaranya   adalah  satwa  terbang  (Aviaries), dan  sub-kelompok tersebut  terdapat  Burung  liar  yang  sangat  potensial. Keberadaan  Burung  liar  ini  sangat bermanfaat secara  ekologis,  dan,  Sarangnya  (birdnest) memiliki nilai ekonomi  yang  sangat  tinggi.  Satwa terbang tersebut adalah Burung Walet  (Collocalia  fuciphagus) yang termasuk jenis small insectivorous birds.  Karena itu,  Burung ini secara  ekologis adalah  sebagai  predator  biologis  untuk serangga terbang, yang disantapnya sambil melayang. Fungsi lain dari Burung tersebut adalah  memiliki  kemampuan menghasilkan Sarang yang berbeda dengan jenis Burung lainnya.

            Karakteristik  dari  Sarang yang dihasilkannya adalah berupa rajutan serabut-serabut   transparan (brittle). Sarang  ini dihasilkan oleh sepasang  kelenjar di bawah mulutnya (glandula sub-lingualis) yang membengkak pada musim perkembangbiakannya (Winarno F.G., 1994). Fungsi  utama dari  Sarang tersebut hanya  untuk  tempat  bersarang, jadi bukan untuk  dimakan  oleh  anaknya. Kandungan utamanya adalah protein, komposisi lemak kadar abu serta sedikit kadar air. Perbedaan  warna  pada  SBW adalah dipengaruhi oleh : (1) Jangka waktu  yaitu,   lamanya SBW  digunakan  sebagai  tempat  bersarang. (2) Posisi Sarang untuk SBW hasil budidaya (rumahan) ternyata menghasilkan perbedaan warna, yang menunjukkan letak SBW itu dekat dengan jendela, atau terletak di sisi bagian dalam (lebih gelap).

            Penentuan   harga   SBW  adalah  tergantung   pada  warna,  ukuran, kebersihan  dan  struktur (rajutan) Sarangnya  (brittle),  namun kandungannya tetap  sama  yaitu  protein.

 

Komponen Apa saja yang terdapat dalam SBW

 

Penentuan  kandungan  SBW secara kualitatif diantaranya dengan menggunakan  Gaz  Chromatographic (GC).  Mengidentifikasi    bahwa   komposisi   terdiri   dari   Rantai Oligosakarida, dan strukturnya berkombinasi  dengan  Glikoprotein. Komponen Glikoprotein di dalamnya  mengandung  sulfate  Oligosakarida melekat pada suatu rangkaian dalam Polipeptida. Lalu, temuan kualitatif lainnya, adalah menggunakan metoda HPLC.  Komposisi  dari  Oligosakarida  tersebut  mata rantainya terdiri  dari : (D-arabinose) (D-mannose)(N-acetyl-D-glucosamine) dan sejumlah kecil (D-galactose)(L-fucose)(N-acetyl-D-glucosamine) (Meikle P., Richards GN., Yellowlees D.,1987).

            Selain mengandung komponen-komponen di atas ternyata di dalam SBW  juga mengandung asam amino essensial. Penelitian tersebut mengunakan penganalisis asam amino (Amino Acid Analyzer), ternyata hasilnya menemukan 17 macam asam amino, baik essensial, semi-essensial dan non- essensial, seperti dalam Tabel 1. SBW juga mengandung sejumlah mineral seperti Kalsium (Ca),  Phosphor (P)  Ferrum (Fe), Zinc (Zn) dan Magnesium (Mg) dan dan analisa hasil uji coba pada 100 gr  SBW  sebelum direbus kemudian dibandingkan dengan perebusan I, II dan III  disajikan Tabel 5.

 

 

 

 

 

 

Tabel 1 :  Komposisi Asam Amino Essensial, Semi-essensial dan Non-essensial

pada Sarang Burung  Walet

 

No.

