Re-edited
Copyright © 2000
St Aisyah Farhum
Makalah
Falsafah
Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
Model Produksi Daun
Mangrove, Rhizophora mucronata LAMX
dan Pengeksporan ke Ekosistem
di Sekitarnya
Oleh:
St Aisyah Farhum
(TKL/995206)
erick_icha@yahoo.com
I. PENDAHULUAN
Hutan mangrove adalah formasi hijau di
pantai yang sangat kompleks dan dinamis,
umumnya terbatas pada daerah sub tropis dan tropis. Mangrove merupakan ekosistem intertidal yang memiliki produktivitas tinggi yang sering ditemukan di daerah
pantai yang terlindung, lingkungan estuaria dan delta, karena itu mangrove sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan
fluktuasi lingkungan yang lebar (Chapman,
1977).
Di Indonesia hutan
mangrove memiliki distribusi
yang sangat luas, mulai dari pantai-pantai
berlumpur di Sumatera,
Produktivitas
primer kotor dari hutan mangrove sangat tinggi, yaitu 100 mt C/ ha/ tahun,
meskipun demikian laju produktivitas bersih dari hutan mangrove adalah mirip
dengan ekosistem perairan dangkal lainnya, yaitu 18 mt C/ha/tahun. Hal ini terutama berkaitan dengan tingginya
kebutuhan respirasi dan metabolisme dari ekosistem mangrove itu sendiri yang
mengkonsumsi sekitar 80% dari produktivitas kotor (Eong, 1993). Biomas organik umumnya terdiri dari vegetasi
mangrove itu sendiri dan kotoran daun atau akar mangrove yang utuh atau
bagian-bagian yang telah mengalami dekomposisi.
Kotoran-kotoran mangrove tersebut yang membentuk dasar
jaring-jaring makanan yang mencakup berbagai invertebrata, ikan,
reptil, burung dan mamalia (Tomascik et al, 1997).
Mengingat bahwa sistem di hutan
mangrove sangat kompleks dan dinamis, maka dalam tulisan ini dibuat simulasi
mengenai kontribusi bahan organik (kotoran mangrove) terhadap lingkungan
sekitarnya dan terhadap ikan herbivora dan detritus pada setiap ekosistem. Model ini mengacu pada model dasar yang dibuat
oleh de Leon et al (1992) dan penulis kembangkan dengan
memasukkan faktor lingkungan lain yang sangat menentukan keberadaan atau
ketersediaan kotoran mangrove dan memprediksi dinamika dari daun mangrove dan
ikan herbivora atau detritus pada setiap kompartemen.
Dalam pengembangan model digunakan konsep rantai makanan (food chains)
atau jaring makanan (food webs) yang kemudian dianalisa dengan network
analysis. Analisis ini dapat merangkum banyak konsep secara bersama-sama dengan
penggambaran ekosistem oleh sejumlah kompartemen yang saling berhubungan oleh
adanya aliran energi atau bahan (materi) dari suatu kompartemen ke kompartemen
lainnya.
Salah satu software yang mampu
melakukan analisis dengan network analysis adalah Software Stella, yang
penggunaannya cukup praktis dan banyak diaplikasikan. Software ini dapat digunakan untuk membuat suatu model
keterkaitan antara lingkungan yang memberikan peluang pada setiap unsur
lingkungan untuk mengalami perubahan (dinamika) pada suatu sistem model yang
dibuat, dalam penggunaannya dapat
memberikan kemudahan dengan jalan mengubah parameter dan skenario model serta
memahami model yang dihasilkan secara menyeluruh. Dalam simulasi atau
model ini, kotoran daun mangrove yang dianalisis adalah Rhizophora mucronata
dengan menggunakan Software Stella Versi 4.0.
Model dasar yang digunakan adalah
hasil kajian dari de Leon et al (1992) yang
dilakukan dari tanggal 7 Mei 1990 sampai 30 November 1990 di Hutan Mangrove
Talabong, Teluk Bais, Pilipina. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
produksi kotoran daun mangrove (Rihizophora apiculata dan R.
mucronata) dan total kotoran daun yang diekspor ke lingkungan
sekitarnya.
Berdasarkan hasil perhitungan dari produksi daun R. mucronata yang gugur dan yang diekspor ke lingkungan sekitarnya maka de Leon et al (1992)
membuat model mengenai produksi kotoran daun R. mucronata dan yang diekspor ke lingkungan sekitarnya
seperti yang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Model
Produksi Kotoran Daun Rhizophora mucronata dan
Pengeksporan pada Lingkungan Sekitarnya di Hutan Mangrove Talabong,Teluk Bias,
Pilipina (de Leon et al,
1992)
1. Pengembangan Model
Pemodelan atau simulasi ini dikembangkan berdasarkan beberapa
asumsi, yaitu : (1) model tersebut berada dalam kondisi tetap atau stabil (steady
state), yang berarti selama waktu estimasi tidak terjadi
perubahan-perubahan pada faktor yang bekerja dalam kompartemen, atau perubahan-perubahan
yang terjadi tetap konstan sepanjang waktu; (2) model tersebut dianggap suatu
sistem yang tertutup (closed system), yang berarti selama waktu estimasi
tidak ada pengaruh faktor lain selain parameter yang digunakan dalam pemodelan
tersebut.
Dari model yang
dibangun oleh de Leon et al (1992),
kemudian dilakukan pengembangan dengan memasukkan faktor lingkungan lain. Faktor-faktor lingkungan yang secara teoritis
sangat berpengaruh terhadap keberadaan daun mangrove dalam suatu kompartemen adalah
dekomposisi oleh mikroba dan grazing oleh
herbivora. Fluktuasi dari aktivitas
kedua faktor tersebut tentunya sangat di
pengaruhi oleh suhu perairan. Model ini
juga mempelajari dinamika dari ikan herbivora dan ikan detrivora, yang keduanya
sangat dipengaruhi oleh mortalitas alami.
Mortalitas alami itu sendiri bisa berupa kematian karena pemangsaan,
mati karena tua atau karena penyakit.
Mortalitas itu sendiri dipengaruhi pula oleh suhu perairan. Untuk tujuan pengelolaan penangkapan, maka
model ini juga mempelajari mengenai dinamika dari potensi tangkapan lestari.
Model
yang telah dikembangkan tersebut disajikan pada Gambar 2, yang memperlihatkan hubungan fungsional dari setiap kompartemen dengan
kompartemen lainnya serta faktor-faktor lingkungan yang bekerja pada setiap
kompartemen.
2. Deskripsi Model
Produksi daun yang gugur secara fungsional bergantung pada potensi
populasi mangrove dan faktor pertumbuhan dari populasi itu sendiri. Dalam model ini
potensi populasi mangrove R. mucronata adalah 1000 gr/m2. Untuk mendeskripsikan model tersebut, dibuat model matematis seperti
yang disajikan pada Lampiran 1.
3. Pembahasan Model
a. Dinamika Daun Mangrove pada Setiap
Kompartemen
Dinamika
daun mangrove pada masing-masing kompartemen sangat ditentukan oleh produksi
daun mangrove yang gugur. Umumnya berat
daun mangrove pada masing-masing kompartemen meningkat secara eksponensial
menurut waktu, mengikuti peningkatan produksi daun yang gugur (Gambar 3).
Gambar 3 juga memperlihatkan adanya perbedaan waktu untuk mencapai kestabilan berat daun pada
setiap kompartemen. Produksi daun yang
gugur dicapai pertengahan tahun pertama.
Kestabilan ini dicapai pada saat terjadi keseimbangan antara besarnya
pertumbuhan dengan besarnya daun yang
gugur.
Gambar 2.
Pengembangan Model Mengenai
Dinamika Kotoran Daun Rhizophora mucronata, Ikan Herbivora dan Detrivora
dan Prediksi dari Potensi Tangkapan Lestari
pada Beberapa Kompartemen.