Asam Amino

Jumlah (%)

 

Essensial

 

1

Leusin

5,9748

2

Valin

4,2705

3

Treonine

4,1686

4

Fenilalanine

3,9778

5

Lysin

2,2213

6

Isoleusin

2,0331

7

Methionine

0,1613

 

Semi-essensial

 

8

Tirosin

5,2437

9

Serin

4,6602

10

Arginin

4,1251

11

Glisin

2,4528

12

Histidin

2,0536

13

Sistin

0,4609

 

Non-essensial

 

14

Asam Aspartat

5,5546

15

Asam Glutamat

5,5079

16

Prolin

4,0430

17

Alanin

1,7730

 

 

 

 

Modifikasi : Hasil penelitian SBW di daerah Plumpang, Tuban, Mandalena A.(1996)

 

 

Apa manfaat dari SBW Bagi Kesehatan Tubuh Manusia

 

 

Dalam gastronomi dari bangsa Cina, Sarang Burung Walet termasuk dalam kelompok YIN, merupakan jenis makanan eksotis, sekaligus delicates. Selain untuk hidangan lezat, SBW digunakan sebagai pembersih bakteri dan menjadi ingredient untuk obat-obatan (F.G. Winarno, 1994). Laporan tersebut masih merupakan data empiris dan dirangkum dari pengalaman-pengalaman individu, serta sebagian besar merupakan mitos yang beredar di masyarakat, yang belum ada dukungan data ilmiah atau penelitian. SBW mengandung berbagai senyawa bioaktif, yang diantaranya, diduga bisa memberi efek penyegar bagi tubuh orang yang mengkonsumsinya. Mengenai  khasiat SBW dapat dilihat berdasarkan laporan penelitian Riset Unggulan Terpadu IV-Dewan Riset Nasional (1998). Tabel 2.

 

Tabel 2 : Khasiat Sarang Burung Walet

 

 

G O L O N G A N (%)

Responden

K H A S I A T

Masy. Awam

Ilmuwan

Pengusaha

%

Menjaga  kesegaran  tubuh

90,9

84,6

87,5

88,0

Obat  sakit  pernafasan

40,9

15,4

54,2

40,7

Meningkatkan  vitalitas

13,6

7,7

54,2

28,8

Obat awet muda

13,6

7,7

54,2

28,8

Memelihara  kecantikan

22,7

7,7

37,5

25,4

Menambah tenaga dalam

31,8

0

25,0

22,0

Menghambat pertumbuhan kanker

 

9,1

 

15,4

 

37,5

 

25,4

Menghilangkan pengaruh alkohol

9,1

0

37,5

18,6

Meningkatkan konsentrasi

9,1

0

29,2

15,3

Obat Diabetes

9,1

0

16,7

10,2

Sumber protein

0

15,4

0

3,4

Menurunkan demam

0

8,3

34,0

0

Tidak menjawab

7,7

4,2

10,2

18,2

 

Sumber : Laporan penelitian Riset Unggulan Terpadu IV-Dewan Riset Nasional (DRN) 1998. dan Mardiastuti. A.,  et., al.. 1995.

 

 

Sarang Burung Walet  (SBW)  sebagai  Komoditi

 

A. Aspek Produksi

 

Sarang Burung Walet merupakan komoditi langka, selain sulit untuk memperolehnya, bahkan harganya jauh lebih mahal daripada  komoditi agribisnis lain, pada umumnya. Karena itu, SBW cenderung menjadi komoditi ekspor ke manca negara (Lisa N, 1999). Sebagai gambaran tentang produksi Sarang putih ini, pada tahun 1995, diperkirakan mencapai 75 ton. Hal tersebut merupakan hasil dari gencarnya kegiatan budidaya oleh para peternak  Burung Walet (Wahyudin, 1999).

Budidaya Burung Walet sebagai komoditi agribisnis, kini, lebih marak lagi setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi-keuangan. Pemicunya adalah, ketika situasi ekonomi memburuk itu , justru harga SBW membubung di pasaran dalam negeri pada saat nilai tukar rupiah terhadap US$1 = Rp. 10.000-15.000. Maka, banyak peternak Burung Walet dan  pedagang SBW menikmati "bonanza", yaitu sebagai hadiah tiba-tiba, dari selisih harga lama Rp. 4 juta/Kg  (1995-1996)  menjadi Rp. 10-15 juta/Kg  (1997-1998).