Gambar 3. Dinamika Daun Mangrove Rhizophora mucronata pada Setiap
Kompartemen.
Pada empat kompartemen
yang dibandingkan ternyata kompartemen soft bottom dan lantai hutan lebih dahulu
mencapai kestabilan berat daun mangrove, yaitu pada saat awal tahun kedua. Hal ini berkaitan dengan kondisi biologis lingkungan yang meskipun masukan daun pada kedua kompartemen
tersebut tinggi, tetapi keluaran dari kompartemen juga tinggi. Hal ini dapat dijelaskan oleh faktor besarnya
grazing dan
dekomposisi yang terjadi. Pada kedua
lingkungan lantai hutan dan soft bottom sangat dikenal memiliki kandungan mikroba yang
tinggi dan juga herbivora seperti berbagai kepiting dan krustasea lainnya, ikan
dan organisme bentik lainnya, yang langsung memakan daun mangrove dan atau
mencabik-cabik daun mangrove menjadi serpihan-serpihan kecil dan akhirnya
membentuk detritus. Besarnya aktivitas
biologi tersebut seimbang dengan masukan daun yang gugur dan jatuh ke lantai
hutan atau yang hanyut terbawa ke perairan dalam dan mengendap di dasar yang
lunak.
Dua kompartemen lainnya,
kestabilan tercapai lebih lambat yaitu pada pertengahan tahun kedua. Kondisi ini juga sangat terkait dengan
aktivitas biologi, yang umumnya lebih rendah dibandingkan dengan di dasar
perairan. Hal ini disebabkan karena umumnya kelimpahan jasad renik pada kolom
air relatif lebih rendah dengan yang ada di dasar perairan, demikian pula
aktivitas grazer tidak setinggi di dasar perairan.
Hal lainnya adalah rendahnya herbivora yang memakan daun mangrove secara
langsung, karena pada daerah ini banyak pilihan tumbuhan sebagai makanan yaitu
melimpahnya daun lamun dan ganggang epifit di padang lamun dan tingginya alga
filamen dan makroalga di daerah terumbu karang yang bisa menjadi pilihan yang
lebih disenangi dibandingkan daun-daun mangrove yang umumnya bertekstur lebih
tebal dan kasar.
Hal yang menarik dari kurva
pada Gambar 3, adalah kurva pada kompartemen terumbu karang,
yaitu pada tahun pertama langsung anjlok dan mendekati nilai nol pada tahun ke-5 dan mulai menanjak kembali pada tahun
ke-6. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
pada awal-awal tahun, produksi daun mangrove yang gugur masih rendah dengan
demikian yang hanyut masuk ke daerah terumbu karang juga sangat kecil (0,6%
dari total ekspor), sehingga hampir semua masukan daun habis terdekomposisi dan
di grazing oleh
herbivora. Setelah tahun ke-6,
pertumbuhan mangrove mulai tinggi sehingga produksi daun mangrove yang gugur
juga meningkat dan pada akhirnya jumlah yang masuk ke terumbu karang juga
besar. Berat yang tinggi ini masih
tersisa setelah dikurangi oleh aktivitas biologi yang menyebabkan berat daun
mangrove terus meningkat sampai mencapai kestabilan pada pertengahan tahun
ke-2.
Kurva dari berat kotoran
daun mangrove menurut waktu yang bersifat eksponensial menunjukkan adanya
faktor pembatas yang menekan keberadaan daun mangrove pada masing-masing
kompartemen, dalam hal ini adalah aktivitas biologi yaitu dekomposisi dan grazer oleh herbivora atau detrivora, sedangkan
lingkungan fisik adalah suhu perairan yang sangat terkait dengan aktivitas
makan dan laju metabolisme.
b.
Keterkaitan Berat Daun Mangrove dengan Perikanan
Secara umum keterkaitan
antara berat daun mangrove dengan berat ikan herbivora/detrivora memiliki kecenderungan yang sama, yaitu
meningkat secara eksponensial menurut waktu mengikuti peningkatan berat daun
mangrove yang tersedia (Gambar 4,5 dan 7), kecuali pada daerah terumbu karang, yang
memperlihatkan penurunan yang drastis pada awal tahun pertama dan habis pada
tahun ke-2 (Gambar 6). Hal ini diakibatkan sangat
rendahnya berat daun mangrove yang masuk ke daerah ini dan tidak menunjang untuk pertumbuhan ikan-ikan yang secara
khusus memakan daun-daun mangrove. Di pihak lain, terjadi kematian kematian
alami pada ikan-ikan tersebut (pemangsaan, umur atau penyakit) atau karena
tertangkap.
Gambar 4. Dinamika dan Keterkaitan antara
Berat Daun Mangrove Rhizophora
mucronata pada Lantai Hutan dengan Berat Ikan Herbivora
Mangrove
dan Tangkapan
Lestari (MSY).
Kontribusi daun mangrove
terhadap ikan herbivora di daerah terumbu karang sangat kecil (hampir tidak
ada), namun demikian mereka berkontribusi secara tidak langsung, yaitu setelah
mengalami dekomposisi akan memberi sumbangan berupa unsur hara bagi komunitas
fitoplankton yang merupakan makanan ikan-ikan herbivora kecil.
C. Hubungan Fungsional antara Berat
Daun Mangrove dengan Berat Ikan
Hubungan fungsional antara
berat kering daun mangrove dengan berat ikan pada masing-masing kompartemen
dianalisis dengan model regresi. Dari
beberapa model regresi dicari model yang memiliki nilai korelasi yang tertinggi
dengan menggunakan Program Excel. Hasil
analisis dan diagram pencar (plot) antara berat kering daun mangrove dengan
berat ikan disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8
memperlihatkan bahwa ketergantungan yang nyata dari ikan herbivora terhadap
berat daun mangrove dengan nilai korelasi > 0,95, kecuali pada daerah
terumbu karang yang memiliki korelasi sebesar
0,74. Secara umum hubungan
matematis antara berat ikan dengan berat kering daun mangrove bersifat
polinomial, kecuali pada daerah soft bottom laut dalam yang bersifat eksponensial. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi mangrove
terhadap perikanan pada ekosistem pantai sangat berarti, oleh karena itu
ekosistem ini perlu dijaga keberadaannya.
Gambar 5. Dinamika
dan Keterkaitan antara Berat Daun Mangrove Rhizophora
mucronata di Daerah Padang Lamun dengan Berat Ikan
Herbivora Lamun
dan Tangkapan Lestari (MSY).
Gambar 6. Dinamika
dan Keterkaitan antara Berat Daun Mangrove Rhizophora
mucronata di Daerah Terumbu Karang dengan Berat Ikan
Herbivora
Karang dan Tangkapan Lestari (MSY).
Gambar 7. Dinamika
dan Keterkaitan antara Berat Daun Mangrove Rhizophora
mucronata pada Soft Bottom Laut Dalam
dengan Berat Ikan Detrivora
Mangrove dan
Tangkapan Lestari (MSY).
Gambar 8. Hubungan Fungsional antara Berat
Kering Daun Mangrove dengan Berat
Ikan Herbivora/Detrivora
pada Setiap Kompartemen; a. Lantai Hutan;
b. Padang Lamun; c. Terumbu Karang; dan d.
Soft Bottom Laut
Dalam.
IV.
KESIMPULAN
Software Stella dapat digunakan untuk menganalisa kontribusi daun
mangrove dan keterkaitan antara beberapa kompartemen pada lingkungan sekitarnya
serta menganalisa pengaruhnya terhadap perikanan dan dampak degradasi mangrove
terhadap perikanan. Software ini juga mampu menganalisa secara
komprehensif dari kompartemen dan faktor lingkungan yang bekerja pada setiap
kompartemen, serta dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan
pengelolaan suatu sumberdaya, karena kemampuannya memprediksi dalam suatu satuan waktu tertentu.