Pulau Jawa tercatat sebagai produsen SBW rumahan terbesar di Indonesia. Sebagai ilustrasi pada tahun 1995, P. Jawa menghasilkan (± 55 ton) yaitu (73,3%) dari total produksi SBW di Indonesia yang berjumlah 75 ton. Jumlah produksi tersebut beturut-turut : Jawa Tengah (23,3 ton); Jawa Timur (18,4 ton) dan Jawa Barat (14,2 ton) (Wahyudin, 1999). Dalam tampilan Tabel 3 memberikan gambaran produksi SBW dari beberapa sentra produksi di Pulau Jawa.

 

Tabel 3. Produksi Sarang Burung Walet  tahun 1995 di Pulau Jawa di atas 1 Ton

 

No

Daerah sentra produksi

Kemampuan produksi (Kg)

Keterangan

 

Jawa Barat

 

 

 1.

Haur Geulis

2.790

Terkonsentrasi di

2

Cirebon

2.520

daerah Cirebon dan

3

Indramayu

1.380

Sekitarnya

4

Karawang

1.200

 

 

Jawa Tengah

 

 

5

Pemalang

3.030

Terkonsentrasi di

6

Pekalongan

2.130

daerah Pekalongan

7

Purwodadi

2.100

Sekitarnya dan

8

Kendal

1.410

semenanjung Muria

9

Juana

1.200

(Pati,Juana)

10

Semarang

1.200

 

11

Wonosari

1.020

 

 

Jawa Timur

 

 

12

Gresik

2.010

Tersebar di daerah

13

Sedayu

2.730

Gresik, Pasuruan

14

Pasuruan

1.440

Lamongan, Tuban dan

15

Rengel

1.140

sekitarnya

 

Sumber : Wahyudin (APPSWI, 1999)

 

 

B. Aspek Ekonomi

 

Manfaat  ekonomi  dari Sarang Burung Walet (SBW), terutama di luar negeri, umumnya, untuk keperluan rumah  makan, dan sebagian kecil untuk rumah obat (tradisional). Harga SBW, jika dalam keadaan utuh, sangat tinggi di Hongkong dan Singapura. Apabila SBW itu dijual dalam keadaan tidak utuh/Sarang cetakan, maka harganya menjadi murah (M. Noerdjito, 1999).

Upaya memberikan nilai tambah pada SBW, selain dalam bentuk aslinya, selama ini sudah dilakukan berbentuk Sarang cetakan dari SBW hancuran/remah. Bahkan, bekas cucian SBW dapat dijual, yang digunakan sebagai obat perangsang, agar Burung Walet masuk ke dalam kandang baru. Selain hasil olahan tersebut, ada upaya lain, berupa kemungkinan di sentra produksi menjadi mata acara argowisata, dengan menjadikan goa-goa alam yang datar sebagai obyek wisata, yakni mengamati habitat Walet liar  dari dekat. Konon, di daerah Lampung ada rumah Walet sudah  menjadi obyek wisata.

Usaha budidaya burung Walet, sebagai sarana mengupayakan pemberdayaan ekonomi rakyat, perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut (Irawadi Jamaran, 1999) :

 

1)     Pengembangan kemitraan antara usaha kecil dan usaha besar; 

2)     Kemitraan dalam bentuk kepemilikan bersama;

3)     Usaha milik ternak dan pengumpul;

4)     Ruang lingkup usaha;

5)     Sumber pendanaan;

6)     Skala usaha;

7)     Teknologi terapan;

8)     Manajemen yang dikembangkan;

9)      Iklim yang kondusif.

 

 

PENELITIAN:  KAJIAN IDENTIFIKASI KANDU

NGAN SENYAWA BIOAKTIF BERDASARKAN KOMPOSISI ZAT GIZI SARANG BURUNG (EDIBLENEST) Dari BURUNG WALET (Sp. Collocalia Fuciphagus )

 


 

 


 

 

 

 

 



EPISTEMOLOGI : Bagaimana?

Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar

 

v Teori                                                   Problem asal

            pengetahuan                          pengetahuan (origin)                                   

 


                                                                                                                                   

E p i s t e m o l o g i                                      Problem penampilan                           I L M U

                                                                        (appearance)

v

Problem mencoba

kebenaran SBW

(verification)

 
Sumber-sumber;

v Karakteristik;                                    

v Kebenaran                                        

Pengetahuan

 

Sumber : Modifikasi Suriasumantri J. (1970) dan Ahmadi A. (2000)

 

 

Metodologi

 

A. Bahan dan Alat

 

Bahan baku, yang dipergunakan dalam penelitian ini, adalah Sarang Burung Walet (SBW) dari spisies Collocalia Fuciphagus, dengan karakteristik dagang Crystal White,  SBW diperoleh dari hasil budidaya peternak, atau Walet Rumahan, dari daerah pegunungan (± 700 dpl) di wilayah Jawa Barat.

Peralatan, yang diperlukan dalam penelitian ini, adalah berupa alat-alat untuk analisis identifikasi komponen bioaktif yaitu High Performances Liquid Chromatography (HPLC) dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) serta Direct Insertion Mass Spectrometry (DI-MS) .

 

           

B. Metode Penelitian

 

 

Penelitian ini dikonsentrasikan pada proses purifikasi SBW yakni: mengidentifikasi berbagai jenis dan jumlah komponen bioaktif dengan alat HPLC, GC-MS. Pengembangan teknik pengolahan, yang diperlakukan pada SBW, adalah dengan jalan merebus (sampai 100°C) selama satu jam. Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa metodenya adalah sederhana, karena dapat dilakukan di tiap rumahtangga, dengan harapan tidak banyak mengalami kerusakan, terutama terhadap komponen dan senyawa aktifnya.

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, bahkan, pengerjaan tahap kesatu dan kedua bisa berjalan secara simultan. Tahap pertama adalah pembuatan ekstrak, kedua adalah isolasi dan identifikasi komponen bioaktif. Pada tahap pembuatan ekstrak, cara ekstraksi dilakukan melalui cara perebusan (± 100° C selama 1 jam) dengan perbandingan, bahan dan air (1:1) untuk mendapatkan ekstrak yang pekat. Pada tahap kedua akan dilakukan isolasi dan identifikasi komponen, yang sudah dikenal memiliki khasiat dapat mempertahankan kebugaran dan stamina tubuh, serta diperkirakan ada dalam ekstrak SBW.

Isolasi senyawa nonvolatil (tidak menguap) akan dilakukan dengan metode ekstraksi bertahap, dengan menggunakan berbagai jenis pelarut dari yang nonpolar sampai polar lalu purifikasi lebih lanjut dengan menggunakan teknik SPE (Solid Phase Extraction).  Analisis senyawa nonvolatil akan dilakukan dengan menggunakan HPLC, sedangkan untuk senyawa tertentu perlu dilakukan purifikasi lebih lanjut dengan menggunakan kromatografi kolom, yang dilanjutkan dengan analisis menggunakan DI-MS. Isolasi senyawa volatil akan dilakukan dengan menggunakan alat distilasi dan ekstraksi secara simultan (alat Likens-Nickerson), dengan menggunakan pelarut dietil eter, kemudian dilanjutkan dengan analisis menggunakan GC-MS.

 

 

P E M B A H A S A N

 

Tujuan penelitian adalah mengungkap khasiat Sarang Burung Walet (SBW),yang selama ini, dimitoskan sebagai bahan makanan istimewa (eksklusif) dengan banyak manfaat. Dalam mitos, SBW itu sangat dipercayai secara empiris, diantaranya, dapat meningkatkan atau mempertahankan kebugaran dan menjaga stamina tubuh.

Aspek umum dalam penelitian ini adalah mengkaji komponen bioaktif yang terdapat dalam SBW;  dan aspek khusus, yang ditelaah dalam penelitian ini, adalah mengidentifikasi khasiat senyawa bioaktif  dari SBW.

            Teknik analisa identifikasi komponen bioaktif yang digunakan adalah  menggunakan metode HPLC dan GC-MS serta DI-MS. Pembuatan ekstrak SBW dilakukan dengan perebusan (± 100° C selama 1 jam). 