Dari pengembangan model
simulasi, diketahui bahwa produksi daun mangrove yang gugur memberi kontribusi
bahan dan energi yang berarti terhadap ekosistem atau lingkungan lainnya yang
berada di sekitarnya dan sangat menunjang perikanan pantai. Keberadaan daun mangrove pada setiap
kompartemen sangat ditentukan oleh aktivitas biologi terutama laju dekomposisi
dan grazing oleh ikan dan organisme bentik seperti kepiting dan udang. Aktivitas biologi ini juga sangat terkait
dengan lingkungan terutama suhu perairan.
Degradasi hutan mangrove
secara nyata menurunkan perikanan pantai, karena berkurangnya sumbangan bahan
(makanan atau unsur hara) dan atau energi bagi ekosistem sekitarnya dan
tentunya sangat terkait dengan intensitas kerusakannya.
Untuk melihat dinamika dari
suatu kompartemen di alam yang bersifat terbuka maka perlu dipelajari dalam
waktu yang lama dengan memasukkan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh nyata terhadap dinamika yang
dipelajari baik dalam skala ruang maupun waktu,
sehingga persamaan-persamaan yang digunakan dalam model betul-betul
mendekati realitas di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, V.J., 1977. Introduction. In Chapman, V.J. (ed.). Wet Coastal Ecosystems :
Ecosystems of the World I. Elsevier Scientific Publishing Company,
de Leon,
R.O.D., J.A.U. Nuique, and R.J. Raymundo,
1992. Leaf litter production and tidal
export of Rhizophora apiculata
Blume and R. mucronata,
Lamx., from The Talabong
Mangrove Forest in Bais Bay, Negros
Oriental, Philippines. In Ming, C.L. and C.R. Wilkinson. Proceedings
of Marine Science:Living
Coastal Resources. 3rd
Asean Science & Technology Week. 21-23 Setember 1992.
Eong, O.J., 1993. Mangroves: a carbon source and sink. Chemosphere 27 (6):1097-1107.
High
Performance Systems Inc.,
1988. Stella®-II. High Performance Systems,
Pimm, S.L., 1982.
Food Webs.
Chapman and Hall,
Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa, 1997. The Ecology of the
Pomeroy, L.R. and
J.J. Alberts (eds), 1988.
Concepts of Ecosystem Ecology.
Lampiran 1.
Deskripsi Model Matematis dari
Produksi Daun Mangrove
Model matematis dari produksi daun yang gugur adalah :
§ Faktor Tumbuh
= 0.35*Produksi_Daun+1000
Persamaan
matematis dari produksi kotoran daun pada setiap kompartemen, adalah sebagai
berikut :
§
Lantai_Hutan(t) = Lantai_Hutan(t - dt) + (A1 -
Dekomposisi - grazing_ikan) * dt
§ Total_Export(t) = Total_Export(t
- dt) + (A2 - A_3 - A4 - A5) * dt
Dengan
nilai : A3 = 0.006*Total_Export
(Terumbu karang)
A4 =
0.8362*Total_Export (tempat lain : soft bottom laut
dalam)
A5 = 0.1579*Total_Export (padang lamun)
Produksi
ikan herbivora dan detrivora pada masing-masing kompartemen disajikan dengan
persamaan matematis menurut waktu (satuan tahun), yaitu :
§
ikan_herbi_mangrove(t) =
ikan_herbi_mangrove(t-dt)+(grazing_ikan-mortalitas_ Ikan_herb_
mangrove - Ik_herb_mangr_MSY) * dt
§
Ik_herb_lamun(t) =
Ik_herb_lamun(t-dt)+(graz_ikan-mortalitas_Ik_herb_lamun - Ik_herb_
lamun_MSY) * dt
§
Ik_herb_T_krg(t) = Ik_herb_T_krg(t-dt)+(grzng_ikan-Mortalitas_Ik_herb_T_krg
- Ikan_herb_
T_krg_MSY) * dt
§
Ik_detr_sbottom(t)=
Ik_detr_sbottom(t-dt)+(grazing_ikan_detr_sbottom- mortalitas_Ik_detr_
s_bottom -
Ik_detr_sbottom_MSY) * dt
Sedangkan model matematis dari produksi
detritus pada lingkungan soft bottom laut dalam adalah :
§
Detritus(t)
= Detritus(t - dt) + (A6 - grazing_ikan_detr_sbottom) * dt
Adapun hubungan fungsional antara
kompartemen dengan lingkungan dicari dengan fungsi linear. Secara lengkap persamaan yang digunakan
dalam pengembangan model ini disajikan
di bawah ini :
□
Detritus(t) = Detritus(t - dt) + (A6 - grazing_ikan_detr_sbottom) * dt
INIT Detritus = 10
INFLOWS:
⇛ A6
= 0.5*Soft_bottom_Laut_Dalam+0.3*suhu_softbottom
OUTFLOWS:
⇛ grazing_ikan_detr_sbottom
= 0.25*Detritus+0.15*suhu_softbottom
□ikan_herbi_mangrove(t)=
ikan_herbi_mangrove(t-dt)+(grazing_ikan-mortalitas_ Ikan_herb_
mangrove - Ik_herb_mangr_MSY) * dt
INIT ikan_herbi_mangrove = 10
INFLOWS:
⇛ grazing_ikan
= 0.2*Lantai_Hutan+0.15*Suhu_Dasar
OUTFLOWS:
⇛ mortalitas_ikan_herb_mangrove
= 0.15*ikan_herbi_mangrove+0.25*Suhu_Dasar
⇛ Ik_herb_mangr_MSY
= 0.5*ikan_herbi_mangrove
□Ik_detr_sbottom(t)=
Ik_detr_sbottom(t-dt)+(grazing_ikan_detr_sbottom- mortalitas_Ik_detr_
s_bottom -
Ik_detr_sbottom_MSY) * dt
INIT Ik_detr_sbottom =
10
INFLOWS:
⇛ grazing_ikan_detr_sbottom
= 0.25*Detritus+0.15*suhu_softbottom
OUTFLOWS:
⇛ mortalitas_Ik_detr_s_bottom
= 0.3*Ik_detr_sbottom+0.25*suhu_softbottom
⇛ Ik_detr_sbottom_MSY
= 0.5*Ik_detr_sbottom
□Ik_herb_lamun(t)
= Ik_herb_lamun(t-dt)+(graz_ikan-mortalitas_Ik_herb_lamun - Ik_herb_
lamun_MSY) * dt
INIT Ik_herb_lamun = 10
INFLOWS:
⇛ graz_ikan
= 0.1*Padang_Lamun+0.15*suhu_plamun
OUTFLOWS:
⇛ mortalitas_Ik_herb_lamun
= 0.17*Ik_herb_lamun+0.25*suhu_plamun
⇛ Ik_herb_lamun_MSY
= 0.5*Ik_herb_lamun
□Ik_herb_T_krg(t)
= Ik_herb_T_krg(t-dt)+(grzng_ikan-Mortalitas_Ik_herb_T_krg - Ikan_herb_