            Hasil penelitian dari Yu-Qin Y., Liang X., Hua W., Hui-Xing Z., Xin-Fang Z., Bu-Sen (2000), menyebutkan bahwa kandungan  SBW secara kualitatif, diantaranya dengan menggunakan  Gaz  Chromatographic (GC),  teridentifikasi komposisinya terdiri dari Rantai Oligosakarida,  strukturnya   berkombinasi  dengan  Glikoprotein. Di dalamnya   terdapat 5 (lima) jenis kandungan monoses : (D-mannitose) (D-galactose) (N-acetyl-D-Galactosamine) (N-acetyl-D-glucosamine) (N-acetyl neuraminate).  Peralatan  ini  merupakan  alat pendiktesi dan  alat  penentu  jenis SBW secara kualitatif, yang bisa membantu atau membedakan  antara SBW asli dan yang  tiruan  dengan cepat. Komponen Glycoprotein di dalamnya  mengandung  sulfate Oligosakarida melekat pada rangkaian, yang melekat pada sisi samping  O-Glycosidic,  dan merupakan mata rantai dari Serine (Ser)  dan  Threonine  (Thr), serta merupakan komponen prinsip untuk asam amino (77%) dalam Polipeptida.          

Dewan Riset Nasional telah pula melakukan penelitian tentang SBW, yang  disandingkan dengan senyawa pembanding dari  Sarang hasil Burung Sriti, Oolong tea, Royal Jelly (Mardiastuti, 1995),  dapat dilihat dalam Tabel 4.

 

Tabel 4. Perbandingan Senyawa-senyawa dari Edible Bird Nest (SBW) Swiftlets (sp. Collocalia Fuciphagus),

Burung Sriti, Royal Jelly dan Oolong Tea

 

SBW

Sarang Sriti

Royal Jelly

Oolong Tea

Octa decanoic acid

9 - octadecenoic acid

Methyl pyrimidine

Piperidine

Thio sulfic acid

Hexa decenoic acid

Hepta methyl

2- pentanon

Germacrane-A

Octadecenoic acid

Bistrimetthylsilyl

4 - hydroxymellein

9 - Octadecenoic acid

9 - Hexadecenoic acid

Thio sulfic acid

Caffein

Iso chiapin b

Glycine

Hexa decenoic acid

Thio sulfic acid

Hexa decenoic acid

 

9 - octadecenoic acid

Hahnnfett

Methananine

 

 

9 - octadecenoic

3- pyryolidinol

 

 

acid

Urea

 

 

Hexadecenoic

Carbon oxide sulfide

 

 

acid

Methionine

 

 

 

Sumber : Adaptasi Laporan RUT IV DRN (1998) dan Mardiastuti. A.,  et., al.. 1995.

 

Seperti halnya air, maka hasil rebusan SBW juga mengandung sejumlah mineral. Berkat kandungan mineralnya, maka air memiliki berbagai kemampuan untuk mendukung segala macam aktifitas tubuh. Selain air, zat gizi utama lainnya, yang diperlukan oleh tubuh manusia, adalah Karbohidrat, Protein, Lemak dan Mineral. Dan, bahan-bahan tersebut bersifat hidrofilik, yang diperlukan, untuk memenuhi kehidupan manusia.

Air, yang biasa kita minum sehari-hari, di dalamnya mengandung berbagai jenis mineral yang diperlukan oleh tubuh, antara lain : Amonium,  Arsen, Bikarbonat (HCO3)- , Besi (Fe+++), Calcium (Ca++), Chlor (bebas), Chlorida (Cl-), Flourida (F-), Kalium (K+), Magnesium (Mg++), Mangan, Natrium (Na+), Nitrit (NO2)- , Nitrat (NO3)-, Nitrogen, Phosphor, Sodium, Sulfat (SO4). Sebagaimana halnya air, ternyata SBW juga mengandung sejumlah mineral seperti Kalsium (Ca) (1,47 ± 1,55),  Phosphor (P) (94,25 ± 39,36), Ferrum (Fe) (63,00 ± 37,25), Zinc (Zn) (18,63 ± 10,30) dan Magnesium (Mg) (0,20 ± 0,04) (Nuraisyah, 1999) dan (Kristiyani, 1999).