T_krg_MSY) * dt
INIT Ik_herb_T_krg =
10
INFLOWS:
⇛ grzng_ikan
= 0.35*Terumbu_Karang+0.15*Suhu_Terumbu_karang
OUTFLOWS:
⇛ Mortalitas_Ik_herb_T_krg
= 0.15*Ik_herb_T_krg+0.25*Suhu_Terumbu_karang
⇛ Ikan_herb_T_krg_MSY
= 0.5*Ik_herb_T_krg
□
Lantai_Hutan(t) = Lantai_Hutan(t - dt) + (A1 -
Dekomposisi - grazing_ikan) * dt
INIT Lantai_Hutan = 0
INFLOWS:
⇛ A1 =
0.3765*Produksi_Daun
OUTFLOWS:
⇛ Dekomposisi
= 0.15*Lantai_Hutan*(0.015*Suhu_Dasar)
⇛ grazing_ikan
= 0.2*Lantai_Hutan+0.15*Suhu_Dasar
□ Padang_Lamun(t)
= Padang_Lamun(t - dt) + (A5 - dek - graz_ikan) * dt
INIT Padang_Lamun = 10
INFLOWS:
⇛ A5 = 0.1579*Total_Export
OUTFLOWS:
⇛ dek = 0.20*Padang_Lamun*(0.015*suhu_plamun)
⇛ graz_ikan = 0.1*Padang_Lamun+0.15*suhu_plamun
□ Produksi_Daun(t) = Produksi_Daun(t - dt) + (Tumbuh
- A2 - A1) * dt
INIT Produksi_Daun = 2.154
INFLOWS:
⇛ Tumbuh =
0.35*Produksi_Daun+1000
OUTFLOWS:
⇛ A2 =
0.6235*Produksi_Daun
⇛A1 =
0.3675*Produksi_Daun
□ Soft_bottom_Laut_Dalam(t)
= Soft_bottom_Laut_Dalam(t - dt) + (A4 - Dekomp - A6) * dt
INIT
Soft_bottom_Laut_Dalam = 10
INFLOWS:
⇛ A4 = 0.8362*Total_Export
OUTFLOWS:
⇛ Dekomp
= 0.15*Soft_bottom_Laut_Dalam*(0.015*suhu_softbottom)
⇛ A6 =
0.5*Soft_bottom_Laut_Dalam+0.3*suhu_softbottom
□ Terumbu_Karang(t)
= Terumbu_Karang(t - dt) + (A_3 - Dekom - grzng_ikan) * dt
INIT Terumbu_Karang =
10
INFLOWS:
⇛ A_3
= 0.006*Total_Export
OUTFLOWS:
⇛ Dekom
= 0.2*Terumbu_Karang*(0.015*Suhu_Terumbu_karang)
⇛ grzng_ikan
= 0.35*Terumbu_Karang+0.15*Suhu_Terumbu_karang
□ Total_Export(t) = Total_Export(t
- dt) + (A2 - A_3 - A4 - A5) * dt
INIT Total_Export = 10
INFLOWS:
⇛ A2 = 0.6235*Produksi_Daun
OUTFLOWS:
⇛ A3 = 0.006*Total_Export
⇛ A4 = 0.8362*Total_Export
⇛ A5 = 0.1579*Total_Export
㉡ Suhu_Dasar = GRAPH(TIME)
(1.00, 23.5), (2.10, 25.5), (3.20, 27.0), (4.30,
23.5), (5.40, 25.5), (6.50, 27.0), (7.60, 28.5), (8.70, 28.5), (9.80, 28.0),
(10.9, 24.5), (12.0, 24.5)
㉡ Suhu_plamun = GRAPH(TIME)
(1.00,
28.0), (2.10, 28.5), (3.20, 30.5), (4.30, 30.5), (5.40, 29.0), (6.50, 31.5), (7.60,
33.5),
(8.70,
34.0), (9.80, 34.0), (10.9, 31.0), (12.0, 29.0)
㉡ Suhu_softbottom = GRAPH(TIME)
(1.00,
21.5), (2.10, 21.0), (3.20, 23.5), (4.30, 26.0), (5.40, 23.5), (6.50, 26.0),
(7.60, 27.0),
(8.70,
27.0), (9.80, 24.0), (10.9, 22.5), (12.0, 22.0)
㉡ Suhu_Terumbu_karang = GRAPH(TIME)
(1.00,
27.0), (2.10, 28.0), (3.20, 30.0), (4.30, 29.0), (5.40, 28.5), (6.50, 30.0),
(7.60, 31.0),
(8.70,
31.5), (9.80, 30.5), (10.9, 27.5), (12.0, 27.5)