 

Tabel 5.  Analisa Zat Gizi dari hasil uji coba pada 100 gr  SBW  sebelum direbus

dibandingkan dengan perebusan I, II dan III

 

Kandungan Gizi

Sebelum

Hasil Rebusan

Zat-zat Gizi Makro

Direbus

I

II

III

Energi (Kkal)

315,96

-

-

-

Air  (gr)

15,83

-

-

-

Protein (gr)

51,25

2,84

1,52

0,99

Lemak (gr)

0,40

-

-

-

Karbohidrat (gr)

25,41

-

-

-

Serat Kasar (gr)

-

-

-

-

Kadar Abu (gr)

4,46

-

-

-

Zat-zat Gizi Mikro (mg)

 

 

 

 

Kalsium

39,14

5,94

2,91

1,19

Phosphor

8,29

0,71

0,32

0,31

Besi

17,00

0,77

0,61

0,46

Nitrogen

8,37

0,46

0,24

0,16

Natrium

24,41

2,84

2,62

1,92

Kalium

4,04

1,72

0,97

0,50

Zinc

0,83

0,11

0,07

0,05

Vitamin

 

 

 

 

A (mg RE)

8,46

0,13

0,07

0,04

C (mg)

1,25

0,18

0,22

0,23

Keterangan : pH(o) air awal = 6,60; pH(1) = 7,00; pH(2) = 7,10; pH(3) = 7,20. (Mende RDSY, 1999)

 

A K S I O L O G I

                          Kajian Ilmiah               kebutuhan                 lebih cepat &

                                                                                                      lebih mudah

 

 


Aksiologi                                          Kajian SBW                                     

                                                                                                                       

                                                                                                                             

                                                                                                                         

Text Box: berkah, atau 
membawa malapetaka
atau kesengsaraan.?
                                                                                                                         Rounded Rectangle: Tanggung jawab
moral
                                                                                                          

                                                                                                           

                       

                       

 

 

 

Sumber : Modiffikasi Suriasumantri  J. S.1985 dan AchmadiA. (2000)

           

           

 

Dalam perkembangannya SBW di Indonesia lebih banyak ke aspek ekonominya. Maka, adalah wajar jika untuk mendapatkan informasi dari aspek ilmiahnya masih minim, bahkan langka. Tinjauan AKSIOLOGI untuk kajian SBW, harus memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat luas, serta bermakna bagi nilai kegunaan suatu ilmu pengetahuan. Suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat bergantung kepada ilmu dan teknologi. Sehingga untuk pemenuhan segala kebutuhannya dapat dilakukan dengan lebih cepat dan  lebih mudah (Suriasumantri J.S., 1999).

            Lalu, adanya pengkajian secara ilmiah untuk SBW apakah suatu berkah, atau membawa malapetaka atau kesengsaraan? Karena dalam perkembangannya (terutama di Indonesia) SBW banyak menemui kendala, karena banyak aspek yang membatasi terutama aspek budaya. Di antaranya dominasi dari etnis tertentu dan tersebarnya mitos bahwa SBW hanya diberikan sebagai anugerah kepada seseorang. Apabila ada yang memaksakan diri untuk berhubungan dengan SBW akan menjumpai malapetaka dan kesengsaraan. Contohnya, untuk mendapatkan sarang hasil Walet Goa, maka orang harus mencari ke goa-goa alam yang terjal sebagai habitat Walet liar, padahal harganya lebih rendah dari pada Walet Rumahan. Sedangkan untuk Walet Rumahan, ketika membudidayakannya, dibutuhkan investasi yang besar untuk menghasilkan sarang burung yang berkualitas baik.

            Jika secara mitos SBW khasiatnya demikian didewakan maka dirasakan perlu dilakukan suatu penelitian tentang kualitas SBW dan komponen bioaktif yang terkandung dalam SBW uyang diduga berkhasiat bagi pemeliharaan kesehatan tubuh manusia, vitalitas, juga upaya preventif terhadap berbagai penyakit bahkan proses penuaan.

 

 

D A F T A R   P U S T A K A

 

Ahmadi A. 2000. Filsafat Umum. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta;

 

Mandalena, A.. 1996. Analisis asam amino essensial dalam SBW putih (Collocalia Fuciphaga) dari daerah Plumpang Tuban dengan penganalisis asam amino (Amino Acid Analyzer); Skripsi Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya;

 

Mardiastuti. A.,  et., al.. 1995. Teknik pengusahaan Walet rumah, pemanenan sarang dan penanganan pasca panen: laporan akhir RUT IV, 1995/1998 (In house wallow bird             farming, nest collecting and post harvest handling: find report of RUT IV, 1995/1998). Kumpulan abstrak. RUT IV. Dewan Riset Nasional,. Serpong, Tangerang;

 

Kristiyani R.S., 1999. Komposisi dan Kualitas Sarang Burung Walet (Collocalia       fuciphaga) Goa dan Rumah. Skripsi. Ilmu Produksi Ternak Fapet.  Institut      Pertanian Bogor;

 

Lisa Nugraheni. 1999. Pemanfaatan manure Walet Rumahan (Collocalia sp.) sebagai aktivator organik pada pembuatan kompos enceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) solms) secara aerobik; Skripsi Ilmu Produksi Ternak Fapet, IPB, 1999;

 

Mende R.D.S. Y., 1999. Analisis Komposisi Zat Gizi Hasil Rebusan Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga).  Edisi Khusus Seri Kajian Ilmiah : Pangan untuk Mellinium Baru Penerbit Universitas Katolik Soegijapranata Semarang;

 

Mende R.D.S. Y., 2000. Tinjauan Sosial, Budaya dan Ekonomi “Sarang Burung (EBN) Walet (Collocalia fuciphaga) Sebagai Komoditi Tradisional Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Makanan Tradisional. Pusat kajian Makanan Tradisional (PKMT) Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya Malang;

 

Meikle P, Richards GN, Yellowlees D. 1987. Structural determination of the Oligosaccharide          side chains from a glycoprotein isolated from the mucus of     the coral Acropora form       formosa. Department of Chemistry and Biochemistry, James Cook University of            North Queensland, Townsville, Australia;

 

Nasoetion  A. H., 1999. Pengantar keFalsafah Sains.PT. Pustaka Litera AntarNusa.            Cetakan ketiga. Jakarta;

 

Noerdjito M., 1999. Prospek Usaha Budidaya/Industri Sarang Burung Walet Ditinjau dari     Aspek Ilmu Pengetahuan. Seminar Industri Walet : Prospek dan Strategi    Pemberdayaan Industri Walet Rakyat Sebagai Unggulan Agrobisnis di Era         Milenium Baru. Penyelenggara : Bhumipakuan Institute Of Management             bekerjasama dengan Asosiasi Agroindustri Indonesia, Jakarta;

 

Nuraisyah. R., 1999. Komposisi dan kualitas (Collocalia Fuciphaga) Goa dan           Rumah;Skripsi. Ilmu Produksi Ternak Fapet.  Institut Pertanian Bogor;

 

Suriasumantri  J. S.1985. Filsafah Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Penerbit Sinar   Harapan. Jakarta;

 

Wahyudin, 1999. Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Dalam Usaha Budidaya/ Industri Sarang Burung Walet. Seminar Industri Walet : Prospek dan Strategi Pemberdayaan Industri Walet Rakyat Sebagai Unggulan Agrobisnis di Era Milenium Baru. Penyelenggara : Bhumipakuan Institute Of Management bekerjasama dengan Asosiasi Agroindustri Indonesia, Jakarta;

 

Winarno, F.G., 1994. Sarang Burung Walet . Bahan Hidangan Eksotis. Bonus Femina. No. 3/XXII. Jakarta;

 

Yu-Qin Y, Liang X, Hua W, Hui-Xing Z, Xin-Fang Z, Bu-Sen L. 2000.Determination of            edible             bird's nest and its products by gas chromatography. Shanghai Food    Industry Research Institute, China.